Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai wabah cacar monyet di luar Afrika tidak memerlukan vaksinasi massal karena dengan menjaga kebersihan dan perilaku seksual yang aman akan membantu mengendalikan penyebarannya.
Ketua Tim Patogen Berbahaya WHO untuk Eropa Richard Pebody mengatakan bahwa pasokan langsung vaksin dan antivirus cacar monyet relatif terbatas. Pernyataannya itu muncul ketika Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan pihaknya sedang dalam proses merilis beberapa dosis vaksin Jynneos untuk digunakan dalam kasus cacar monyet.
Sementara itu, pemerintah Jerman mengatakan pada hari Senin (23/04) bahwa mereka tengah mempertimbangkan pilihan untuk vaksinasi, dan Inggris justru telah menawarkannya kepada beberapa petugas kesehatan.
Otoritas kesehatan masyarakat di Eropa dan Amerika Utara sedang menyelidiki lebih dari 100 kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi dari infeksi virus terburuk di luar Afrika yang telah menjadi endemik.
Langkah-langkah utama untuk mengendalikan wabah adalah pelacakan kontak dan isolasi, kata Pebody, seraya mencatat bahwa cacar monyet bukan virus yang dapat menyebar dengan sangat mudah, dan sejauh ini tidak menyebabkan penyakit serius.
Vaksin yang digunakan untuk memerangi cacar monyet dapat memiliki beberapa efek samping yang signifikan, tambahnya.
Jaga kebersihan untuk mencegah penularan
Tidak jelas apa yang menyebabkan wabah itu merebak. Para ilmuwan mencoba memahami asal-usul kasus cacar monyet dan mendalami kemungkinan virus itu telah berubah.
Namun, tidak ada bukti virus telah bermutasi, kata seorang eksekutif senior di WHO secara terpisah pada Senin (23/05).
Baca Juga: WHO: Cacar Monyet Kemungkinan Menular Lewat Seks di Pesta di Eropa
Banyak, tetapi tidak semua orang yang telah didiagnosis wabah cacar monyet saat ini adalah pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.