Senjata yang bisa menjangkau Rusia akan menjadi 'eskalasi yang tidak dapat diterima'
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan Barat bahwa memasok senjata ke Ukraina yang mampu menyerang wilayah Rusia akan menjadi "langkah serius menuju eskalasi yang tidak dapat diterima."
Dalam sebuah wawancara dengan outlet berita milik pemerintah, RT Arabic, yang diterbitkan di situs Kementerian Luar Negeri Rusia, Lavrov mengatakan Barat "pada kenyataannya, sudah melancarkan perang proxy dengan Federasi Rusia."
"Barat telah menyerukan agar Rusia dikalahkan di medan perang dan untuk melakukan ini, ia harus melanjutkan perang, memompa senjata ke nasionalis Ukraina dan rezim Ukraina, termasuk senjata yang dapat mencapai Federasi Rusia," tambah Lavrov.
"Ini adalah senjata yang [Presiden Ukraina Volodymyr] Zelenskyy minta secara terbuka," katanya. Rusia siap membantu mengatasi krisis pangan, jika sanksi dicabut Rusia mengatakan siap memberikan "kontribusi signifikan" untuk menghindari krisis pangan yang mengancam, jika Barat mencabut langkah-langkah ekonomi yang dikenakan pada mereka sejak invasi ke Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan membuat komentar dalam panggilan telepon ke Perdana Menteri Italia Mario Draghi.
Sebuah pernyataan Kremlin setelah panggilan itu mengatakan bahwa Putin telah menekankan kesediaan Rusia untuk membantu menyuplai biji-bijian dan pupuk.
Namun, katanya, "bergantung pada pencabutan pembatasan bermotif politik oleh Barat."
Pemerintah Italia menyatakan seruan itu "didedikasikan untuk perkembangan di Ukraina dan upaya untuk menemukan solusi bersama bagi krisis pangan yang sedang berlangsung, serta dampak parah bagi negara-negara termiskin di dunia."
Baca Juga: Uni Eropa: Lebih dari 200 Kasus Cacar Monyet Terdeteksi di Seluruh Dunia
Barat memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia setelah Putin memerintahkan pasukan ke negara tetangga Ukraina pada 24 Februari. Baik sanksi maupun pertempuran telah mengganggu pasokan pupuk, gandum, dan komoditas lainnya. Seperti diketahui, Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar 30% dari pasokan gandum global. yas/ha (AFP, AP, dpa, Reuters)