Suara.com - Seorang wanita asal Amerika Serikat mengaku memimpin dan melatih batalion khusus perempuan untuk kelompok ISIS di Suriah. Dia juga mengaku berencana menggelar serangan di wilayah AS.
Allison Fluke-Ekren menyatakan bersalah atas dakwaan memberikan sokongan kepada ISIS sekaligus melatih lebih dari 100 anak-anak perempuan dan wanita dewasa guna melakukan aksi kekerasan.
Jika terbukti, dia terancam dihukum penjara selama 20 tahun dalam sidang yang berlangsung pada Oktober mendatang.
Baca juga:
- Bagaimana para perempuan menjadi pelaku teror dan membawa anak?
- Perempuan mulai ambil peran jadi pelaku utama aksi teror, tetapi mengapa membawa anak?
- Istri terduga teroris asal Indonesia disebut pemerintah Filipina rencanakan bom bunuh diri
Fluke-Ekren, 42, adalah mantan mahasiswi jurusan biologi dan guru sekolah. Perempuan tersebut meninggalkan AS pada 2011 dan bekerja bersama sebuah kelompok teror di Libia. Dia juga sempat bermukim di Mesir dan Turki sebelum bertolak ke Suriah.
Saat bergabung dengan ISIS, dia memimpin Khatiba Nusaybah, batalion khusus perempuan yang bermarkas di Raqqa, Suriah.
Tugas utamanya, menurut para pejabat berwenang, adalah mengajar perempuan dan anak-anak menggunakan beragam senjata, mulai dari senapan AK-47, granat, hingga rompi bom bunuh diri.
Dalam ruang sidang di Virginia, AS, pada Selasa (07/06), dia mengaku melatih kelompok khusus perempuan. Namun, dia mengklaim tidak pernah berupaya merekrut anak-anak.
"Kami tidak pernah secara sengaja melatih anak-anak perempuan," ujarnya, menurut CNN.
Baca Juga: Mengukur Ancaman Khilafatul Muslimin, Lebih Bahaya Mana dengan HTI dan ISIS?
Beberapa perempuan yang dia latih diharapkan bersaksi atas aksinya dalam sidang putusan.
Baca juga:
- Mahasiswa terlibat aksi terorisme, program antiradikalisme di kampus disebut 'hanya seremonial, tidak mengena'
- Anak-Anak ISIS: Ini adalah bencana yang tak bisa kita tangani
- Kisah wali kota perempuan yang membangun kembali kotanya dari kehancuran ISIS
Fluke-Ekren, yang juga dikenal dengan nama alias Umm Mohammed al-Amriki, bermukim di Mosul, Irak, setelah kota itu direbut para petempur ISIS.
Menurut para jaksa, seorang saksi mengatakan taraf radikalisasi Fluke-Ekren "melampaui skala". Saksi tersebut menilai dia berada pada taraf "11 atau 12" dalam skala dari satu hingga 10.
Fluke-Ekren mengaku pernah berdiskusi mengenai serangan ke wilayah AS, termasuk di universitas dan pusat perbelanjaan.
Dia "menganggap setiap serangan yang tidak menewaskan banyak orang sebagai buang-buang sumber daya", kata seorang saksi.
Sejumlah dokumen persidangan mengungkap suami keduanya merupakan anggota Ansar Al-Sharia, kelompok milisi yang menyerang kompleks perwakilan diplomatik AS di Benghazi, Libia, pada 2012.
Fluke-Ekren dan suaminyayang belakangan tewas dalam serangan udaramenyusun sebuah laporan untuk pimpinan ISIS setelah menganalisa berkas-berkas AS yang diambil saat serangan di Benghazi.
Di ruang sidang Fluke-Ekren menangis ketika ditanya oleh hakim apakah dia mengaku bersalah karena anak-anaknya.
Keluarga Fluke-Ekren sebelumnya meminta pengadilan untuk melarang dia menghubungi mereka.
Menurut seorang jaksa AS, keluarga Fluke-Ekren mengatakan dia punya "jejak pengkhianatan" dan mereka bakal merilis pernyataan yang menentangnya saat sidang putusan pada 25 Oktober mendatang.