Suara.com - Kontroversi kasus Samin Tan, bos PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk memasuki babak akhir. Terbaru, diketahui bahwa permohonan kasasi jaksa penuntut umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ditolak oleh MA (Mahkamah Agung) yang menjadikan status Samin Tan resmi bebas. Ketahui profil Samin Tan, crazy rich Indonesia versi majalah ekonomi Amerika Serikat (AS), Forbes, 2011 berikut.
Sebagaimana diketahui, Samin Tan tersangkut kasus dugaan tindak pidana korupsi dan berhasil ditangkap KPK pada 5 April 2021 lalu.
Ia dicurigai terlibat dalam suap dan gratifikasi pengurusan terminasi kontrak dalam Perjanjian Karya Perusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) kepada Anggota DPR, Eni Maulani Saragih. KPK menduga, Samin Tan memberikan suap sebesar Rp 5 miliar kepada Eni.
Sebelumnya KPK menetapkan Samin Tan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO) atau buronan pada 6 April 2020, karena dua kali mangkir dalam pemeriksaan setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka. Tercatat ia mangkir dari pemeriksaan pada 2 Maret dan 28 Februari 2020.
Samin Tan disangka melanggar peraturan pemerintah dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kasus yang menjerat Samin Tan dan anggota DPR Eni ini merupakan pengembangan atas kasus suap proyek PLTU Riau-1.
Dalam perkara tersebut, KPK sebelumnya telah menangkap mantan Sekjen Golkar Idrus Marham, dan juga pemegang saham Blackgold Natural Resources Limited, Johannes Budisutrisno Kotjo.
Profil Samin Tan
Sebelum kasus yang menjerat dirinya, nama Samin Tan pernah masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia. Tercatat jumlah kekayaannya mencapai 940 juta dolar AS atau setara dengan Rp 13,624 triliun (kurs Rp14,537 per dolar AS). Lewat bisnis batu bara, ia berhasil menumpuk pundi-pundi kekayaannya hingga pernah berurusan dengan bisnis dari keluarga Bakrie.
Dalam menjalani kerja sama bisnis tersebut, pria kelahiran Teluk Pinang, Riau, pada 3 Maret 1964 ini kemudian pecah kongsi dengan keluarga Bakrie.
Hal itu dikarenakan investasi yang tak berjalan sesuai dengan harapan. Jumlah investasi yang ditransaksikan di bursa London tak tanggung-tanggung, mencapai 1 miliar dolar AS pada Januari 2012 lalu.
Samin menaruh uang investasinya di Bakrie Bumi Plc, perusahaan milik keluarga Bakrie dengan mitranya Rothschild yang berlokasi London. Tak disangka-sangka saham tiba-tiba saja anjlok yang awalnya mencapai 100 persen turun drastis hingga hanya 20 persen.
Atas kemerosotan harga saham itu, aset miliknya hanya tertinggal 140 juta dolar AS dan merupakan uang pinjaman.
Tak sampai di situ, Samin Tan juga pernah mengalami kegagalannya saat ingin menguasai induk PT Berau Coal Energy, Tbk (BRAU) yaitu perusahaan Asia Resource Mineral Ltd (ARMS). Namun baginya kegagalan dalam berbisnis merupakan hal yang wajar.
Selesai sekolah SMA, Samin sempat melanjutkan ke bangku kuliah dengan masuk jurusan akuntansi di Universitas Tarumanegara.
Namun sayangnya ia tak melanjutkan pendidikannya sejak 1987. Ini menjadikan, Samin Tan sebagai sosok miliader Indonesia yang tak lulus kuliah.
Selama tidak berkuliah, ia memilih bergabung di kantor akuntan public (KAP) Peat Marwick. Saat bekerja, Samin Tan sangatlah cemerlang, kerja keras dan ketekunannya berhasil menjadikannya sebagai partner KPMG di 1995. Kemudian ia bergabung ke perusahaan jasa akuntansi Deloitte&Touche.
Kepiawaiannya dalam bidang akuntansi tak perlu diragukan lagi. Hingga empat tahun berselang, Samin bersama Surjadinata Sumantri memutuskan untuk mendirikan Renaissance Capital Asia dan menduduki jabatan sebagai direktur utama. Ambisinya yang sangat besar membuatnya kembali menjalin relasi bisnis dengan Bakrie Group.
PT Bumi Resource Mineral Tbk milik Bakrie Group kemudian memakai PT Renaissance Capital Asia milik Samin untuk mengakuisisi PT Kaltim Prima Coal dari Beyond Petroleum Plc dan Rio Tinto. Kerja sama dan perkembangan bisnisnya yang terus meningkat membuat Samin tak berhenti di situ saja.
Pada tahun 2006, Samin kembali mendirikan perusahaan bernama PT Republik Energi & Metal. Salah satu pencapaian tertinggi Samin adalah mengambil alih PT Borneo Lumbung Energy dan berhasil mengubah perusahaan tersebut menjadi perusahaan utamanya sekarang.
Di tangan Samin, PT Borneo Lumbung Energy menjadi perusahaan tambang batu bara yang disegani dalam negeri.
Perusahaan batu baranya memproduksi batu bara jenis metalurgi yang berkualitas tinggi, dan menjadikan satu-satunya perusahaan di tanah air yang memproduksi jenis barang mahal tersebut.
Bahkan perusahaannya itu memiliki cadangan batu bara hingga sebanyak 69,2 juta ton. Produksi tambangnya terus mengalami peningkatan pada 2010 silam. Hal itulah yang kemudian berhasil mengantarkannya menjadi orang terkaya di Indonesia.
Itulah tadi profil Samin Tan, crazy rich yang didakwa kasus suap kini divonis bebas setelah permohonan kasasi JPU KPK ditolak MA. Semoga menambah pengetahuan!
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari