Suara.com - Parlemen Israel mendukung pengesahan rancangan undang-undang kontroversial yang melarang pengibaran "bendera musuh" di kantor-kantor lembaga yang didanai negara itu. Bendera Palestina adalah salah satu yang akan dilarang.
Knessetsebutan bagi parlemen Israelmenyetujui undang-undang tersebut dalam forum pembahasan pendahuluan. Berdasarkan pemungutan suara di antara anggota parlemen, 63 orang menyatakan mendukung, sementara 16 orang menentang regulasi kontroversial itu.
Namun rancangan beleid itu baru bisa disahkan jika terdapat tiga suara tambahan yang menyatakan dukungan terhadapnya.
Kemarahan terkait urusan bendera kembali mencuat di Israel, Rabu (01/06). Pemicunya adalah penurunan bendera Palestina dari sebuah gedung pencakar langit di kawasan dekat ibu kota Israel, Tel Aviv.
Baca Juga: Tentara Israel Tembak Mati Remaja Palestina Di Ramallah
Bendera tersebut sebelumnya dipasang oleh kelompok yang mengadvokasi perdamaian Palestina dan Israel. Setelah bendera Palestina diturunkan, bendera Israel tetap dibiarkan berkibar di gedung pencakar langit yang sama.
https://twitter.com/edokonrad/status/1531974098787700736?s=20&t=Mk6dfvVgyB2QcJSdYqvXaA
Insiden ini terjadi setelah sejumlah tindakan tentara Israel terhadap pengibaran bendera Palestina.
Sejumlah tentara belakangan bahkan terlihat mengawal para pemukim Yahudi yang menurunkan bendera Palestina di sebuah kota di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Rancangan regulasi untuk melarang "pengibaran bendera negara musuh atau Otoritas Palestina" diusulkan oleh Eli Cohen, politikus dari partai oposisi sayap kanan, Likud.
Baca Juga: Investigasi PalestIna: Israel Sengaja Bunuh Jurnalis Shireen Abu Aqla
"Siapapun yang merasa dirinya sebagai orang Palestina akan mendapat semua bantuan yang diperlukan dari kami untuk pindah ke Gaza dalam rute satu arah," ujar Cohen lewat akun Twitter miliknya.
Baca juga:
- Polisi Israel pukul pelayat dalam pemakaman wartawati Palestina yang ditembak mati saat meliput serangan Israel
- Pengadilan Israel beri wewenang militer usir 1.300 penduduk Palestina, terbesar sejak Perang 1967
- ICC putuskan yurisdiksi atas 'kejahatan perang dan kekejaman' di Palestina, apa reaksi Israel?
Para pengamat di Israel memperkirakan pembahasan lebih lanjut tentang rancangan aturan soal bendera ini akan ditunda oleh pemerintah koalisi Israel yang terdiri partai dengan berbagai haluan politik.
Perdebatan tentang legalitas bendera Palestina dipicu peristiwa yang terjadi pada peringatan Hari Nakba di sejumlah wilayah, termasuk di Universitas Ben Guiron di Negev.
Hari bersejarah bagi warga Palestina itu jatuh pada 15 Mei setiap tahun, untuk memperingati pengungsian massal warga Palestina dalam peperangan setelah pendirian negara Israel pada 1948.
https://twitter.com/mehazkim/status/1531903268414177281?s=20&t=KWN5MZApWJ2PgG5WHlNcGg
Kelompok advokasi sayap kiri Israel, Mehazkim, memasang bendera raksasa Palestina dan Israel secara berdampingan di sisi gedung Diamond Exchange, yang berada di Kota Ramat Gan.
Langkah itu merupakan tanggapan mereka atas pemungutan suara anggota parlemen untuk rancangan regulasi bendera yang kontroversial itu.
Dalam spanduk yang mereka pasang, Mehazkim menyertakan tulisan dalam bahasa Ibrani yang berbunyi: "Kita ditakdirkan untuk hidup bersama", dengan sentimen serupa diungkapkan dalam bahasa Arab.
"Ups, apakah kita melakukan itu? Sebenarnya, ya. Karena kita semua ditakdirkan untuk hidup bersama dan mungkin harus disebutkan kepada siapa saja yang lupa," demikian cuitan kelompok itu di Twitter.
Wali Kota Ramat Gan pada mulanya mengungkapkan bahwa secara hukum otoritas lokal tidak dapat bertindak dalam menangapi keluhan pemerintah Israel.
Namun, para pekerja kemudian dikirim untuk menurunkan bendera Palestina tersebut.
Seperti kucing dan tikus
Bendera selalu menjadi simbol yang kuat dalam konflik antara Israel dan Palestina. Namun sejumlah peristiwa besar yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan bahwa bendera telah memicu perselisihan baru.
Polisi Israel memukul dan menendang pengusung peti yang membawa jenazah jurnalis Al Jazeera, Shiren Abu Aqla, yang ditembak mati kala meliput serangan tentara Israel di kamp pengungsi Jenin pada 11 Mei lalu.
Aksi polisi Israel tersebut hampir membuat peti jenazah Shiren Abu Aqla yang diselimuti bendera Palestina terjatuh.
Polisi menyatakan aparat "terpaksa membubarkan" upacara pemakaman di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel itu.
Aparat Israel juga menyita bendera Palestina dari para pelayat. Mereka menghancurkan jendela mobil jenazah dan menurunkan bendera Palestina.
Baca juga:
- Israel sengaja bunuh jurnalis Shireen Abu Aqla, sebut investigasi Palestina
- Mahkamah Pidana Internasional selidiki dugaan kejahatan perang di wilayah Palestina
- Tahanan Palestina kabur, mengapa penjara super aman milik Israel bisa kebobolan?
Saat ini, bendera Palestina bukanlah sesuatu yang ilegal menurut hukum Israel.
Namun polisi Israel secara teratur melarang pengibaran bendera Palestina di ruang publik. Bendera itu lantas mereka sita dari orang-orang Palestina yang mengibarkannya, terutama di Yerusalem Timur, kawasan yang diperebutkan secara sengit oleh Israel dan Palestina.
Baik polisi maupun tentara Israel membuat klaim bahwa mereka memiliki wewenang untuk memindahkan benda apa pun yang dapat menyebabkan bentrokan, termasuk bendera.
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa rekaman video menampikan tentara Israel menurunkan bendera Palestina dari tiang lampu.
Ada juga video yang memperlihatkan mereka melindungi pemukim Yahudi saat mereka menurunkan bendera Palestina di Huwara, Tepi Barat Palestina.
Sebuah video viral menunjukkan tentara Israel mendorong warga Palestina. Tentara itu mengarahkan senjata ke warga sipil Palestna dan melemparkan granat kejut.
Aksi semacam ini bukanlah hal yang biasa di Huwara, yang terletak di jalan utama antara Ramallah dan Nablus. Salah satu alasannya, kota itu berada di bawah administrasi Palestina.
Namun petinggi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan kepada media lokal bahwa pasukan mereka tiba di tempat kejadian setelah konfrontasi yang berujung ricuh terjadi pemukim Israel dan warga Palestina.
Mereka berkata, tentara Israel menurunkan bendera Palestina untuk mencoba mencegah bentrokan lebih lanjut.
Pekan ini BBC Arab merekam tentara Israel menurunkan bendera Palestina, tidak lama setelah seorang warga lokal bernama Saddam Dmeidi mengibarkannya.
"Ini menjadi pertarungan kucing dan tikus," kata Dmeidi.
"Pada akhirnya ini tentang siapa yang paling mapan di sini. Semoga pemilik tanah akan menang dan bendera Palestina akan tetap berkibar di Huwara," ujarnya.
Aksi aparat Israel terhadap bendera Palestina juga terlihat selama Pawai Bendera Israel yang digelar 30 Mei lalu.
Ribuan warga Israel melakukan pawai dan mengibarkan bendera negara mereka melewati kawasan berpenduduk Muslim di Kota Tua di Yerusalem Timur. Peristiwa itu dianggap sebagai aksi yang sangat provokatif bagi warga Palestina.
Polisi Israel mengejar sejumlah aktivis Palestina yang mengibarkan benderanya. Dalam perhelatan itu, warga Palestina kemudian bersorak ketika sebuah drone terbang mengibarkan bendera Palestina di atas Gerbang Damaskus.
Selama beberapa dekade, warga Palestina menemukan beragam cara inovatif untuk mengakali pembatasan Israel terhadap pengibaran bendera mereka. Siasat itu muncul yang telah ada sejak Pemberontakan Arab pada 1916 melawan kekaisaran Ottoman.
Dalam ikonografi Palestina, semangkabuah lokal yang memiliki warna hitam, putih, hijau dan merah yang samasering digunakan secara subversif sebagai simbol untuk menggantikan bendera.