Suara.com - Gemuruh sambutan tepuk tangan sambil berdiri bergema berulang kali pada malam, awal Mei lalu di teater Sondheim, West End, London.
Mata penonton ditujukan ke deretan bintang veteran yang tampil dalam Sondheim's Old Friends, konser gala yang khusus dibuat untuk mengenang Stephen Sondheim, tokoh teater yang meninggal November lalu.
Ada Judi Dench, aktris yang antara lain dikenal dengan karakter M pada film James Bond dan juga peraih sejumlah penghargaan termasuk Piala Oscar. Ada Petula Clark, Imelda Staunton, Helena Bonham Carter, dan sederet bintang lain.
Di antara deretan bintang yang tampil malam itu, ada satu-satunya yang masih berstatus mahasiswi, Desmonda Cathabel.
Baca Juga: Kim Seon Ho Akan Comeback dalam Panggung Teater 'Touching the Boy'
Mahasiswi Indonesia yang mendapat beasiswa dari Royal Academy of Music, London ini mengatakan "masih tidak percaya" bisa tampil dalam gala konser ini.
"Saya datang ke London, delapan bulan lalu, tanpa mengenal siapapun dari industri ini, jadi untuk bisa tampil bersama para bintang legendaris, sulit dipercaya," kata Desmonda kepada wartawan BBC News Indonesia, Endang Nurdin.
"Sempat merasa minder, siapa aku di antara para bintang legendaris ini," kata Desmonda. Dia terus tersenyum lebar sejak keluar dari pintu belakang teater setelah rehearsal, menjelang konser gala.
Duta Besar Indonesia untuk Inggris, Desra Percaya, yang menyaksikan penampilan perdana Desmonda mengatakan "terharu dan bangga" karena ia adalah orang Indonesia pertama yang tampil di West End, nama kawasan di pusat kota London, tempat banyak teater, restoran dan tempat-tempat hiburan.
Anna-Jane Casey, aktris teater senior Inggris yang telah tampil selama empat dekade di panggung teater, menyebut mahasiswi Indonesia ini, "calon bintang yang namanya akan segera muncul dalam susunan aktris di West End."
Baca Juga: Kisah Aktris Bollywood Sarika Jatuh Miskin Saat Pandemi, Hidup dari Teater Dibayar Rp500 Ribu
"Desmonda luar biasa, dia sangat berbakat, bayangkan dia berada di panggung dengan mereka yang sudah memiliki pengalaman 80 tahun. Dari hari pertama dia begitu fokus," cerita Anna di belakang panggung.
Baca juga:
- Penyanyi Indonesia, Claudia Santoso, juara The Voice of Germany
- Menikmati seni kontemporer di Festival Internasional Seni Pertunjukan Salihara 2016
- John Wick 3: Keanu Reeves puji pesilat Cecep Arif Rahman dan Yayan Ruhian 'luar biasa'
Dipilih secara sangat ketat
Gala konser ini hanya diselenggarakan satu hari pada 3 Mei lalu dengan tiket seharga £75-£1.250 (Rp1,3 juta-Rp22,3 juta), ludes terjual, dan disiarkan langsung ke gedung teater lain untuk menampung lonjakan penonton.
Harian Inggris, The Guardian dalam ulasannya menyebut para bintang yang tampil "memberikan penghargaan luar biasa kepada seorang jenius," acuan kepada Sondheim, komposer Amerika Serikat dengan sederet penghargaan dan dianggap banyak berjasa "menata ulang musikal Broadway (New York)."
Salah seorang sutradara konser ini, Cameron Mackintosh mengatakan Sondheim selalu menganggap "London sebagai rumah keduanya."
Wartawan The Guardian, Mark Lawson, mengutip pasangan lanjut usia yang duduk di sampingnya saat konser, mengatakan pertunjukan musikal itu "adalah yang terbagus" yang pernah mereka saksikan. Mereka sudah menyaksikan begitu banyak teater musikal dan bahkan memintanya untuk "memberikan 10 bintang untuk review (ulasannya)".
Aktris kabaret Anna Jones Casey mengatakan sekitar 20 aktris yang tampil memang dipilih secara ketat.
"Konser ini sangat spesial karena setiap orang dipilih secara khusus oleh Cameron Mackintosh dan Maria Friedman, dua sutradara kami. Ada para pemenang Oscar termasuk Judi Dench dan bintang senior lain. Jadi Desmonda dipilih karena dia adalah mahasiswi yang luar biasa. Dia anak muda yang sangat spesial karena sangat sulit untuk menembus West End," kata Anna.
"Ada yang latihan selama 10, 20 sampai 30 tahun, tapi tak pernah berhasil masuk ke West End. Anak muda ini akan menjadi bintang. Nama Desmonda akan masuk dalam jajaran aktris West End tidak lama lagi," tambahnya.
Nekat terbang ke London, tanpa kenalan di industri seorang pun
Lulusan ilmu komunikasi Universitas Indonesia ini terbang ke London delapan bulan lalu karena mendapat beasiswwa dari Royal Academy of music. Tanpa koneksi dan tak kenal siapapun di industri teater, katanya.
Di Jakarta, ia mengatakan sering terlibat dalam pertunjukan musikal, walau disebutnya masih sedikit dan lebih banyak diproduksi secara amatir. London langsung menjadi tujuannya untuk mewujudkan "mimpi melihat langsung pusat teater dunia."
"London adalah pusat teater sejak Shakespeare, segala macam teater di sini pusatnya...dan langung mencoba melamar beasiswa di Royal Academy of Music, keterima tapi karena pandemi diminta mengajukan lagi pada tahun berikutnya," cerita Desmonda yang mendapatkan beasiswa penuh.
Selama tertunda karena pandemi, ia mengatakan mencoba mencari tahu lebih banyak soal pengalaman musikal dari orang Indonesia lain tapi tak menemukan siapapun.
"Sebelumnya belum pernah ada orang Indonesia yang mendapat beasiswa teater musikal di Inggris. Tidak tahu mau tanya ke siapa, tidak ada referensi untuk tanya-tanya kuliahnya seperti apa. Tidak ada koneksi, jadi benar-benar nekat, terbang sendiri."
Kuliah di akademi musik yang didirikan pada tahun 1822 ini, kata Desmonda, membuka jalan dengan "bertemu orang-orang yang tepat dalam industri ini.
"Seperti halusinasi, karena lompatnya jauh sekali dari apa yang saya perkirakan dan harapkan saat terbang ke London. Tiba-tiba tampil di Sondheim dengan banyak bintang legendaris....Rasanya lebih dari senang, seperti tidak nyata," katanya.
Sebelum tampil di Sondheim teater, Desmonda terpilih untuk musikal Maria Friedman and Friends, Legacy, setelah melalui audisi melalui rekaman video.
Penampilannya selama enam minggu di dua tempat di London untuk musikal ini, yang menurut Desmonda, membuat namanya "mulai diperhatikan".
"Sepertinya ada orang industri teater yang nonton, mungkin orang sadar ada Desmonda...Dan Maria juga terlibat di Sondheim's Old Friends (sebagai salah seorang sutradra), mungkin dari situ Maria atau tim produksinya memilih saya...terus terang saya gak tahu mengapa bisa terpilih," katanya lagi tergelak.
Dari serangkaian audisi yang pernah ia lakukan, menurutnya, penampilan di panggung yang diperhatikan para sutradara, selain menyanyi.
"Peluang, anak-anak muda berbakat lain mengejar mimpi di London"
Dengan penampilan perdananya di West End, Desmonda mengatakan ia berharap teater akan dapat menjadi hiburan alternatif di Indonesia, selain film, TV dan musik pop.
"Aku ingin menjadi working actor, seniman yang bekerja, tidak perlu jadi bintang. Aku ingin membawa kecintaan teater musikal ke Indonesia juga, bahwa ada teater musikal yang magis. Semoga dengan adanya aku di sini, orang memperhatikan bahwa kita bisa mengejar mimpi."
Ia mengatakan banyak temannya yang suka teater musikal namun karena belum ada preseden, belum ada yang mencoba.
"Banyak sekali talenta di Indonesia dan tidak kalah dengan talenta di sini. Semoga teman-teman di Indonesia yang memang punya minat teater musikal berani mengejar mimpinya."
Konser gala Sondheim's Old Friends ditutup dengan semua artis menyanyikan "Our Time", salah satu dari lebih 40 karya Stephen Sondheim yang dinyayikan selama pertunjukan lebih dari dua jam itu.
Para aktris senior saling berpelukan saat konfeti berjatuhan. Sejumlah artis, termasuk Judi Dench, tampak terharu dan menahan air mata. Sejumlah penonton juga terlihat menyeka air mata setelah menyaksikan konser spesial ini.
Di Twitter, mereka yang merasa "beruntung mendapatkan tiket" menyatakan "musikal ini akan selalu dikenang."
https://twitter.com/robreaks/status/1524283040910004225
Bagi Desmonda, satu-satunya mahasiswi di panggung dan juga orang Indonesia pertama di West End, London, pengalaman ini menjadi bukti bahwa "pintu peluang terbuka lebar", bukan hanya baginya, tapi juga bagi anak-anak muda Indonesia berbakat lain yang ingin mencoba menembus panggung teater dunia.