Suara.com - Jamaah haji diminta banyak minum dan jangan tunggu haus. Sebab udara di Arab Saudi tengah panas.
Hal itu dinyatakan Kementerian Kesehatan RI. Sehingga Kemenkes mengusung jargon "Jangan Tunggu Haus".
"Hashtag kami tahun ini Jangan Tunggu Haus sebab suhu harian di Arab Saudi rata-rata 42-45 derajat Celcius," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI Budi Sylvana usai menghadiri Upacara Pelepasan PPIH di Lapangan Upacara Kemenkes RI, Jakarta, Selasa pagi.
Sebanyak tim advance Kemenkes RI telah melakukan analisa situasi cuaca di Arab Saudi.
Baca Juga: Gara-gara Pandemi, Daftar Tunggu Haji di Kota Sukabumi Capai 19 Tahun
"Diperkirakan cuaca panas akan memuncak hingga 55 derajat Celcius. Saya baru dari sana, memang cuacanya cukup panas," ujarnya.
Terik matahari di Arab Saudi pada Juni dan Juli 2022 lebih panas dari situasi ibadah haji 2019.
Ia mengatakan minum air putih dengan takaran minimal 2 liter per hari efektif mencegah risiko dehidrasi pada calon haji.
"Kadang calon haji tidak sadar, karena dia tidak berkeringat merasa tidak haus karena lembab udaranya," katanya.
Selain jangan menunda haus, kata Budi, Kemenkes juga menyarankan calon haji untuk menghindari rutinitas yang tidak penting di luar ruangan.
Baca Juga: Asrama Haji Donohudan Boyolali Siap Sambut 15.477 Calon Jemaah Haji dari Jateng dan DIY
"Misalnya berbelanja, berziarah, umroh berkali-kali. Kita sarankan fokus dulu pada wajib hajinya. Wukuf di Arafah, Musdalifah dan Mina, setelah itu baru beribadah di tempat lain," ujarnya.
Dalam kegiatan yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa mengimbau Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk mendampingi seluruh calon jamaah haji selama beraktivitas di Arab Saudi.
"PPIH agar mewaspadai perubahan cuaca ektrem di Arab Saudi. Ingatkan jamaah agar minum supaya tidak dehidrasi dan jangan tunggu haus. Jamaah batasi aktivitas fisik di luar ruangan," katanya.
Kunta mengatakan kebugaran fisik jamaah menjadi hal penting selama menjalani ibadah haji agar terhindar dari berbagai penyakit yang berisiko tinggi, termasuk COVID-19.
"Ibadah haji tahun ini masih berada pada situasi pandemi COVID-19. Tentunya kondisi itu berbeda dengan tahun sebelumnya. Penerapan prokes adalah mandatori, baik bagi petugas, terlebih jamaah haji," katanya.
Kunta menambahkan dalam kurun 15 tahun terakhir, angka kematian jamaah haji Tanah Air di Arab Saudi masih sangat tinggi, berkisar dua per 1.000 jamaah per tahun. "Dari kuota per tahun 221.000, maka sekitar 300 sampai 400 jamaah meninggal per tahun," katanya.
Kunta meminta PPIH mendampingi upaya preventif dan promotif agar kondisi kesehatan jamaah terjaga baik dan mengurangi risiko kematian. (Antara)