Mantan Menteri AS Hikam Sebut Kampus Besar di Indonesia Jadi Target Kelompok Radikal

Jum'at, 03 Juni 2022 | 16:20 WIB
Mantan Menteri AS Hikam Sebut Kampus Besar di Indonesia Jadi Target Kelompok Radikal
Ilustrasi terduga teroris. [Envato Elements]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Negara Riset dan Teknologi era Kabinet Persatuan Nasional Muhammad Athoillah Shohibul Hikam menyatakan bahwa kampus-kampus besar di Indonesia telah menjadi sasaran kelompok radikalisme untuk menyebarkan paham ekstrimis.

AS Hikam mengatakan para mahasiswa menjadi target karena masih dalam proses pencarian jati diri dan kritis terhadap kondisi bangsa sehingga mudah dimasuki ideologi ekstrem dari kelompok radikal.

"Di Indonesia target-target yang paling penting dalam diseminasi ideologi radikalisme itu adalah kampus yang terkemuka dan civitas akademika mereka. Universitas yang sangat terkenal di negara Indonesia, seperti ITB, IPB, UI, UGM, ITS, dan lain-lain itu adalah target utama dari pengembangan dari ide-ide radikalisme tadi itu," kata AS Hikam dalam diskusi Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina, Jumat (3/6/2022).

Oleh sebab itu, Dia meminta mahasiswa untuk tidak mudah terjerumus menjadi radikal dan menyadari bahwa sejarah bangsa ini selalu melibatkan mahasiswa dalam setiap perubahan.

Baca Juga: Densus 88: Khilafatul Muslimin Punya Sejarah Panjang Aksi Teror dan Radikal

"Mahasiswa punya satu peran yang sangat penting, dan akan selalu muncul pada saat yang diperlukan, sehingga kita menghadapi ancaman berupa radikalisme dan propaganda maka mahasiswa seharusnya juga ikut terlibat, karena mereka adalah komponen strategis," ucapnya.

Akademisi dari President University, ini juga meminta perguruan tinggi untuk menjadi tameng mengawasi mahasiswa agar kelompok radikal tidak bisa tumbuh di kampusnya.

"Ideologi, proses, gerakan dan kelompok radikal juga menjadikan mahasiswa sebagai target paling penting dalam rangka penguasaan sumber daya manusia dan hegemoni ideologi, ini kuncinya," tutup AS Hikam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI