Tak Sudi Dicap Teroris, Massa Simpatisan UAS Balas Sikap Singapura: Tindakan Islamofobia!

Jum'at, 20 Mei 2022 | 17:50 WIB
Tak Sudi Dicap Teroris, Massa Simpatisan UAS Balas Sikap Singapura: Tindakan Islamofobia!
Sejumlah massa yang tergabung dalam Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (Perisai) berdemo di depan gedung Kedutaan Besar (Kedubes) Singapura, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (20/5/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Koordinator lapangan, Pertahanan Ideologi Serekat Islam (PERISAI), Muhammad Senanatha menilai sikap Singapura yang menolak Ustadz Abdul Somad (UAS) masuk ke negaranya, sebagai bentuk Islamofobia

"Artinya ini sama dengan bentuk atau tindakan Islamofobia itu sendiri," kata Senanatha kepada wartawan saat aksi unjuk rasa mereka gelar di Kedubes Singapura, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (20/5/2022). 

Dia lantas menyebut Singapura yang menjadi negara anggota PBB telah bertentangan terkait sikap untuk melawan diskriminasi agama. 

"Yang mana pada 15 maret 2022 dari PBB telah menyatakan hari anti-Islamofobia. Namun kok Singapura sebagai bagian dari PBB masih seperti itu," kata dia. 

Baca Juga: Simpatisan Ustaz Abdul Somad Ancam Demo Besar-besaran Jika Singapura Tak Minta Maaf 2x24 Jam

Senanatha juga mempertanyakan indikasi UAS disebut sebagai penceramah yang radikal.

Menurutnya, UAS dalam dakwahnya selalu santun dan lembut. 

"Perlakuan ini yang kami baca bahwa UAS radikal, dicap teroris. Di mana letak beliau dinyatakan yang seperti itu," ungkapnya. 

Ultimatum 2x24 Jam

Atas hal tersebut, dalam unjuk rasanya mereka menuntut Singapura untuk meminta maaf dalam waktu 2x24 jam sejak unjuk rasa yang mereka gelar pada Jumat (20/5/2022) di depan Kedubes Singapura, Kuningan, Jakarta Selatan. 

Baca Juga: Diguyur Hujan hingga Toa Orasi Mati, Massa Simpatisan UAS di Kedubes Singapura Kompak Pulang: Besok Lanjut Lagi

Jika tidak menyampaikan permohonan maaf mereka mengancam unjuk rasa dengan massa yang lebih banyak lagi. 

"Dengan konsolidasi yang lebih masif dan lebih matang. Untuk waktu belum bisa ditentukan," kata Senanatha.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI