Satgas COVID-19 Sebut Ancaman Pandemi Baru Tak Terelakkan, Warga Diminta Tetap Patuhi Prokes

Kamis, 09 Juni 2022 | 11:55 WIB
Satgas COVID-19 Sebut Ancaman Pandemi Baru Tak Terelakkan, Warga Diminta Tetap Patuhi Prokes
Petugas kesehatan melakukan swab PCR kepada warga di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/5/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satgas COVID-19 menyebut ancaman pandemi baru tak bisa terelakkan. Sehingga warga Indonesia masih perlu patuhi protokol kesehatan agar pandemi baru tidak terjadi.

Hal itu dikatakan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito.

Prokes, dia bilang, jadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya pandemi baru baik dalam skala nasional maupun global.

Sebab kekinian baik Indonesia maupun negara lainnya di dunia terus berusaha dan bekerja keras menurunkan kasus positif COVID-19 melalui berbagai upaya yang salah satunya adalah melalui protokol kesehatan.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Perlahan Meningkat, Satgas COVID-19 Minta Masyarakat Waspada

Namun, setiap pihak perlu memahami bahwa perilaku manusia sangatlah vital dalam menentukan besar penularan penyakit di dunia.

Mulai dari mobilitas hingga aktivitas sosial dan ekonomi dapat memberi dampak pada terjadinya suatu wabah.

“COVID-19 telah membawa kita kepada darurat kebencanaan. Namun hikmahnya dapat kita sesuaikan untuk mengubah perilaku dalam waktu singkat. Perlu menjadi perhatian bahwa ancaman adanya pandemi baru adalah hal yang tidak bisa terelakkan,” kata Wiku dalam konferensi pers perkembangan penanganan COVID-19 secara daring di Jakarta, Rabu.

Mencegah hal itu terjadi, per Mei 2022 lalu Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperbaharui rekomendasi perilaku masyarakat dalam beraktivitas dengan menyesuaikan kondisi kasus COVID-19 secara global, yakni dengan mengikuti vaksinasi sesuai jadwal dan kaidah yang ditetapkan.

Kemudian usahakan untuk menjaga jarak bahkan dengan orang yang tampak sehat sekalipun juga menjauhi kerumunan sebagai bentuk proteksi terbaik dari menghindari peluang penularan virus.

Baca Juga: Jawa dan Bali Terapkan PPKM Level 1, Ini Alasan Satgas Covid-19

Menurut Wiku, masker juga masih menjadi senjata yang sempurna untuk menutupi mulut dan hidung ketika sulit menjaga jarak di ruang tertutup dan berada di tengah kerumunan yang memiliki sirkulasi udara minim.

Membersihkan tangan dengan menggunakan tisu basah berakohol, sabun atau air yang mengalir juga menjadi etika penting menghadang lahirnya virus baru. Diharapkan pula masyarakat memahami pentingnya mencuci tangan setelah menutup hidung dan mulut ketika batuk.

“Didukung dengan edukasi kesehatan yang baik bahkan UNESCO sebagai lembaga pendidikan dan kebudayaan, telah menyusun sembilan aksi publik untuk menyongsong kehidupan pasca pandemi COVIID-19 yang salah satunya adalah dengan memastikan literasi ilmiah tidak terlepas dari kurikulum pendidikan formal,” kata dia.

Wiku juga meminta bagi siapapun yang merasa memiliki gejala COVID-19 untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

Sedangkan penguatan infrastruktur kesehatan harus terus ditingkatkan sebagaimana rekomendasi dari UNICEF sebagai lembaga peduli kesejahteraan ibu dan anak.

Perbaikan infrastruktur yang bisa dilakukan adalah perbaikan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, perbaikan pencatatan dan pelaporan kasus atau surveilans, pemberdayaan masyarakat dan memasukkan vaksin COVID-19 ke program imunisasi rutin serta memperkuat aspek logistik dan pasokan material serta alat yang dibarengi dengan penelitian maupun program pengetahuan dan dokumentasinya di lapangan.

“Kemudian cukup tidur atau istirahat, tetap terhidrasi, makan makanan yang sehat dan bernutrisi serta tetap aktif dengan berolahraga. Kunci masyarakat tetap aman beraktivitas ialah menerapkan pola hidup bersih dan sehat,” ujar dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI