Suara.com - Pengamat hubungan internasional menyarankan agar Indonesia memainkan peran kepemimpinan untuk membantu mengatasi masalah Islamofobia di India.
Agung Nurwijoyo, pakar kajian wilayah Asia Selatan dari Universitas Indonesia, menilai pernyataan kontroversial tentang Nabi Muhammad yang dilontarkan Nupur Sharma, juru bicara partai berkuasa di India, telah menunjukkan bagaimana Islamofobia atau fanatisme menjadi bumerang bagi negara itu dalam konteks kerja sama global.
"Meski tidak secara langsung berdampak pada hubungan diplomatik, komentar seperti itu akan mengakibatkan sentimen negatif di tataran publik. Jangan kemudian akhirnya sentimen-sentimen itu semakin menguat dalam konteks hubungan antar bangsanya," katanya kepada BBC News Indonesia.
Banyak pengamat telah mengatakan bahwa narasi-narasi yang menyudutkan Muslim, kelompok minoritas terbesar di India, terus menguat sejak partai Bharatiya Janata (BJP) berkuasa. Dalam beberapa kasus, sikap yang disebut Islamofobik itu berbuntut kekerasan.
Baca Juga: Ancam Penggal Jubir Partai Hina Nabi Muhammad, Pemuda India Ditangkap
Komentar Nupur Sharma dari BJP tentang Nabi Muhammad telah menjerumuskan India ke dalam masalah diplomatik dengan lebih dari selusin negara Islam dan mayoritas Muslim, termasuk Indonesia.
Ini bukan pertama kalinya BJP atau pemerintah India mendapat tuduhan Islamofobia.
Baca juga:
- Siapakah perempuan India yang menggemparkan dunia Islam melalui ujaran tentang Nabi Muhammad?
- Ketika ujaran politisi soal Nabi Muhammad memperkeruh hubungan India dan negara-negara Islam
- Sengketa jilbab yang menyebabkan sekolah-sekolah di negara bagian India ditutup
Menurut Agung, Indonesia sebagai salah satu mitra dagang India dapat berperan lebih aktif dalam menangani isu ini. Di luar kerja sama antar pemerintah, Indonesia dapat menguatkan hubungan di level warga melalui kerja sama sosial budaya.
Agung mengatakan Indonesia adalah negara yang punya banyak kesamaan dengan India dan relatif mampu menjaga keragaman, meskipun punya masalahnya sendiri. Dalam hal ini kedua negara dapat saling belajar.
Baca Juga: Pria Ini Ditangkap Usai Ancam Penggal Penghina Nabi Muhammad
"Misalnya, sharing pengalaman agar kemudian kita bisa saling belajar untuk membangun satu spirit keberagaman itu," kata Agung.
Jaga hubungan baik
Kementerian Luar Negeri Indonesia memanggil duta besar India untuk Indonesia Manoj Kumar Bharti pada hari Senin (06/06), serta menyuarakan kecaman keras melalui Twitter.
Menurut pejabat Kemlu yang hadir dalam pertemuan tersebut, Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Abdul Kadir Jailani, sang Dubes mengatakan pernyataan kontroversial tentang nabi umat Islam itu tidak mewakili sikap pemerintah India.
"Pemerintah India memiliki pandangan yang sama bahwa sikap tersebut tidak dapat diterima. Dan oleh karenanya partai BJP juga melakukan tindakan tegas dengan men-suspend keanggotaan yang bersangkutan," kata Abdul Kadir kepada BBC News Indonesia.
Ia mengatakan protes tersebut dalam rangka menjaga hubungan bilateral antara Indonesia dan India, menekankan komitmen untuk "tetap memelihara hubungan baik kedua negara".
Mengenai tuduhan Islamofobia terhadap pemerintah India, Abdul Kadir mengatakan bahwa Indonesia tidak menghendaki Islamofobia di mana pun itu terjadi.
"Dan posisi pemerintah India sama dengan pemerintah kita, jadi kita tidak memiliki perbedaan pandangan dengan pemerintah India dalam hal ini," kata Abdul Kadir.
Namun pada tingkat warga, kemarahan terhadap India belum mereda. Tagar #BoikotIndia masih cukup ramai di Twitter, meskipun sudah melandai sejak negara-negara Muslim mengecam India.
https://twitter.com/ismailfahmi/status/1534150040578838528
Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan di Twitter bahwa ia telah meminta dinas teknis dan para staf khusus untuk menghentikan kegiatan Dubes India Manoj Kumar Bharti di Banda Aceh. Sang Dubes sedang berkunjung ke Aceh untuk menghadiri suatu acara terkait investasi.
"Sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam, kita keberatan sekali terhadap pernyataan dua politisi India dari partai penguasanya yang menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW," kata Iriansyah melalui akun Twitter-nya yang privat. Staf lokal Kedutaan Besar India di Jakarta mengatakan belum bisa mengonfirmasi kabar ini.
Tuntut permintaan maaf publik
Tiga Ormas Islam berencana menggelar demonstrasi di depan Kedutaan Besar India di Jakarta pada hari Jumat (10/06). Mereka adalah Pertahanan Ideologi Serikat Islam (Perisai), Serikat Sarjana Muslim Indonesia (SESMI), dan Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI).
Jumlah pengunjuk rasa diperkirakan 100 orang.
Koordinator lapangan aksi, Ali Hasan, dari PERISAI, mengatakan meskipun Dubes India sudah dipanggil oleh Kemlu ia belum memberikan klarifikasi dan meminta maaf kepada umat Islam. Hal itu menjadi salah satu tuntutan mereka.
"Karena kita kan punya hubungan diplomatik baik dengan India, tapi jangan sampai itu melukai hati umat Islam," kata Ali Hasan kepada BBC News Indonesia.
Tuntutan agar India membuat permintaan maaf publik juga disuarakan oleh pemerintah Qatar.
"Membiarkan komentar Islamofobik seperti itu berlanjut tanpa hukuman, menjadi ancaman besar bagi perlindungan hak asasi manusia dan dapat berujung pada prasangka dan marjinalisasi, yang kemudian menciptakan lingkaran kekerasan dan kebencian," kata kementerian luar negeri Qatar.
Banyak analis mengatakan kepemimpinan BJP dan pemerintah dipaksa mengeluarkan pernyataan publik tentang isu ini. Bila tidak, kata mereka, itu dapat mengancam hubungan India dengan negara-negara Muslim.
India memiliki hubungan erat di bidang perdagangan dengan Dewan Kerja Sama Negara Teluk yang mencakup Kuwait, Qatar, Arab Saudi, Bahrain, Oman, dan Uni Emirat Arab.
Perdagangan India dengan negara-negara itu mencapai $87 miliar (Rp1.269 triliun) pada 2020-2021. Jutaan warga India tinggal dan bekerja di negara-negara ini dan mengirim uang hingga jutaan dolar ke kampung halaman. Kawasan ini juga merupakan sumber utama impor energi India.
Adapun Indonesia merupakan mitra dagang terbesar India di ASEAN, serta bagian dari kebijakan 'act east' pemerintahan Narendra Modi.