Suara.com - Pesisir Bima di Nusa Tenggara Barat diterjang banjir rob. Sebanyak 50 rumah terendam. Sebanyak 280 petak tambak warga juga terendam.
Peristiwa ini terjadi dipicu gelombang pasang air laut sekitar pukul 16.00 WITA sejak Selasa lalu hingga menggenangi pemukiman warga.
Berdasarkan laporan visual BNPB di lapangan, terlihat tambak ikan bandeng milik warga terendam hingga pembatas antar tambak sudah rata dengan air.
Para warga melakukan peninggian batas tambak untuk membentuk kembali petak tambak yang sebelumnya terendam.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima melaporkan banjir ini melanda empat kecamatan yakni Kecamatan Palibelo, Kecamatan Woha, Kecamatan Bolo dan Kecamatan Langgudu. Sementara itu dilaporkan juga tidak ada jiwa mengungsi akibat peristiwa tersebut.
Baca Juga: Cuaca Hari Ini Menurut BMKG : Denpasar Dan Mataram Berpotensi Diguyur Hujan
"Tim reaksi cepat dari BPBD setempat telah menyiapkan peralatan dan perlengkapan evakuasi tanggap darurat apabila diperlukan," Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran persnya Kamis pagi.
BNPB mengimbau masyarakat di sepanjang pesisir pantai untuk selalu waspada dan siaga akan adanya potensi gelombang tinggi yang dapat menimbulkan bahaya lanjutan seperti banjir rob.
Terlebih berdasarkan pantauan BMKG dari data water level dan prediksi pasang surut.
Banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di 20 wilayah pesisir di Indonesia mulai 11-23 Juni.
Bersamaan dengan itu, adanya fenomena Super Full Moon yaitu fase Bulan Purnama yang mempengaruhi terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut.
Baca Juga: Membangkitkan Kembali Industri Pengadaan Barang dan Jasa Lewat Ajang ISPE 2022
Upaya-upaya darurat seperti peninggian dan penguatan tanggul tambak perlu dilaksanakan.
"Upaya pengamanan komoditas budidaya di tambak seperti penambahan jaring yang diikat di sepanjang tanggul tambak dan upaya lain juga bisa dilakukan dengan berkoordinasi dengan dinas terkait setempat," tutup Abdul.