PKB-PKS Hanya "Cek Ombak" Publik, Koalisi Diprediksi Tidak Bakal Awet

Jum'at, 10 Juni 2022 | 14:17 WIB
PKB-PKS Hanya "Cek Ombak" Publik, Koalisi Diprediksi Tidak Bakal Awet
Sekjen PKS Aboe Bakar Al Habsyi bersama Waketum PKB Jazilul Fawaid, PKS dan PKB sepakat berkoalisi untuk Pilpres 2024. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pembentukan koalisi PKB dan PKS disebut hanya untuk 'cek ombak'. Koalisi gabungan dua partai berbasis Islam itu diprediksi tidak akan awet.

Pengamat politik Ujang Komarudin menilai pembentukan koalisi itu untuk menyatukan basis masing-masing partai. Karena itu diperlukan perekat dalam hal ini koalisi untuk melihat respons akar rumput.

"Karena basis massa kedua partai di bawah tidak ketemu, berantem terus. Jadi kelihatannya cek pasar untuk melihat respons publik terhadap koalisi kedua partai tersebut," kata Ujang dihubungi, Jumat (10/6/2022).

Berdasarkan hal itu, ia memiliki keyakinan bahwa kedua partai tersebut tidak memiliki daya rekat yang kuat untuk mempertahankan koalisi. Sehingga bukan tidak mungkin jika ke depan koalisi PKB dan PKS akan merenggang dan bubar. Apalagi diketahui koalisi tersebut masih belum kuat dalam hal suara untuk mengusung calon presiden.

PKB dan PKS membutuhkan dukungan, paling tidak dari satu partai untuk bisa mengusung capres.

"Saya melihatnya seperti itu. Masih cari teman. Dan masih dinamis," kata Ujang.

Gimik Politik

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), menilai kedekatan PKS dengan PKB untuk membentuk koalisi dianggap sebagai gimik politik saja. Menurutnya, kedekatan yang ditunjukan kedua partai politik tersebut hanya untuk provokasi dan propaganda.

"Saya kira ini hanya semacam propaganda untuk memprovokasi partai politik yang lain agar segera menentukan sikap. Sekaligus agar mereka melihat bahwa PKS dan PKB ini punya bergaining position yang harus didekati," kata Dedi saat dihubungi, Jumat.

Baca Juga: PKS-PKB Pamer Kemesraan Bentuk Koalisi, Analis: Gimik Politik Saja

Ia mengatakan, jika dipaksakan PKS-PKB berkoalisi tetap tidak bisa memenuhi ambang batas pencalonan presiden dan wakil 20 persen. Setidaknya membutuhkan satu partai politik lagi untuk memenuhi hal tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI