Suara.com - Nelayan Pekalongan berhenti melaut karena cuaca buruk. Mereka memutuskan berhenti beraktivitas karena cuaca membahayakan keselamatan jiwa mereka.
Hal itu dijelaskan Kepala Unit Pelayanan Terpadu Daerah Tempat Pelelangan Ikan Kota Pekalongan Mahson di Pekalongan, Jumat siang.
Sudah hampir sepekan terakhir ini, para nelayan memilih memperbaiki jaring maupun mesin yang rusak daripada melaut.
"Ada gejala Supermoon atau kondisinya bulan purnama sehingga berkaitan dengan kenaikan pasang air laut dan cuaca sehingga para nelayan pilih aman untuk tidak berlayar," katanya.
Baca Juga: Datangi KSP, Nelayan dan Pengusaha Perikanan Ngadu Mahal dan Langkanya Solar Subsidi
Para nelayan tidak melaut karena lebih mementingkan keselamatannya dibanding mata pencahariannya meski pendapatan mereka akan berkurang.
"Para nelayan lokal merapat ke dermaga untuk memperbaiki jaringan, mesin, dan kapal. Mereka juga manfaatkan untuk berbenah," kata Mahson.
Kapal yang berlabuh yakni berbobot tonase di atas 5 gross tone seperti kapal freezer yaitu kapal yang tak menjaring dari kapal lain atau bongkar angkut ikan di tengah laut.
Adapun hasil tangkapan ikan sebelum mereka berhenti melaut, kata dia, sebagian besar ikan tongkol, layang, tenggiri, dan lemuru.
"Untuk harga ikan masih relatif stabil, seperti ikan tongkol Rp15 ribu per kilogram, layang Rp17 ribu/ kilogram, tenggiri Rp55 ribu/ kilogram, lemuru Rp14 ribu/ kilogram, manyung Rp24 ribu/ kilogram, ikan pe Rp20 ribu/ kilogram, dan cucut Rp20 ribu/ kilogram," katanya. (Antara)
Baca Juga: Nelayan di Pantai Kelan Pilih Tidak Melaut Selagi Cuaca Tidak Menentu