Suara.com - Gedung Nusantara yang berada dalam komplek MPR/DPR/DPD RI sangat ikonik. Bangunan itu sangat khas karena bentuknya yang mirip punggung kura-kura. Bagaimana sejarah gedung kura-kura DPR?
Gedung kura-kura sedang ramai menjadi pembahasan. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menganggarkan dana Rp4,5 Miliar untuk proyek pengecatan dome Gedung Nusantara.
Kritikan keras datang dari masyarakat terkait besaran anggaran dari proyek tersebut. Untuk melakukan pengecatan di dome tersebut, masyarakat meyakini anggaran yang dibutuhkan tak sampai Rp 4,5 Miliar.
Namun, DPR melalui sang sekjen, Indra Iskandar, mengklarifikasi proyek tersebut. Ia menyebut proyek itu tak sekadar mengecat, namun waterproofing, seperti halnya tahun 2015 lalu.
Baca Juga: Perawatan Gedung Kura-Kura DPR Habiskan Anggaran Rp4,5 Miliar
Bagaimana sejarah Gedung Nusantara atau Gedung kura-kura DPR yang butuh waterproofing agar tak bocor? Simak penjelasan berikut ini.
Proyek CONEFO
Gagasan untuk mendirikan bangunan yang kini dinamakan Gedung Nusantara itu dimulai pada tahun 1965. Mengutip laman MPR RI, Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno mendirikan bangunan tersebut untuk penyelenggaraan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces).
Soejoedi Wirjoatmodjo ditetapkan dan disahkan sebagai arsitek dari bangunan tersebut. Soejoedi merupakan seorang arsitek yang pernah memperoleh ilmu di Technische Universitat Berlin.
Pengesahan Soekoedi Wirjoatmodjo dilakukan tanggal 22 Februari dan tepat pada 8 Maret 1965 pembangunan dimulai melalui SK Presiden Nomor 48/1965. Proyek diperkirakan rampung saat perayaan kemerdekaan RI ke-20 atau 17 Agustus 1966.
Baca Juga: Apa Itu Waterproofing? Proyek Pengecatan Dome Gedung DPR dengan Anggaran Rp 4,5 Miliar
Terkendala G30S/PKI
Pembangunan yang baru jalan beberapa bulan pada akhirnya harus terhambat. Hal itu tak lepas dari masalah yang mendera bangsa Indonesia tahun 1965.
Peristiwa G30S/PKI itu sempat menghambat laju pembangunan gedung untuk CONEFO. Setelah kasus itu lewat, pembangunan pun dilanjutkan lagi pada 9 November 1966.
Pembangunan dilanjutkan berdasarkan SK Presidium Kabinet Ampera Nomor 79/U/Kep/11/1966. Namun, peruntukannya bukan lagi buat acara CONEFO namun diubah menjadi Gedung MPR/DPR RI. Pembangunan pada akhirnya selesai pada 1 Februari 1983.
Bukan Kura Kura
Meski cukup dikenal dengan sebutan gedung kura-kura, karena bentuknya yang mirip punggung kura-kura, sebenarnya desain itu bukan terinspirasi dari hewan yang jalannya lambat tersebut.
Bentuk dari dome Gedung Nusantara sebenarnya melambangkan kepakan sayap burung yang akan lepas landas. Proyek pembangunan gedung ini melibatkan puluhan ribu pekerja.
Penantian panjang akan hadirnya sebuah gedung mewah akhirnya terbayar 17 tahun kemudian. Pembangunan gedung mewah ini selesai pada 1 Februari 1983.
Kontributor : Lukman Hakim