Bakteri yang Resisten terhadap Antibiotik Ditemukan di Antartika

Siswanto Suara.Com
Kamis, 26 Mei 2022 | 13:20 WIB
Bakteri yang Resisten terhadap Antibiotik Ditemukan di Antartika
Bongkahan es raksasa di perairan Antartika yang dikenal dengan nama A68a kini tengah "sekarat". (BBC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bakteri dengan gen yang memiliki antibiotik alami dan resistensi antimikroba telah ditemukan di Antartika, serta berpotensi menyebar dari daerah kutub, menurut para ilmuwan di Chile.

Andres Marcoleta, seorang peneliti dari University of Chile yang memimpin penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science of the Total Environment pada Maret, mengatakan bahwa "kekuatan super" yang berevolusi untuk melawan kondisi ekstrem ini terkandung dalam fragmen DNA seluler yang dapat dengan mudah ditransfer ke bakteri lain.

"Kita tahu bahwa tanah di Semenanjung Antartika---salah satu daerah kutub yang paling terpengaruh oleh pencairan es---menampung banyak sekali bakteri," kata Marcoleta.

"Dan beberapa dari bakteri itu merupakan sumber potensial dari gen leluhur yang memberikan resistensi terhadap antibiotik."

Baca Juga: Gunung Berapi Bawah Laut di Antartika Picu 85 Ribu Gempa Bumi

Para ilmuwan dari University of Chile mengumpulkan beberapa sampel dari Semenanjung Antartika dari 2017 hingga 2019.

“Perlu ditanyakan apakah perubahan iklim dapat berdampak pada terjadinya penyakit menular. Dalam skenario yang mungkin, gen-gen ini dapat meninggalkan tempat ini dan mendorong munculnya dan proliferasi penyakit menular,” kata Marcoleta.

Para peneliti menemukan bahwa bakteri Pseudomonas, salah satu kelompok bakteri utama di Semenanjung Antartika, tidak patogen tetapi dapat menjadi sumber "gen resistensi", yang tidak dihentikan oleh disinfektan umum seperti tembaga, klorin, atau amonium kuaterner.

Namun, jenis bakteri lain yang mereka teliti yaitu bakteri Polaromonas, memang memiliki "potensi untuk menonaktifkan antibiotik jenis beta-laktam, yang penting untuk pengobatan berbagai infeksi," kata Marcoleta.

Sumber: Reuters/Antara

Baca Juga: 7 Fakta Lokasi Terdingin dalam Tata Surya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI