Kemendikbudristek Tunjuk Ananda Sukarlan Jadi Direktur Artistik G20 Orchestra

Stefanus Aranditio Suara.Com
Rabu, 15 Juni 2022 | 18:54 WIB
Kemendikbudristek Tunjuk Ananda Sukarlan Jadi Direktur Artistik G20 Orchestra
Ananda Sukarlan ditemui suara.com di The Grand, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2017) [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek menunjuk komponis sekaligus pianis Ananda Sukarlan sebagai Direktur Artistik World Premiere G20 Orchestra.

World Premiere G20 Orchestra akan dilaksanakan di Candi Borobudur pada 12 September 2022 mendatang, yang akan dihadiri oleh para Menteri Kebudayaan G20 dan para undangan VVIP lainnya.

"Ini adalah inisiatif Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, yang menurut saya keren banget sih. Beliau menghubungi saya awal tahun ini dan meminta saya merealisasikannya. Saya berharap orkes ini akan bisa terus berlanjut di pertemuan G20 di setiap tahun di negara berbeda," kata Ananda Sukarlan, Rabu (15/6/2022).

Dia menyebut para musisi Indonesia juga mempunyai kesempatan untuk menjadi bagian dari orkes kelas internasional ini. Mereka bisa mengikuti audisi untuk menjadi penampil yang sedang berlangsung dan akan ditutup pada 7 Juli 2022.

Baca Juga: Eril Dinyatakan Wafat, Menteri Nadiem Ucapkan Belasungkawa pada Ridwan Kamil

"Audisi ini bisa dilakukan oleh para musikus berusia di bawah 30 tahun dengan mengunduh permainan mereka di YouTube, sehingga permainan mereka memang secara transparan bisa dilihat oleh publik. Syarat dan ketentuannya bisa dilihat di website kantor saya, anandasukarlancenter.com," jelasnya.

G20 Orchestra akan mencerminkan tema perang dan akibatnya pianis asli yang meminta Sergei Prokofiev untuk menulis Piano Concerto untuk tangan kiri saja ini adalah Paul Wittgenstein yang kehilangan tangan kanannya di Perang Dunia I.

Keinginan untuk kemakmuran dan kedamaian untuk semua dengan karya "A Child of Our Time" dari Sir Michael Tippett yang pernah dipenjara karena menolak masuk militer untuk perang di Perang Dunia II, hak azasi kaum minoritas karya Sir Michael Tippett, hubungan dagang, agama, akulturasi budaya dan bahasa Makassar - suku Aborigin (The Voyage to Marege).

Serta cuplikan-cuplikan opera dan musical theatre Italia, Perancis dan Amerika yang lebih "light". Juga musik rakyat Makassar, Aborigin, Tango Argentina, Gending Sriwijaya menjadi feature yang penting di program ini.

Baca Juga: Jokowi Disebut Belum Tahu Isi RUU Sisdiknas, Ini Respons Kemendikbud Ristek

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI