Ingin Mengurus Kakak Sakit Parah. Tapi Imigrasi akan Mendeportasinya

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 31 Mei 2022 | 14:55 WIB
Ingin Mengurus Kakak Sakit Parah. Tapi Imigrasi akan Mendeportasinya
Ilustrasi imigrasi. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lima tahun terakhir ini menjadi momentraumatis bagi Georgina Huan, ibu dua anak yang tinggal di Melbourne, Australia.

Tak lama setelah menikahpadatahun 2018, diadidiagnosis menderita kanker payudara akut, diusia 30 tahun.

Perawatan yang harus dijalaninya meninggalkanrasa sakit parahsehinggatidak dapat hidup mandiri.

Dalam masa sulit seperti ini,adik perempuan Georgina, Caroline Huan, telah menjadi perawatutamanya.

Baca Juga: Polemik Deportasi, Singapura Nilai Pemerintah Indonesia Sudah Tepat Sikapi Masalah UAS

Tapi, keberadaan Caroline di Australia sedang di unjuk tanduk karena hampirdideportasi setelah aplikasi visanya ditolak.

'Ayah tak pernah tinggal bersama kami'

Di tahun 2018, Caroline mengajukan "Remaining Relative Visa",jenis visa keluarga yang memungkinkan orang untuk tinggal secara permanen di Australia bersama satu-satunya anggota keluarga dekat mereka.

Departemen Dalam Negeri Australia mengatakan mereka tidak akan memberikan visa jika pemohon memilikikerabat dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, yang biasanya tinggal di luar Australia.

Permohonan Caroline ditolak di tahun 2019 dengan alasan bahwa ayahnya tinggal di Malaysia.

Padahal, dia yakin memenuhi syarat visa karena ayah kandungnya tidak pernah terlibat dalam hidupnya.

Baca Juga: Diteruskan Berkali-kali di WhatsApp Info Singapura Deportasi Gubernur Lukas Enembe, Begini Faktanya

Caroline bahkan tidak tahu apakah ayahnyamasih hidup.

"Alasan yang diberikan imigrasi kepada kami untuk menolak aplikasi adalah karena mereka tidak mempertimbangkan kualitas hubungan," kata Caroline.

"

"Ayah kami tidak pernah tinggal bersama kami. Dia tidak pernah terlibat. Ibu kami selalu membesarkan kami sebagai ibu tunggal."

"

Ibu mereka meninggal dunia secara mendadak di Malaysia pada tahun 2014.

Menteri 'bisa campur tangan'

Pengacara keluarga, Zefy Souvlakis, mengatakan bahwa meski kasus Caroline tidak memenuhi persyaratan ketat aturanimigrasi, namun Menteri Urusan Imigrasi bisa campur tangan dengan alasan belas kasih.

"Ada bukti jelas bahwa Georgina membutuhkan bantuan dan dukungan terus menerus, dan jika tidak ada orang yang bisa mengurusnya penuh waktu, dia akan menderita," katanya.

"

"Seorang warganegara Australia dan anak di bawah umur akan terus dirugikan dan nasibnya tidak berubah jika kasus ini tidak dipertimbangkan oleh menteri."

"

Menyusul penolakanaplikasi visa Caroline, keluarga mereka mengajukan banding ke Pengadilan Banding Administratif (AAT).

Ketika memutuskan untuk tidak mengabulkan permohonanvisa Caroline pada Juli 2020, AAT mengakui adanya "kondisi belas kasih" dalam kasus Caroline, sehingga merujuk masalah tersebut ke Departemen Dalam Negeri untuk dipertimbangkan.

Di bawah Undang-Undang Migrasi, menteri memiliki kekuasaan untuk "mengganti" keputusan yang dibuat oleh pengadilan dengan"keputusan yang lebih menguntungkan" bagi pemohon visa jika mereka merasa keputusan ini "untuk kebaikan bersama".

Pada Maret 2022, Departemen Dalam Negeri Australia mengatakan kepada keluarga Carolinebahwa kasus tersebut tidak akan dibawa kepada menteri karena tidak memenuhi "pedoman untuk rujukan".

Pengacara Zefy Souvlakistelah mengajukan permintaan lain dan memohonintervensi menteri, dengan harapandepartemen tersebut akan memberi kesempatan kepada Menteri Dalam Negeri yang baru untuk mempertimbangkan aplikasi tersebut.

"Kami telah mengirimkan informasi dan bukti lebih lanjut tentang kesehatan mental Georgina yang memburuk, serta kesehatan mental putranya," kata Souvlakis.

"Intervensi menteri saya rasa tepat untuk tujuan ini, untuk situasi yang memerlukan belas kasihan."

Bantuan memasak sampai cuci rambut

Sejak ibunya meninggal, Caroline mengatakan dia tidak memiliki teman dekat atau keluarga di Malaysia.

Saat ini, dia tinggal bersama saudara perempuannya, saudara iparnya dan dua anak mereka, Elliott yang berusia tujuh tahun dan Evangeline yang berusia lima bulan, di Melbourne.

Selama di Melbourne, Caroline mengurus rumah tangga dengan membantu menjaga anak-anak, karena suami Georgina dibutuhkan di tempat kerja di kebanyakan hari.

Meski kanker Georgina saat ini dalam kondisi membaik, dia mengatakan masih mengalamirasa sakit luar biasasetelah operasi pengangkatan payudaraganda tiga tahun lalu.

Georgina mengatakan dokter percaya operasi tersebut telah menimbulkankerusakan permanen pada saraf di lengan kirinya.

Sampai sekarang dia masih berjuang melakukantugas-tugas dasar sepertimengangkat lengandi atas bahuatau membawa sesuatu yang lebih berat dari karton susu.

"

"Saya sangat bergantung pada Caroline untuk melakukan hal sederhana seperti memasak, bahkan seperti mencuci rambut saya," katanya.

"

"Karena masih tidak bisamengangkat lengan saya, menggendong putri saya saja bisa menjadi masalah besar karena pernah beberapa kali saya hampir menjatuhkan merekakarena lengan saya tiba-tiba lemas."

Sejak melahirkan anaknya Evangeline secara sesar Desember tahun lalu, kondisi mental dan fisik Georgina semakin memburuk.

Dia pun sempat memiliki pikiran untuk bunuh diri dan telah didiagnosis dengan masalah kecemasan dan depresi.

Memohonpertimbangan menteri

Georgina mendesak Departemen Dalam Negeri Australia untuk membiarkan menteri mempertimbangkan aplikasi saudara perempuannya.

"

"Kami adalah warga negara yang sah, kami tidak melakukan kesalahan apa pun, kami hanya ingin keluarga kami utuh," katanya.

"

"Lihatlah kami sebagai manusia; itulah yang kami minta dari imigrasi."

Departemen Dalam Negeri mengatakan mereka tidak mengomentari kasus per kasus.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI