Suara.com - Diwakili oleh pimpinan Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menerima kunjungan perwakilan Peace Research Institute Oslo (PRIO) dan STF UIN Jakarta. Kedatangannya bertujuan untuk meneliti gerakan filantropi Islam di Indonesia.
Selain Zainulbahar Noor, Baznas diwakili pula oleh Deputi I, M. Arifin Purwakananta; Direktur Kajian dan Pengembangan Baznas, Dr HM Hasbi Zaenal, Ph.D. Peneliti Senior PRIO, Dr. Kaja Borchgrevink, bersama Direktur dan tim peneliti HUMA di Indonesia Prof. Amelia Fauzia, MA, Ph.D bertemu di Kantor Baznas RI, Matraman, Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Pertemuan itu membahas tentang gerakan filantropi Islam, khususnya aktivitas para pegiat atau penggerak kemanusiaan di lingkungan lembaga zakat dan filantropi di tiga negara, yaitu Indonesia, Nigeria dan Pakistan. Studi ini fokus pada bagaimana pegiat dan lembaga filantropi Islam dari sisi menghadapi pandemi dan merespon Sustainable Development Goals (SDGs).
"Alhamdulillah, kami menyambut baik kunjungan yang dilakukan peneliti senior Doktor Kaja Borchgrevink (PRIO) dan Profesor Amelia Fauzia. Semoga diskusi ini turut mengawal penguatan ekosistem zakat, khususnya di Indonesia," kata Zainulbahar Noor.
Baca Juga: Pos Indonesia Bantu Perkuat dan Perluas Layanan Kemanusiaan PMI
Dalam pertemuan itu, Zainulbahar menyebut turut dipaparkan beberapa poin yang menjadi materi diskusi, diantaranya perkembangan Covid-19 di Indonesia; Filantropi Islam, Covid-19, dan Bantuan Kemanusiaan; Covid-19 dan Baznas; Baznas dan Pemberdayaan Perempuan.
"Dalam diskusi juga dijabarkan kondisi pandemi Covid-19 yang melanda sejak 2020. Bagaimana peranan Baznas dalam membantu pemerintah menanggulangi pandemi, apa saja yang dilakukan Baznas melalui berbagai programnya dalam membantu masyarakat. Karena selain aspek kesehatan pandemi, Baznas juga berfokus pada kebangkitan perekonomian keluarga rentan yang terimbas pandemi. Melalui dana zakat, infak, dan sedekah yang disalurkan masyarakat, Baznas berupaya untuk membantu kebangkitan ekonomi umat," ucap Zainulbahar.
Berbagai upaya itu, tak hanya berdasarkan dari program yang sudah ada sebelumnya, namun juga melalui program yang diluncurkan di masa pandemi, seperti Kita Jaga Kyai, Kita Jaga Yatim, dan Kita Jaga Usaha, yang mencakup aspek kesehatan, pendidikan, dan perekonomian.
"Pertemuan juga membahas peran zakat dalam pemberdayaan perempuan. Di mana Baznas dalam berbagai programnya, sangat memperhatikan peranan perempuan yang sangat luar biasa. Kita ambil contoh beberapa perempuan hebat yang meraih sukses di dalam program Baznas, seperti Ibu Sarmi penjual kerupuk kulit yang berdaya setelah dibantu Baznas, dan Ibu Tukiyem, seorang peternak tangguh asal Magelang, yang kini mengalami perkembangan signifikan," katanya.
Terkait dengan SDGs, dipaparkan kerja sama antara Baznas dengan UNDP Indonesia dalam membangun proyek mikro-hidro di Provinsi Jambi. Bahwa proyek yang diresmikan oleh Menteri BAPPENAS Prof Bambang Brojonegoro di Batu Jangkar telah mengalirkan tenaga listrik ke lebih 4.000 keluarga, kantor-kantor kelurahan dan sekolah-sekolah.
Baca Juga: Kirim Bantuan Kemanusiaan, Ford dan Chevrolet Sumbangkan Masing-Masing 50 Unit Mobil ke Ukraina
Lebih dari itu, proyek-proyek itu telah membangkitkan ekonomi daerah dengan giatnya pengusaha mustahik memanfaatkan listrik dalam usaha konveksi jahit menjahit dan lainnya. Proyek ini mendapat penghargaan tidak saja dari UNDP Pusat tetapi juga telah dibahas dalam acara Side Event di PBB yang diselenggarakan oleh UNDP bersama Misi RI di PBB, IsDB dan Pemerintah Bangladesh pada April 2017.
Orang pertama UNDP dalam kesempatan tersebut menyampaikan, untuk pertama kalinya, upaya pencapaian tujuan SDGs didanai dengan zakat melalui Baznas. Setahun setelah itu, Baznas diundang oleh World Bank memaparkan hal yang sama dalam Acara One Day Workshop yang diadakan oleh World Bank dan IMF di Washington.
Kepada Dr. Kaja Borchgrevink, mewakili PRIO Oslo, telah diserahkan buku penerbitan Baznas: "Zakat On SDGs". Bersama Prof Amelia Fauzia PhD telah dibicarakan kerja sama untuk penerjemahan buku tersebut dalam edisi berbahasa Inggris bersama PRIO Norwegia.
Diusulkan juga untuk PRIO dan UIN Syarif Hidayatullah menggagas pembentukan World Women Islamic Philanthrophy Movements tidak saja di negara-negara yang sedang diriset, Nigeria, Pakistan, Indonesia tetapi juga bekerja sama dengan World Zakat-Waqf Forum juga di 40 negara-negara Anggota WZWF.
Di akhir kesempatan, Zainulbahar turut mengucapkan terima kasihnya atas kedatangan Dr. Kaja Borchgrevink bersama Direktur dan Prof Amelia Fauzia, MA, Ph.D, beserta tim.
"Semoga penelitian yang dilakukan akan sangat berguna dan memberi manfaat kepada khalayak luas," kata Zainulbahar.