Suara.com - Kota Shanghai, yang merupakan pusat perekonomian China sekaligus pusat perdagangan global, akhirnya melonggarkan pembatasan Covid setelah dua bulan menerapkan karantina wilayah atau lockdown.
Pada Selasa (31/05) tengah malam waktu setempat, pembatasan dilonggarkan sehingga memungkinkan 25 juta penduduk kembali bergerak bebas di area kota. Namun setidaknya 650.000 penduduk masih tetap diisolasi di rumah-rumah mereka.
Kebijakan nol-Covid China masih tetap berlaku. Oleh sebab itu, orang-orang yang terinfeksi Covid akan dikarantina atau dirawat di rumah sakit. Kontak erat orang-orang tersebut juga kemungkinan bakal dikarantina dan kawasan permukiman mereka boleh jadi kembali ditutup.
Baca juga:
Baca Juga: Warga Shanghai Senang dengan Berakhirnya Lockdown Selama Dua Bulan Terakhir
- Kekhawatiran lockdown lagi akibat Covid, apa yang terjadi di China?
- 'Saya bayar Rp883.000 untuk dua daging babi busuk', cerita warga Shanghai selama lockdown Covid
- Kasus Covid di China naik, Beijing tes jutaan orang, Shanghai perketat lockdown
"Ini adalah hari yang telah kita nantikan untuk waktu yang sangat lama," kata juru bicara pemerintah Shanghai, Yin Xin kepada wartawan.
"Semua orang telah banyak berkorban. Hari ini telah dimenangkan dengan jerih payah sehingga kita harus menghargai dan menjaga situasinya, sekaligus menyambut kembali Shanghai yang kita kenal dan rindukan."
Seorang pekerja di bidang e-commerce, Chen Ying, berencana tetap bekerja dari rumah setelah lockdown dilonggarkan.
Tetapi dia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia mungkin akan mengajak putranya yang berusia dua tahun berjalan-jalan di luar rumah.
"Dari awal sudah seharusnya kita bebas, jadi jangan harap saya mengungkapkan rasa syukur bahwa mereka telah mengembalikan kebebasan itu kepada kami," kata dia.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: China Resmi Cabut Aturan Lockdown di Shanghai
Lockdown telah menyebabkan banyak penduduk Shanghai kehilangan pendapatan, berjuang untuk mendapatkan cukup makanan, dan menghadapi tekanan mental akibat isolasi berkepanjangan.
Pabrik-pabrik, termasuk pabrik mobil Volkswagen dan Tesla, juga terpengaruh oleh pembatasan aktivitas, karena staf mereka tidak bisa mengakses pabrik, atau harus tinggal di area pabrik dan bekerja secara tertutup.
Fasilitas pelayanan publik seperti transportasi umum dan toko-toko akan kembali beroperasi dengan kapasitas 75% pada Rabu. Tetapi bioskop, museum, dan pusat kebugaran tetap tutup.
Sebagian besar siswa juga akan kembali sekolah tatap muka.
Pemerintah Kota Shanghai menerapkan sejumlah aturan baru seiring dilonggarkannya pembatasan.
- Seluruh penduduk wajib menunjukkan kode berwarna hijau melalui ponsel mereka, yang berarti mereka dalam kondisi sehat, untuk meninggalkan tempat tinggal mereka menuju mayoritas tempat.
- Seluruh penduduk yang ingin bepergian di kawasan kota menggunakan transportasi umum, ke bank, pusat perbelanjaan, dan lain-lain harus memiliki bukti tes PCR dengan hasil negatif yang berlaku selama 72 jam sejak tes dilakukan.
- Pembatasan untuk pergerakan ke luar Shanghai tetap berlaku. Setiap penduduk yang pergi ke luar kota wajib menjalani karantina selama 7-14 hari pada saat kembali ke Shanghai.
Shanghai juga memiliki 50 butir rencana untuk memulihkan perekonomiannya yang sebelum karantina wilayah bernilai lebih dari US$600 miliar (Rp8.727,6 triliun).
Sejumlah kebijakan baru itu termasuk mengurangi sejumlah pajak untuk pembelian mobil, penerbitan obligasi pemerintah daerah, serta mempercepat persetujuan proyek-proyek pembangunan.
Ledakan besar bagi Shanghai
Lockdown di Shanghai seharusnya hanya berlaku selama sembilan hari. Media pemerintah mengatakan lockdown secara bertahap bertujuan mengurangi dampak pada perekonomian. Tetapi itu berlangsung hingga 65 hari sehingga melumpuhkan Shanghai dan menakuti penduduknya.
Pelonggaran pembatasan juga terjadi sama cepatnya dengan ketika aturan diberlakukan. Kebijakan itu tidak dilakukan secara bertahap selama beberapa minggu. Yang terjadi malah semacam ledakan besar, ketika sebagian besar pembatasan dan atura darurat dicabut begitu saja.
Muncul kelegaan luar biasa, terutama keluarga yang beberapa generasinya tinggal bersama di balik satu pintu yang telah terkunci selama lebih dari dua bulan. Juga bagi para pekerja yang tinggal di tenda di dalam pabrik tempat mereka bekerja. Bagi pemilik toko dan restoran yang sumber pencahariannya sempat terhenti. Untuk ribuan orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan dikirim ke pusat karantina.
Kelegaan bagi hampir 25 juta orang yang tinggal di sini.
Lockdown telah menyebabkan banyak penduduk Shanghai frustasi.
Seorang pekerja di bidang pemasaran, Anita Xu, 32, merasa "sedikit tidak sadar". "Bahkan apabila bisa keluar, saya tidak tahu apa yang bisa dilakukan," katanya kepada AFP.
Tetapi Todd Pearson, direktur pelaksana Camel Hospitality Group, yang mengoperasikan restoran, bar, dan pusat kebugaran di Shanghai dan sekitarnya menyampaikan pendapatnya secara hati-hati ketika diwawancarai oleh kantor berita Reuters.
"Saya harap mereka bergerak cepat memulai kembali aktivitas perekonomian," kata dia. "Saya harap itu tidak menyebabkan lebih banyak lonjakan wabah, sebab saya tidak yakin banyak usaha maupun orang-orang sanggup menghadapi lebih banyak lagi."
China telah melaporkan setidaknya 14.604 kematian dari total 2.426.568 kasus Covid selama pandemi, dengan hampir 90% populasinya telah divaksinasi lengkap.
Sedangkan secara global, penelitian Universitas John Hopkins menunjukkan bahwa Covid telah menewaskan setidaknya 6.289.241 orang.