Suara.com - Pendidikan seks bukan hal tabu dalam agama Islam. Bahkan, beberapa pesantren mengenalkan para santri ulya atau tingkat atas melalui kajian yang ada di kitab Fathul Izar. Apa itu kitab Fathul Izar?
Selama ini masyarakat lebih familiar dengan kamasutra. Buku yang berasal dari India ini ditulis oleh seseorang bernama Vatsyayana. Buku ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris sekitar tahun 1800-an oleh orang dari Inggris bernama Sir Richard Burton.
Hal ini berbeda dengan kitab fathul izar yang baru-baru ini saja mendadak viral. Kitab Fathul Izar merupakan pendidikan seks tingkat lanjut atau ditujukan bagi santri tingkat atas.
Kitab itu berisikan kajian mengenai pendidikan seks, tata aturan, adab berhubungan, posisi kenikmatan dan larangan. Dalam kitab itu turut dijelaskan mengenai hari atau malam-malam yang diperbolehkan berhubungan seks yang dianjurkan agama.
Baca Juga: Apa Itu Kitab Fathul Izar? Kitab Panduan Bercinta dalam Perspektif Islam
Kitab fathul izar sendiri merupakan karya dari Agus Abdullah Fauzi. Dalam pembukaannya, kitab fathul izar turut menjelaskan tentang surah Al Baqarah ayat 223.
Nisaa`ukum arul lakum fa`tu harsakum annaa syi`tum wa qaddimu li`anfusikum, wattaqullaaha wa'lamuu annakum mulaaqh, wa basysyiril-mu`minn
Artinya:
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Ayat itu turun sebagai penegasan bahwa orang-orang beriman diperbolehkan menggunakan berbagai apapun dalam berhubungan seks. Namun, dilarang memasukan zakar pada lubang dubur.
Baca Juga: 7 Hal Aneh yang Dapat Memengaruhi Gairah Bercinta Kaum Hawa
Hari Baik Berhubungan Seks
Dalam kitab Fathul Izar turut menjelaskan hari-hari baik yang bersumber dari para ulama. Hari-hari baik itu dimulai dari malam Selasa hingga malam Kamis.
Malam Selasa
Jika ingin menghasilkan keturunan yang berbakti pada orang tua, maka seringlah berhubungan seks dengan istri/suami pada malam Selasa.
Malam Rabu
Jika ingin menghasilan keturunan yang cerdas, memiliki pengetahuan yang luas serta mudah bersyukur, masa seringlah berhubungan seks dengan istri/suami pada malam Rabu.
Malam Kamis
Jika ingin menghasilkan anak yang berhati baik dan ikhlas, maka seringlah berhubungan seks dengan istri/suami pada malam Kamis.
Malam Jumat
Jika ingin menghasilkan anak yang hafal Al-Quran, maka seringlah berhubungan seks dengan istri/suami pada malam Jumat.
Langkah Berhubungan Seks Terbaik
Kitab ini memberi pengetahuan tentang langkah-langkah berhubungan seks yang baik dan menyenangkan. Baiknya, bercinta diawali dengan permulaan berupa memegang tangan istri, mencium kedua pipi dan diakhiri dengan membaca basmalah ketika memasukkan zakar ke dalam vagina.
Sementara menurut para ulama, posisi terbaik dalam bercinta adalah dimulai dengan posisi istri terlentang kemudian suami menindihnya dari atas.
Suami merangsang istri dengan permulaan, mulai mencium bagian-bagian yang menggairahkan istri. Setelah istri terangsang barulah suami mulai penetrasi dengan perlahan agar istri menikmatinya.
Terdapat pula sunnah dalam bercinta. Ketika mulai foreplay dengan mencium dada istri, maka suami membaca doa.
"Wa Alqaitu Alaika Mahabbah Minni" yang artinya dan aku tanamkann kepadamu cinta dariku.
Lalu, ketika memasukkan zakar ke dalam vagina, suami membaca surat Al Ikhlas, takbir dan tahlil, serta membaca doa
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Agung, ya Allah jadikanlah untuk kami keturunan yang baik serta lindungilah kami dari segenap rezeki kami dari gangguan setan."
Demikian penjelasan singkat mengenai apa itu kitab fathul Izab. Selain kitab tersebut, NU Online turut menjelaskan kitab lain mengenai pernikahan dan pernikahan, seperti Qurratul Uyun bi Syarhi Nadzam Ibn Yamun karya Syekh Muhammad at-Tahami Ibnu Madani.
Ada pula Uqudulujain karya Syekh Nawawi al-Bantani, Dhau al-Misbah fi Bayani Ahkam an-Nikah karya KH Hasyim As’ari, Fathul Izar karya Agus Abdullah Fauzi, Irsyadu Zaujain karya Muhammad Utsman.
Kontributor : Lukman Hakim