Warga Ukraina: Tentara Rusia Memukuli Saya dan Menyebutnya Re-edukasi

SiswantoBBC Suara.Com
Jum'at, 17 Juni 2022 | 13:33 WIB
Warga Ukraina: Tentara Rusia Memukuli Saya dan Menyebutnya Re-edukasi
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Andriy menyaksikan dengan cemas ketika tentara Rusia menghubungkan ponsel miliknya ke komputer mereka, berusaha mengembalikan beberapa berkas yang sudah dihapus.

Andriy, staf pemasaran berusia 28 tahun, berusaha meninggalkan Mariupol. Ia telah menghapus semua dokumen yang ia pikir akan membuatnya bermasalah dengan tentara Rusia, misalnya pesan teks yang membicarakan invasi Rusia ke Ukraina atau foto-foto kehancuran di kotanya akibat gempuran selama berminggu-minggu tanpa henti.

Namun internet di Mariupol, dahulu kota pelabuhan yang ramai di Ukraina selatan, telah diputus ketika dikepung pasukan Rusia, dan Andriy belum sempat menghapus beberapa unggahannya di media sosial. Ia ingat hari-hari pertama perang, ketika ia membagikan beberapa pesan anti-Rusia dan pidato presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. "Mampus aku," pikirnya.

Tentara Rusia, kata Andriy, sudah berfokus kepadanya.

Baca Juga: Tercatat 40 Ribu Lebih Laporan Pengaduan dari Kerabat Tentara Rusia

Pada suatu hari di awal Mei, ketika ia pertama kali bergabung dalam antrean untuk hal yang disebut 'filtrasi' - proses pemeriksaan bagi warga sipil yang hendak meninggalkan wilayah pendudukan Rusia - seorang prajurit memperhatikan janggutnya. Ia langsung berasumsi itu adalah pertanda bahwa Andriy anggota resimen Azov, kelompok milisi di Mariupol yang punya kaitan dengan gerakan ekstrem kanan.

"Apakah kamu dan brigade kamu yang membunuhi orang-orang kami?" Andriy ditanya pasukan Rusia itu.

Ia menjawab ia tidak pernah masuk tentara, ia langsung bekerja setelah lulus kuliah. Tetapi mereka "tidak mau mendengarnya".

Baca juga:

Ketika tentara Rusia memeriksa ponsel Andriy, mereka menanyakan pandangan politiknya, dan pendapatnya tentang Zelensky.

Baca Juga: Vladimir Putin Beri Santunan Keluarga Tentara Rusia yang Tewas di Ukraina, Totalnya Capai Rp1,17 Miliar

Andriy, dengan hati-hati, mengatakan Zelensky "biasa saja", dan salah seorang prajurit ingin tahu apa maksudnya itu. Andriy mengatakan kepadanya Zelensky hanyalah seorang presiden, yang tidak jauh berbeda dari presiden-presiden sebelumnya, dan bahwa ia sebenarnya tidak begitu tertarik dengan politik.

"Begini," si prajurit menjawab, "Kamu seharusnya bilang saja kalau kamu tidak tertarik dengan politik."

Mereka menahan ponsel Andriy dan memintanya menunggu di luar. Ia menemui nenek, ibu, dan bibinya, yang datang bersamanya untuk proses itu di Bezimenne, sebuah desa kecil di timur Mariupol. Mereka sudah mendapatkan dokumen yang membolehkan mereka untuk pergi.

Beberapa menit kemudian, kata Andriy, ia diperintahkan untuk pergi ke sebuah tenda tempat anggota lembaga keamanan Rusia, FSB, melakukan pengecekan lebih lanjut.

Lima petugas duduk di balik meja, tiga di antara mereka mengenakan balaklava. Mereka menunjukkan kepada Andriy video pidato Zelensky yang ia bagikan di Instagram, pada tanggal 1 Maret. Di bawah video itu ada caption yang ia tulis sendiri: "Presiden yang bisa kami banggakan. Pulanglah kalian (Rusia) dengan kapal perang kalian!"

Seorang petugas mulai membentak Andriy. "Kamu bilang kamu netral dalam politik, tapi kamu mendukung pemerintahan Nazi," kata petugas itu dalam ingatan Andriy.

"Dia memukul saya di tenggorokan. Dia mulai menggebuki saya."

Seperti Andriy, Dmytro mengalami ponselnya disita di salah satu pos pengecekan ketika ia berusaha meninggalkan Mariupol pada akhir Maret.

Dmytro, guru sejarah berusia 34 tahun, mengatakan para prajurit Rusia yang berjaga di sana menemukan kata "rusis", gabungan kata "Rusia" dan "fasis", dalam pesan kepada seorang kawan. Para prajurit, kata Dmytro, menampar dan menendangnya, dan "semuanya [terjadi] karena saya menggunakan kata itu."

Dmytro mengatakan ia dibawa, bersama empat orang lain, ke sebuah kantor polisi di Desa Nikolsky, juga tempat filtrasi. "Perwira berpangkat tertinggi memukul saya empat kali di wajah," ujarnya. "Tampaknya itu bagian dari prosedur".

Interogatornya mengatakan guru-guru seperti dirinya menyebarkan propaganda pro-Ukraina. Mereka juga menanyakan pendapatnya tentang "peristiwa 2014", tahun ketika Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea dan mulai mendukung kelompok-kelompok separatis pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk. Ia menjawab bahwa konflik itu dikenal sebagai perang Ruso-Ukraina.

"Mereka mengatakan Rusia tidak terlibat, dan bertanya kepada saya apakah saya setuju bahwa itu, sebenarnya, perang sipil Ukraina."

Para perwira mengecek ponselnya lagi, dan kali ini mereka menemukan foto sebuah buku yang judulnya mengandung huruf H. "Nah ketahuan!" kata mereka kepada Dmytro. Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengklaim perangnya di Ukraina adalah usaha untuk "mende-Nazi-fikasi" negara itu, dan para prajurit, kata Dmytro, percaya ia membaca buku tentang Hitler.

Pada pagi hari keesokan harinya, Dmytro dipindahkan bersama dua perempuan ke sebuah penjara di Starobesheve, desa yang dikuasai separatis di Donetsk. Ia menghitung ada 24 orang di dalam sel berisi empat tempat tidur bertingkat.

Setelah empat hari dan interogasi detail lagi, ia akhirnya dibebaskan, dan akhirnya mencapai wilayah yang dikuasai Ukraina. Berminggu-minggu kemudian ia masih belum tahu apa yang terjadi pada rekan-rekan satu selnya.

Di dalam tenda di Bezimenne, Andriy menyadari ada dua orang lain dengan tangan terikat di punggung mereka, yang ditinggalkan di sudut sementara para petugas menanganinya.

"Mereka mulai memukuli saya jauh lebih keras," kata Andriy kepada saya, "mereka memukuli saya di mana-mana". Pada satu titik, setelah pukulan ke perut, ia merasa seperti hendak pingsan. Namun ia bisa duduk di kursi.

"Saya bertanya-tanya mana yang lebih baik," katanya, "hilang kesadaran dan jatuh atau menahan rasa sakit lebih lanjut."

Setidaknya, pikir Andriy, dia tidak dikirim ke tempat lain, jauh dari keluarganya. Para pejabat Ukraina mengatakan ribuan orang diyakini telah dikirim ke pusat-pusat penahanan dan kamp-kamp yang didirikan di daerah-daerah pendudukan Rusia selama proses filtrasi. Dalam hampir semua kasus, kerabat mereka tidak tahu di mana mereka ditahan, atau mengapa.

"Saya [sangat] marah dengan segalanya," kata Andriy, "tetapi, pada saat yang sama, saya tahu ini bisa jauh lebih buruk."

Ibunya berusaha masuk ke dalam tenda, namun dihentikan oleh petugas. "Ia sangat gugup. Ia belakangan mengatakan bahwa mereka [petugas Rusia] berkata kepadanya bahwa 're-edukasi' saya telah dimulai," kata Andriy, "dan bahwa ia tidak perlu khawatir."

Penderitaan berat Andriy, kata dia, berlanjut selama dua setengah jam. Ia bahkan terpaksa membuat video yang mengatakan "Jayalah tentara Rusia!", sebuah parodi dari "Slava Ukraini!", slogan Ukraina.

Pertanyaan terakhir, kata Andriy, adalah apakah ia telah "memahami kesalahannya", dan "Saya jelas menjawab ya". Setelah ia dibebaskan, petugas membawa seorang pria lain, yang sebelumnya bertugas di militer Ukraina dan memiliki beberapa tato. "Mereka segera mendorongnya ke tanah dan mulai memukulinya," kata Andriy. "Mereka bahkan tidak berbicara dengannya."

Pihak berwenang Ukraina mengatakan pasukan Rusia dan separatis yang disokong Rusia telah melakukan filtrasi di wilayah pendudukan dalam upaya memastikan kemungkinan hubungan penduduk dengan militer, penegak hukum, dan bahkan pemerintah lokal, seiring pasukan penjajah berusaha memulihkan layanan dan infrastruktur.

Pemeriksaan terutama dilakukan pada pria usia dewasa, badan mereka diperiksa, bila ada memar yang dapat menandakan penggunaan senjata baru-baru ini, seperti di jari dan bahu. Penggeledahan tanpa busana adalah hal biasa, kata saksi mata, termasuk untuk perempuan.

Oleksandra Matviychuk, kepala Center for CivilLiberties, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Kyiv, menyebut proses itu, meski tidak disertai kekerasan, "tidak manusiawi".

"Tidak ada kebutuhan militer untuk ini... Mereka berusaha menduduki suatu negara dengan cara yang saya sebut 'penderitaan luar biasa bagi warga sipil'. Anda bertanya-tanya: 'Mengapa begitu kejam? Untuk apa?'"

Maksym, seorang buruh pabrik baja berusia 48 tahun, mengatakan ia dipaksa untuk telanjang sementara petugas di Bezimenne, yang katanya semuanya orang Rusia, memeriksa hingga jahitan di pakaiannya. Dia ditanya apakah dia berasal dari Resimen Azov atau simpatisan Nazi - dia menyangkal keduanya - dan mengapa dia ingin meninggalkan Mariupol.

"Saya berkata, 'Sebenarnya, Anda yang berada di tanah Ukraina.'" Salah seorang petugas bereaksi dengan memukul Maksym dengan gagang pistol di dadanya. Ia pun jatuh.

"Saya menyandarkan kepala saya di tanah, memegang tulang rusuk saya. Saya tidak bisa bangun," katanya. "Sakit sekali rasanya ketika saya bernafas."

Ia dibawa ke tempat yang ia sebut sebagai "kerangkeng". Ada beberapa orang yang sudah ditahan di sana. Ia memperhatikan bahwa seorang pria, atlet angkat besi, memiliki tato Poseidon, dewa Yunani, sedang memegang trisula. Para petugas, kata Maksym, mengira itu adalah lambang Ukraina. "Dia menjelaskannya kepada mereka tetapi mereka tidak mengerti."

Mereka yang ditahan di "kerangkeng" tidak diberi air atau makanan, dan disuruh buang air kecil di sudut sel, Maksym memberitahu saya. Pada satu titik, karena kelelahan, ia mencoba tidur di tanah. Seorang petugas masuk dan menendang punggungnya, memaksanya untuk berdiri.

Orang-orang dibawa untuk diinterogasi dan, ketika mereka kembali, "Anda melihat orang itu telah dipukuli," kata Maksym. Dia menyaksikan seorang wanita berusia 40 tahunan terbaring kesakitan, tampaknya setelah dipukul di perut. Seorang pria, yang tampaknya berusia sekitar 50 tahun, tampak berdarah di bibirnya dan ada memar merah di lehernya. Maksym yakin pria itu telah dicekik.

Tak seorang pun di "kerangkang" bertanya atau mengatakan apa-apa kepada satu sama lain. Mereka takut petugas FSB bisa menyamar sebagai tahanan.

Setelah sekitar empat atau lima jam, Maksym dibebaskan dan diizinkan meninggalkan Mariupol. Beberapa hari kemudian, ia mencapai tempat aman di wilayah yang dikuasai Ukraina, dan pergi ke rumah sakit untuk mengobati rasa sakit berkepanjangan di dadanya. Diagnosis dokter: empat tulang rusuk patah.

Yuriy Belousov, yang memimpin Departemen Perang di kantor kejaksaan umum Ukraina, mengatakan timnya telah menerima tuduhan penyiksaan dan bahkan pembunuhan selama filtrasi. "[Sepertinya] ini kebijakan Rusia yang dirancang sebelumnya, dan dipersiapkan dengan cukup baik," katanya kepada saya. "Ini jelas bukan hanya satu kasus atau [sesuatu] yang dilakukan oleh seorang anggota militer lokal."

Ia mengakui bahwa sulit untuk memverifikasi kasus-kasus tersebut, atau memperkirakan skala kekerasannya. Pihak berwenang di Ukraina tidak dapat melakukan penyelidikan di wilayah pendudukan dan sebagian besar korban masih enggan untuk berbagi cerita mereka, khawatir bahwa kerabat mereka di Mariupol dapat menjadi sasaran jika identitas mereka terungkap.

Vadym, 43 tahun, yang dulu bekerja di sebuah perusahaan milik negara di Mariupol, mengatakan dia disiksa di Bezimenne pada Maret lalu. Tentara separatis menanyai istrinya setelah menemukan ia "menyukai" laman tentara Ukraina di Facebook, dan mendapati tanda terima sumbangan yang ia berikan kepada mereka. "Saya berusaha membelanya," katanya, "tetapi saya dipukul sampai terjatuh." Ia bangkit, kemudian dipukuli sekali lagi. Itu menjadi pola, kata dia, yang terjadi berulang kali.

Ketika tentara Rusia menyadari di mana dia bekerja, mereka membawa Vadym ke gedung yang berbeda. Di sana, Vadym mengatakan tentara separatis menanyakan "hal-hal bodoh" dan mulai memukulinya.

"Mereka menggunakan listrik. Saya hampir mati. Saya jatuh dan tersedak tambalan gigi yang lepas dari gigi saya," kata Vadym. Ia muntah dan pingsan. "Mereka sangat marah. Ketika saya sadar kembali, mereka menyuruh saya untuk membersihkan semuanya dan lanjut menyetrum saya."

Penyiksaan itu, kata Vadym, baru berhenti setelah petugas Rusia turun tangan. Mereka melakukan interogasi sekali lagi sebelum akhirnya membebaskannya. Ketika Vadym meninggalkan gedung, ia melihat seorang perempuan muda, yang telah diidentifikasi selama proses sebagai panitera, sedang dibawa petugas.

"Kepalanya ditutupi kantong plastik, dan tangannya diikat," kata Vadym. "Ibunya berlutut, memohon-mohon supaya putrinya tidak dibawa pergi."

Vadym dibebaskan dengan satu syarat: dia harus pergi ke Rusia. Sekitar 1,2 juta orang di Ukraina, termasuk ribuan penduduk Mariupol, telah dikirim ke Rusia di luar kehendak mereka sejak invasi dimulai pada Februari, menurut pemerintah Ukraina.

Rusia membantah melakukan deportasi massal, yang merupakan kejahatan perang di bawah hukum humaniter internasional, dan mengatakan mereka hanya membantu orang-orang yang ingin pergi. Ukraina menolak klaim ini.

Beberapa dari mereka yang dikirim ke Rusia telah berhasil melarikan diri ke negara lain dan bahkan kembali ke Ukraina. Berapa banyak jumlah mereka, masih belum jelas.

Vadym, dengan bantuan teman-temannya, pindah ke negara Eropa lain - ia tidak mau mengungkap lokasi pastinya. Ia telah kehilangan sebagian dari penglihatannya, katanya kepada saya, dan dokter mengatakan ini adalah akibat dari cedera di kepala akibat pemukulan.

"Saya merasa lebih baik sekarang, tetapi rehabilitasi akan butuh waktu lama." Saya menanyakan pendapatnya tentang filtrasi. "Mereka memisahkan keluarga. Orang-orang menghilang," katanya. "Ini murni teror."

Kementerian pertahanan Rusia tidak menanggapi beberapa permintaan komentar atas tuduhan tersebut. Pemerintah Rusia sebelumnya membantah melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Andriy dan keluarganya kini telah menetap di Jerman, setelah juga terpaksa pergi ke Rusia. Melihat ke belakang, ia yakin pasukan invasi tampaknya menggunakan filtrasi untuk menunjukkan "kekuatan absolut" mereka. Para tentara, katanya, bertindak seolah-olah itu adalah "jenis hiburan", sesuatu untuk "memuaskan ego mereka sendiri".

Saya memberi tahu dia tentang orang Ukraina lain yang saya temui, seorang pensiunan insinyur berusia 60 tahun bernama Viktoriia. Seorang tentara mengetahui bahwa dia telah menambahkan bendera Ukraina ke foto profilnya di Facebook, katanya kepada saya, dan pesan "Ukraina di atas segalanya."

Ia mengatakan bahwa tentara itu mengarahkan pistolnya ke arahnya dan mengancam: "Aku akan menempatkanmu di ruang bawah tanah sampai kamu membusuk!" Ia kemudian menendangnya, katanya. Viktoriia tidak bisa mengerti mengapa tentara itu bertindak seperti itu. "Apa yang saya lakukan? Apa hak mereka?"

Andriy mengaku tidak bisa menjelaskan perilaku tersebut. "Saya bahkan berusaha untuk menjustifikasi proses tersebut entah bagaimana. Berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa ada semacam logika."

Beberapa nama telah diubah untuk melindungi identitas.

Peliputan tambahan oleh Illia Tolstov; foto oleh Janne Kern

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI