Suara.com - Laba keseluruhan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan rapor hijau yang gemilang di tahun ini. Tapi ada pula beberapa perusahaan BUMN yang merugi bahkan segera dibubarkan oleh Menteri Erick Thohir.
Adapun penyerapan laba BUMN mendekati penghujung tahun 2022 mencapai angka ratusan triliun Rupiah yakni dengan rincian bersih Rp1.983 triliun. Perolehan laba tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan yang fantastis.
“Perolehan laba BUMN yang tumbuh 869% serta pendapatan sebesar Rp1.983 triliun atau setara 99% dari pendapatan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) merupakan buah dari hasil kerja yang fokus dan tuntas, sehingga strategi yang direncanakan dapat dieksekusi dengan baik,” ungkap Direktur Utama PT Bank BRI Tbk Sunarso mewakili, Rabu (15/6/2022).
Kendati menunjukkan prestasi secara keseluruhan, beberapa BUMN bukannya untung malah buntung dan mengalami kerugian hingga kantongi utang yang menggunung.
Baca Juga: Apa Hubungan Erick Thohir dengan Komisaris Utama GOTO? Ini Penjelasannya
Berikut rincian daftar BUMN yang merugi:
1. PT Garuda Indonesia
Perusahaan maskapai penerbangan yang sudah membersamai rakyat Indonesia mengangkasa tersebut akhirnya mengalami kerugian dengan jumlah yang signifikan. PT Garuda Indonesia mencatat kerugian bersihnya per September 2021 sebesar US$ 1,66 miliar atau setara dengan Rp 23 triliun.
Meski menghipun keuntungan puluhan triliun, tak sebanding dengan utang PT Garuda Indonesia yang menggunung.
PT Garuda Indonesia berutang pada beberapa perusahaan publik/BUMN yang terdiri atas Pertamina, Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, AirNav. Adapun utang PT Garuda Indonesia terhadap sederet BUMN tersebut merupakan utang perseroan.
Baca Juga: Para Menteri yang Dimarahi Jokowi tapi Selamat dari Reshuffle Kabinet, Siapa Saja?
Tak hanya itu, perusahaan maskapai penerbangan tersebut juga kantongi utang perseroan kepada para kreditur sebesar US$ 800 juta.
2. Jiwasraya
Perusahaan publik yang membidangi asuransi tersebut telah menghadapi kerugian. PT Jiwasraya telah mencatakan penurunan nilai aset dan berhenti menerima premi, ditambah lagi mengalami beban usaha yang mencapai Rp8,25 triliun menambah daftar kerugian perusahaan tersebut.
Belum lagi, PT Jiwasraya telah mengalami gagal bayar pada beberapa waktu silam.
3. Waskita Karya
BUMN yang bergerak dalam bidang konstruksi tersebut juga memiliki rapor merah pada laporan keuangan mereka. Melalui laporan keuangan Waskita Karya, tampak bagaimana berusahaan tersebut harus pontang-panting untuk membenahi keuangan pada kuartal pertama tahun ini.
Waskita Karya kini harus puas dengan kenaikan tipis laba dari semula Rp 2,67 triliun di kuartal pertama 2021, menjadi Rp 2,74 triliun per tiga bulan pertama 2022.
4. Indofarma
Indofarma juga mencatatkan penurunan penjualan bersih pada tahun ini yakni senilai Rp 339,03 miliar. Padahal, tahun lalu perusahaan farmasi berbentuk BUMN tersebut kantongi penjualan bersih senilai Rp 373,2 miliar.
Bagaikan jatuh tertimpa tangga, Indofarma melaporkan peningkatan beban pokok penjualan Rp 309,08 miliar yang sebelumnya hanya pada angka Rp 198,19 miliar.
Beberapa BUMN lainnya yang dibubarkan oleh Erick Tohir
Selain keempat perusahaan besar tersebut, beberapa BUMN yang telah lama tutup operasi akan segera dibubarkan langsung oleh Menteri BUMN Erick Tohir.
Adapun deretan BUMN tersebut adalah PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT Kertas Kraft Aceh (KKA). PT Industri Gelas atau Iglas, PT Industri Sandang Nusantara (ISN), PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (Persero), PT Kertas Leces (Persero), dan PT Istaka Karya (Persero).
Kontributor : Armand Ilham