Suara.com - Sejak kasus cacar monyet muncul di Eropa, sejumlah teori konspirasi mengenai vrus tersebut telah menyebar luas di media sosial, dengan narasi yang tampaknya didaur ulang langsung dari pandemi Covid-19.
Tidak ada rencana karantina wilayah terkait wabah cacar monyet
Narasi berulang yang diungkapkan para pengguna TikTok adalah bahwa pembatasan pergerakan sedang direncanakan.
Salah satu akun memberitahu pengikutnya untuk bersiap-siap menghadapi "karantina wilayah cacar monyet" dan "tirani cacar monyet".
Unggahan lainnya meniru konferensi pers pemerintah Inggris selama karantina wilayah Covid di Inggris, menggunakan slogan yang sama yang digunakan Inggris mengenai virus corona, tapi mengacu pada cacar monyet.
Baca Juga: Cacar Monyet Tembus 179 Kasus di Inggris Dalam 25 Hari, Bisa Jadi Pandemi Berikutnya?
Meskipun kekhawatiran mengenai wabah cacar monyet dapat dimengerti, para ilmuwan menyatakan virus ini tidak seperti Covid. Para ahli meyakini bahwa penyebaran cacar monyet akan terbatas.
Baca juga:
- Ada ruam di kulit Anda? Cara mengetahui apakah bercak itu cacar monyet
- Cacar monyet melampaui 100 kasus tapi WHO sebut 'bisa ditanggulangi'
- Cacar monyet muncul lagi setelah 18 tahun, ratusan orang dilacak di AS
Cacar monyet jauh lebih sulit menular apabila dibandingkan dengan Covid, kita sudah memiliki vaksin dan perawatan yang tersedia. Orang-orang yang terinfeksi menjadi infeksius setelah gejala muncul, sehingga kasusnya lebih mudah dideteksi dan diisolasi.
Oleh sebab itu, pembatasan pergerakan seperti karantina wilayah atau vaksinasi massal "benar-benar bukan cara yang pas untuk merespons ini", kata Direktur Pusat Ilmu Pandemi Universitas Oxford, Profesor Peter Horby.
Sebaliknya, tindakan isolasi dan vaksin ditargetkan pada orang-orang yang terinfeksi atau kontak erat mereka.
Baca Juga: Cegah Penularan Cacar Monyet, Dinkes DKI Imbau Warga Terapkan PHBS
Dr Rosamund Lewis, mewakili Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak diperlukan vaksinasi massal.
WHO juga telah merekomendasikan agar pembatasan perjalanan tidak dilakukan.
Tidak ada bukti virus cacar monyet bocor dari lab
Akun media sosial dan outlet berita di Ukraina, Rusia, China, dan AS semuanya menuduh bahwa wabah itu adalah hasil dari kebocoran laboratorium atau penggunaan cacar monyet sebagai senjata biologis.
Meski demikian, dimungkinkan untuk mengidentifikasi dari mana virus itu berasal dengan mengurutkan DNA-nya.
Ahli genetika Fatima Tokhmafshan menggambarkannya seperti memindai barcode pada sebuah paket dengan "memetakan berbagai jalur yang dilalui".
Pelacakan berdasarkan urutan genetika yang ada sejauh ini mengarahkannya pada jenis cacar monyet yang biasanya menular di Afrika Barat, "yang menunjukkan bahwa ini bukan sesuatu yang diproduksi".
Ada sejumlah kasus di Inggris pada 2018 dan 2021. Selain itu, wabah yang lebih besar pernah terjadi di AS pada 2021, masing-masing dibawa oleh pelancong atau hewan impor.
"Jadi sangat masuk akal bahwa itu pula yang terjadi kali ini, dan sejauh ini, skenario itu yang paling masuk akal."
Kasus paling awal yang teridentifikasi di Inggris dalam wabah kali ini telah terlacak pada seseorang yang melakukan perjalanan dari Nigeria.
Gagasan bahwa cacar monyet bocor dari laboratorium "sama sekali tidak berdasar", kata Prof Horby.
Baca juga:
- Cacar monyet: Bagaimana gejala dan penularan virus?
- Kasus terbaru penyakit cacar monyet ditemukan di Inggris
- Kalangan keagamaan antivaksin berada di balik wabah cacar air di AS
Tidak ada bukti bahwa wabah cacar monyet direncanakan
Ada teori konspirasi yang beredar secara daring bahwa wabah cacar monyet kali ini sengaja direncanakan, dengan tudingan yang mengarah kepada Bill Gates atau Anthony Fauci dalam gema konspirasi Covid.
Pernyataan tidak berdasar itu tersebar di media-media Rusia, di aplikasi media sosial China, Weibo, juga di Instagram.
Narasi itu juga dapat ditemukan di Facebook dalam bahasa Rumania, Jerman, Inggris, Arab, Prancis, Slovenia, Hongaria, dan Punjabi.
Klaim tersebut mengacu pada sebuah dokumen yang disiapkan oleh organisasi biosekuriti yang berbasis di AS, Nuclear Threat Initiative (NTI).
Pada 2021, NTI menggelar lokakarya untuk mendorong para pemimpin di seluruh dunia bersiap akan kemungkinan pandemi di masa depan.
Para peserta diminta mengatasi skenario fiksi: "pandemi global mematikan yang melibatkan jenis virus cacar monyet yang tidak biasa [yang] menyebar secara global".
"Risiko yang ditimbulkan oleh cacar monyet", menurut NTI, "telah didokumentasikan dengan baik selama bertahun-tahun" dan kasus telah meningkat, membuatnya sebagai jenis virus yang dipilih sebagai studi kasus dalam lokakarya ini.
Wabah infeksi adalah sebuah fakta, sehingga organisasi yang memprediksi dan memitigasinya tidak serta merta mencurigakan.
Cacar monyet tidak terkait dengan vaksin Covid
Klaim terkait ini terbagi atas dua bentuk, beberapa merujuk pada fakta bahwa vaksin AstraZeneca menggunakan virus yang ditemukan pada simpanse, dimodifikasi sehingga tidak dapat menyebar.
Unggahan di media sosial seperti narasi di atas kemudian mengisyaratkan keterkaitan antara vaksin yang menggunakan virus simpanse dengan wabah cacar monyet.
Padahal, cacar monyet disebabkan oleh jenis virus yang berbeda dengan yang digunakan pada vaksin AstraZeneca, dan sebetulnya justru diperkirakan ditemukan pada hewan pengerat, bukan pada monyet.
Bentuk narasi kedua yang tersebar di media sosial adalah bahwa vaksin Covid entah bagaimana menekan system kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus lain.
Klaim itu juga tidak berdasar, sebab vaksin justru merangsang, bukan menguras sistem kekebalan tubuh Anda, sehingga lebih efektif melawan infeksi tertentu.
Meskipun ada sejumlah kecil kasus orang yang mengalami reaksi autoimun terhadap vaksin, di mana kekebalan tubuh menyerang dirinya sendiri (pemicu pembekuan darah yang terjadi setelah divaksin AstraZeneca), tidak ada bukti bahwa vaksin menekan sistem kekebalan tubuh atau melemahkan kemampuan tubuh Anda melawan penyakit lainnya.