Upanat, Misi Keseimbangan antara Konservasi dan Pemanfaatan Candi Borobudur

Rabu, 08 Juni 2022 | 09:24 WIB
Upanat, Misi Keseimbangan antara Konservasi dan Pemanfaatan Candi Borobudur
Wisatawan menikmati pemandangan di pelataran Candi Borobudur. Nantinya, hanya pemilik tiket khusus yang boleh berwisata hingga puncak candi. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai situs warisan dunia, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) memikirkan cara menyeimbangkan antara konservasi dan pemanfaatan Candi Borobudur. Salah satunya dengan Upanat.

Upadat merupakan sandal. Pengunjung Candi Borobudur diwajibkan pakai sandal jika naik ke atas stupa Borobudur.

Hal itu dijelaskan Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT TWC Hetty Herawati.

Pemakaian upanat merupakan sebuah proteksi pengunjung yang akan naik ke atas candi dibekali dengan sandal khusus yang bisa melindungi candi dari keausan.

Baca Juga: Balai Konservasi Borobudur Setuju Kunjungan ke Candi Borobudur Harus Dibatasi, Ini Alasannya

"Salah satu misi kami membuat sebuah keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan. Langkah awal adalah membuat upanat (sandal) bagi pengunjung yang akan naik candi," katanya di Magelang, Selasa.

"Beberapa tahun lalu sejak ada kajian mengenai upanat sesungguhnya kami sudah banyak berdiskusi dengan tim Balai Konservasi Borobudur (BKB), kami akan terus mendukung dan mendorong pengembangan upanat," katanya usai pembukaan Workshop Penyiapan Bahan Upanat di Balkondes Tuksongo.

Pemakaian sandal mendukung konservasi. Selain itu pembuatan upanat juga upaya untuk menggerakkan ekonomi setempat.

Nantinya upanat ini diproduksi oleh masyarakat dari desa-desa di sekitar Borobudur.

"Hari ini kami menyambut baik adanya workshop pembuatan upanat yang diikuti masyarakat dari 20 desa di sekitar Borobudur," katanya.

Baca Juga: Rencana Kenaikan Harga Tiket Banyak yang Protes, Ini Daftar Tarif Masuk ke Candi Borobudur

Ia menyampaikan kajian dilakukan oleh BKB, pelatihan juga oleh BKB bekerjasama dengan TWC.

Sekarang ini tahapannya menyiapkan produk, melatih masyarakat dari 20 desa di Kecamatan Borobudur.

Hetty menuturkan sebelum digunakan sebagai alas kaki bagi pengunjung yang naik Candi Borobudur perlu konsistensi dan komitmen dari volume produk dan standarisasi kualitas.

"Dua hal tersebut penting maka harus dilakukan workshop dan pelatihan terus-menerus sampai mendapatkan yang memang bagus, karena kami ingin memberikan yang terbaik bagi pengunjung," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI