Biden dan Ardern Diskusikan Perdagangan hingga Kekerasan Senjata

Rabu, 01 Juni 2022 | 15:16 WIB
Biden dan Ardern Diskusikan Perdagangan hingga Kekerasan Senjata
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Masalah kekerasan senjata Satu topik yang membayangi pertemuan itu adalah isu kekerasan senjata. Biden memuji Ardern atas kerjanya yang efektif dalam mengekang ekstremisme domestik dan kemampuannya untuk meloloskan undang-undang senjata yang komprehensif setelah seorang supremasi kulit putih dengan senapan serbu membunuh 51 umat muslim di sebuah masjid Christchurch pada 2019.

Setelah penembakan itu, Ardern berhasil mengajak 119 dari 120 anggota parlemen Selandia Baru untuk bergabung dengannya dalam melarang senjata otomatis bergaya militer. Ardern juga telah menjadi kritikus vokal terhadap perusahaan media sosial dan peran yang mereka mainkan dalam meradikalisasi pengguna layanan mereka.

"Waktunya telah tiba bagi perusahaan media sosial dan penyedia online lainnya untuk mengenali kekuatan mereka dan bertindak berdasarkan itu," katanya pada pekan lalu saat menyampaikan pidato pembukaan di Universitas Harvard.

Penembak Christchurch menjadi radikal secara online dan menyiarkan langsung amukannya, seperti yang dilakukan seorang penembak rasis di AS pada 14 Mei, ketika dia menembak dan membunuh 10 orang kulit hitam di supermarket Buffalo, New York.

Biden sejak itu bergabung dengan gerakan yang disebut "Call to Action Christchurch" yang diluncurkan Ardern dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 2019, dalam upaya untuk membuat perusahaan teknologi membersihkan konten ekstremis kekerasan di platform mereka.

Pendahulu Biden, Trump, menolak untuk bergabung upaya tersebut. Biden telah berjanji untuk mengambil tindakan, tetapi AS belum meloloskan pengendalian senjata federal yang besar sejak 2012, ketika seorang penembak di Sekolah Dasar Sandy Hook di Connecticut menewaskan 26 orang, 20 di antaranya adalah anak-anak kecil berusia antara enam dan tujuh tahun.

Ardern menyampaikan belasungkawa yang tulus dan mengatakan dia siap untuk berbagi apa pun untuk membantu, tetapi dia mencatat bahwa AS dan Selandia Baru memiliki sistem politik yang "sangat berbeda".

Jacinda Ardern adalah pemimpin Selandia Baru pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak Barack Obama menyambut Sir John Key pada 2014. ha/pkp (AP, Reuters)

Baca Juga: Ditutup Donald Trump, Joe Biden Berencana Buka Kembali Konsulat AS di Yerusalem

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI