Suara.com - Keberhasilan Ukraina mengatasi sistem artileri dan kendaraan lapis baja Rusia dengan drone Turki Bayraktar tipe TB2 membuat "seluruh dunia" ingin membelinya, kata pengembangnya.
"Bayraktar TB2 melakukan apa yang seharusnya dilakukan – menghentikan beberapa sistem anti-pesawat paling canggih dan sistem artileri serta kendaraan lapis baja canggih,” kata Selcuk Bayraktar kepada Reuters di sela-sela pameran di Baku, Azerbaijan.
Dia menjalankan perusahaan Baykar di Istanbul dengan saudaranya Haluk. Dia mengatakan, drone mereka telah menunjukkan bagaimana teknologi merevolusi peperangan modern.
"Seluruh dunia sekarang (mau jadi) pelanggan," tambahnya. Drone TB2 memiliki lebar sayap 12 meter dan dapat terbang hingga 25.000 kaki sebelum menukik untuk menghancurkan tank dan artileri dengan bom penerobos lapisan baja yang dipandu laser.
Baca Juga: Diduga Datang dari Ukraina, Drone Menembaki Wilayah Moldova
Dalam perang di Ukraina drone ini membantu melemahkan superioritas militer Rusia yang luar biasa. Baykar didirikan pada 1980-an oleh ayah Selcuk dan Haluk, Ozdemir Bayraktar, dan sejak 2005 mulai fokus pada pesawat tak berawak, ketika Turki berusaha memperkuat industri pertahanan domestiknya.
Drone Bayraktar bahkan jadi perhatian dari Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Kementerian Pertahanan sejak invasi ke Ukraina dimulai pada 24 Februari.
Sebelumnya, TB2 telah menjadi salah satu faktor dalam konflik di Suriah, Irak, Libya dan Nagorno-Karabakh. Perang Ukraina sekarang menjadi faktor pendorong utama untuk ekspor senjata dari Turki ke seluruh dunia.
Pengembang drone jadi mantu Erdogan
Presiden Tayyip Erdogan mengatakan, permintaan internasional sangat besar untuk TB2 dan untuk drone yang lebih baru, Akinci.
Baca Juga: DJI Stop Jual Drone di Rusia dan Ukraina, Tak Mau Digunakan Jadi Alat Perang
Selcuk Bayraktar, yang menikah dengan putri Erdogan, mengatakan Baykar dapat memproduksi 200 drone TB2 per tahun.
Dia mengatakan bangga bahwa drone perusahaannya telah digunakan di Ukraina dan di Nagorno-Karabakh, daerah kantong etnis Armenia, di mana pasukan Azerbaijan berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah pada tahun 2020.
"Ini adalah invasi ilegal, sehingga TB2 membantu orang-orang terhormat Ukraina membela negara mereka," katanya dalam pameran di Baku.
"Pendudukan ilegal Karabakh juga seperti luka hati sejak masa muda kita. Dan sebagai insinyur yang mengembangkan teknologi, merupakan suatu kehormatan untuk membantu saudara-saudara kita di sini untuk mendapatkan kembali tanah mereka."
Dua minggu lalu, Rusia menggembar-gemborkan senjata laser generasi yang menurut Moskow dapat membutakan satelit yang mengorbit dan menghancurkan drone.
Tapi Selcuk Bayraktar mengatakan, senjata seperti itu tidak efektif melawan TB2. "Jangkauan mereka terbatas, sehingga jika jangkauan sensorik dan amunisi Anda lebih jauh, mereka tidak akan efektif," katanya.
Tidak hanya drone untuk perang
Perusahaan Baykar sekarang sedang mengerjakan drone TB3, yang memiliki sayap yang dapat dilipat dan dapat lepas landas atau mendarat di kapal induk dengan landasan pacu pendek.
Selain itu, Baykar juga mengembangkan pesawat tempur tak berawak yang disebut MUIS atau Kizilelma.
"Insya Allah, penerbangan pertama Kizilelma akan jadi tahun depan, dan TB3 akhir tahun ini atau awal tahun depan," kata Selcuk Bayraktar, yang lahir di Istanbul dan belajar di University of Pennsylvania dan Massachusetts Institute of Technology.
"Jika Anda melihat cakrawala waktu yang lebih lama, kami sedang mengerjakan drone taksi - untuk itu kami perlu mengembangkan teknologi otonomi tingkat yang lebih tinggi - yang pada dasarnya adalah AI - tetapi itu akan merevolusi cara orang diangkut di perkotaan." hp/pkp (rtr)