Suara.com - Pemerintah Brasil didesak mengintensifkan pencarian jurnalis dan pakar masyarakat adat setempat, lima hari setelah mereka dinyatakan hilang di hutan belantara Amazon.
Jurnalis dari Inggris, Dom Phillips dan mantan pejabat senior di lembaga adat federal FUNAI, Bruno Pereira, menghilang saat melakukan penelitian di lembah Javari di Brasil, yang berbatasan dengan Peru, pada Senin (06/06) dini hari.
Saksi mata mengatakan mereka terakhir melihat Dom Phillips, seorang penulis lepas yang telah menulis untuk media The Guardian, Washington Post, dan publikasi lainnya, bersama dengan Bruno Pereira, sehari sebelumnya.
Baca juga:
Baca Juga: Jurnalis Inggris-Pakar Adat Hilang di Hutan Amazon
- Sebagian hutan Amazon dijual secara ilegal di Facebook
- Deforestasi hutan Amazon 'terparah sejak 2008'
Seperti dikutip dari kantor berita Reuters, Direktur FUNAI saat ini, Maria Laura Canineu, menyayangkan respons pemerintah Brasil yang lemah tentang insiden ini.
Adapun saat ini, pihak berwenang sedang mengejar "semua jalur penyelidikan," dan masih berharap untuk menemukan orang-orang itu hidup, kata kepala penyelidik Alexandre Fontes, seperti dikutip dari kantor berita AFP.
Insiden ini menuai desakan dari organisasi media terkemuka, kelompok lingkungan dan hak asasi manusia, juga tokoh-tokoh terkenal termasuk legenda sepak bola Pele dan bintang sepakbola Brasil saat ini, Richarlison.
"Saya bergabung dengan banyak suara yang membuat seruan untuk mengintensifkan pencarian dan menemukan mereka sesegera mungkin," tulis Pele di Instagram dalam unggahan video yang menampilkan istri Phillips menahan isak tangisnya saat memohon kepada pihak berwenang Brasil untuk membantu pencarian suaminya.
https://www.instagram.com/tv/CejH48FDRgz/?utm_source=ig_web_copy_link
Baca Juga: Jurnalis Inggris Hilang di Hutan Amazon, Brazil Gelar Pencarian
Pesepakbola Brasil yang kini bermain di klub Everton, Richarlison, juga mengunggah video yang sama.
"Saya meminta pihak berwenang, tolong, bertindak segera dan melakukan segala kemungkinan untuk menemukan Dom Phillips dan Bruno Pereira!" tulisnya.
Desakan pencarian Phillips dan Pereira juga sampai di KTT Amerika yang digelar Los Angeles, di mana Presiden AS Joe Biden bertemu dengan para pemimpin regional pekan ini, termasuk bersama Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, pada Kamis (09/06).
Aktivis memasang layar raksasa di sebuah truk yang berhenti di berbagai lokasi penting di Los Angeles, termasuk Hollywood, dengan pesan: "Where are Dom Phillips & Bruno Pereira?
Satu orang ditangkap
Dalam perkembangan terbaru, polisi dan militer Brasil mengungkapkan mereka telah menginterogasi enam orang dan menangkap salah satu di antara mereka.
Namun mereka belum dapat memastikan keterlibatan langsung orang itu dalam hilangnya Phillips dan Pereira.
Penyelidik mengatakan pria itu ditangkap dalam operasi razia dan pencarian di wilayah tersebut, ketika petugas menemukan obat-obatan dan secara ilegal membawa amunisi kaliber 7,62 milimeter - peluru yang biasanya digunakan dalam senapan serbu.
Polisi tidak menjelaskan mengapa pria ditetapkan sebagai tersangka tetapi dia diduga berada di antara sekelompok pria yang mengancam kedua orang itu di dekat wilayah adat pada hari Sabtu (04/06).
Saksi mata dilaporkan melihat pria itu membuntuti perahu Phillips dan Pereira, kala kedua orang itu kembali ke kota kecil Atalaia do Norte, setelah melakukan perjalanan penelitian ke daerah yang dikenal sebagai danau Jaburu.
Tetapi "kami belum menemukan koneksi apa pun antara dia dan (hilangnya Phillips dan Pereira) untuk saat ini," ujar pejabat Negara Bagian Amazonas, Jenderal Carlos Alberto Mansur, kepada wartawan dalam konferensi pers Rabu (08/06).
Pegiat masyarakat adat setempat mengatakan Phillips dan Pereira menerima ancaman pekan lalu saat bekerja di wilayah tersebut, yang menjadi saksi gelombang invasi penangkapan ikan, penebangan, dan penambangan emas ilegal, serta perdagangan narkoba.
Adapun Pereira, seorang pakar masyarakat adat dari badan urusan adat Brasil FUNAI, telah menjadi sasaran ancaman pembunuhan atas aksinya memerangi invasi tersebut, termasuk dengan membantu masyarakat adat mengatur patroli mereka sendiri.
Para penyelidik berkukuh bahwa mereka melakukan yang terbaik dalam apa yang disebut kepala penyelidik Alexandre Fontes sebagai "wilayah yang sangat rumit", dilintasi oleh sungai-sungai yang berkelok-kelok dan hanya dapat dicapai dengan helikopter, pesawat kecil, atau perahu.
Baca juga:
- Kebakaran Amazon bisa membuat hutan tropis ini berubah menjadi padang rumput
- Apakah pandemi Covid-19 turut berkontribusi dalam perusakan hutan tropis?
- Remaja suku Amazon: Kami akan 'bertarung sampai mati' untuk menyelamatkan hutan Amazon
Sebanyak 250 orang dikerahkan dalam misi pencarian, termasuk ahli operasi hutan yang dikirim oleh tentara dan penyelam yang dilatih untuk bekerja di perairan keruh.
Dua helikopter, tiga drone dan 16 kapal juga dikerahkan dalam pencarian tersebut.
Tekanan terhadap pemerintah Presiden Jair Bolsonaro yang dituding gagal mengintensifkan pencarian di wilayah pedalaman, terus meningkat.
Namun Menteri Kehakiman Anderson Torres, melalui akun Twitter, menjelaskan bahwa pemerintah "telah memperkuat operasi pencarian".
https://twitter.com/andersongtorres/status/1534218487970861056?s=20&t=Y1xF8ThlrSRwiWMhFAhorw