Menlu China Wang Yi akan Kunjungi 8 Negara Pasifik Termasuk Timor Leste

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 25 Mei 2022 | 13:06 WIB
Menlu China Wang Yi akan Kunjungi 8 Negara Pasifik Termasuk Timor Leste
Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat menghadiri KTT G20 di Roma, Italia, 30 Oktober 2021. (ANTARA/Reuters/Guglielmo Mangiapane/as)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah China mengukuhkan bahwa Menlu Wang Yi akan mengadakan kunjungan ke beberapa negara Pasifik untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan keamanan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa Menlu Wang Yi akan mengunjungi Kepulauan Solomon, Fiji, Kiribati, Samoa, Tonga, Vanuatu, Papua Nugini dan Timor Leste selama dua pekan ke depan.

Wang Yi juga akan menghadiri pertemuan para menlu kawasan Pasifik ketika dia berada d Fiji, dan ini merupakan kali kedua menlu China tersebut menghadiri pertemuan serupa.

Berita mengenai kemungkinan kunjungan Menlu China tersebut sudah muncul awal bulan Mei ketika sumber-sumber di pemerintahan Kepulauan Solomon mengatakan bahwa China sedang mempersiapkan kunjungan ke negaranya.

Baca Juga: Seberapa Besar Peran Warga China Australia Bagi Kemenangan Partai Buruh?

Hari Senin ABC juga melaporkan bahwa Wang Yi sedikitnya akan mengunjungi lima negara di kawasan Pasifik.

Namun pengumuman Kementerian Luar Negeri ini memberikan penjelasan lengkap mengenai rencana China.

Wang Wenbin mengatakan kunjungan ini akan "memperkuat rasa saling percaya di bidang politik antara China dengan negara terkait", "mendorong kerja sama di berbagai bidang ke tingkat lebih tinggi", dan "melahirkan babak baru dalam pengembangan hubungan bilateral jangka panjang."

Kunjungan Menlu China ini dipantau seksama oleh para pejabat Australia yang mengkhawatirkan langkah China memperkuat hubungan komersial, strategis dan keamanan dengan negara-negara Pasifik.

Ini terutama berkenaan dengan perjanjian keamanan yang ditandatangani Beijing dengan Kepulauan Solomon bulan lalu.

Baca Juga: Dipengaruhi Kuliner China, Begini Ciri Khas Masakan Sambas di Kalimantan Barat

Harian ekonomi Inggris The Financial Times melaporkan bahwa China juga bermaksud melakukan kerja sama serupa dengan negara-negara Pasifik lainnya termasuk Kiribati.

Pemerintah Kiribati dengan tegas membantah berita tersebut meski salah seorang pejabat pemerintah negara Barat mengatakan kepada ABC bahwa "mungkin saja terjadi".

Menlu Wang Yi juga akan mengunjungi Kiribati namun hanya akan berada di sana selama empat jam karena negara tersebut sedang menerapkan karantina ketat sehubungan dengan pandemi COVID.

"

Salah seorang sumber di pemerintahan negara Pasifik mengatakan kepada ABC terjadi "pembicaraan panjang dan intensif" mengenai kunjungan ke Kiribati, dan negara tersebut hanya setuju menerima kedatangan Wang Yi setelah adanya berbagai tekanan kuat dari China.

"

Dalam pernyataannya, Pemerintah Kiribari menyebut kunjungan ini "menjadi tonggak penting dalam hubungan Kiribati-China" sejak pemulihan hubungan diplomatik di tahun 2019.

Meningkatnya pengaruh di kawasan

Sementara itu media pemerintah China sudah  membuat pemberitaan mengenai lawatan ini sebagai bukti meningkatnya pengaruh China di kawasan Pasifik.

"Kunjungan Wang ke kawasan Pasifik selatan setelah serangkaian kegiatan diplomatik Amerika Serikat di Asia, termasuk KTT dengan pemimpin ASEAN dan kunjungan Presiden AS ke Jepang dan Korea Selatan, yang dimasukkan untuk menangkal pengaruh China," kata tabloid Global Times mengutip pengamat China.

"AS berusaha mengatasi China dengan Strategi Indo-Pasifik, tapi sekarang jejak China ada di mana-mana di kawasan ini dan membuktikan bahwa strategi AS tidak berhasil," katanya.

"Usaha Washington dan Canberra untuk membentuk aliansi regional dengan sasaran China akan berakhir dengan kegagalan," tulis Global Times.

Pengamat dari Lowy Institute Jonathan Pryke mengatakan kunjungan "maraton dan bersejarah" oleh Menlu Wang Yi akan dipantau dengan seksama oleh negara-negara Barat.

"Tidak diragukan lagi bahwa para pengamat di negara Barat khawatir, baik karena meningkatnya keterlibatan China maupun karena mereka juga akan menandatangani sejumlah perjanjian," katanya.

"Namun bagi Menlu China yang sudah banyak bepergian ke berbagai negara, ini hanya akan menjadi kunjungan biasa," katanya.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI