Suara.com - Christoper Reno Budiman mengaku hidupnya berubah 180 derajat sejak pindah ke Kangaroo Island, Australia.
"Kangaroo Island ini one of a kind (memiliki keistimewaan tersendiri)," ujar Reno kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Dia adalah salah satu pulau yang benar-benar ada penduduknya, dan masih ada ciri khas Australia Selatan dan Australianya."
Kangaroo Island atau Pulau Kanguru merupakan pulau terbesar ketiga di Australia yang berjarak 210 kilometer dari pusat kota Adelaide.
Baca Juga: Gadis Lulusan Unud Bali Ini Ceritakan Hidup Bersama Warga Aborigin di Pedalaman Australia
Di tahun 2016, tercatat populasi pulau ini adalah 4.702 jiwa, kurang dari satu persen dari total populasi Australia di tahun yang sama.
Keputusan Reno untuk meninggalkan kehidupan di Adelaide yang telah ditempatinya selama empat tahun ke Pulau Kanguru tidak lain adalah untuk berburu izin tinggal tetap atau 'permanent resident' (PR) Australia.
Ia menempuh jalur PR menggunakan skema visa regional yang mengharuskan pendaftar untuk tinggal dan bekerja dalam kurun waktu tertentu di wilayah Australia yang terhitung regional atau pedalaman.
Reno yang dulunya adalah mahasiswa perhotelan Adelaide kini bekerja sebagai 'night duty manager' di Aurora Ozone Hotel.
Setelah pindah ke Pulau Kanguru di tahun 2019, Reno yang kini berusia 25 tahun mengajukan aplikasi visa subclass 190 pada Agustus 2021.
Baca Juga: Perempuan Indonesia Bekerja Bersama Warga Aborigin di Pedalaman Australia
Bila visanya diterima, Reno otomatis akan menjadi Permanent Resident (PR) atau warga tetap di Australia, yang memiliki hak setara warganegara, namun tidak bisa ikut Pemilu.
Ingin menetap di Pulau Kanguru
Reno mengatakan ingin tetap tinggal di Pulau Kanguru setelah mendapatkan PR, meski baginya pulau tersebut ibarat "kota mati".
"Supermarket cuma ada satu, enggak ada Coles atau Woolworths [dua supermarket besar Australia]. Enggak ada yang namanya Maccas atau KFC," kata Reno.
"Hampir semua tutup jam 5. Ada yang sampai jam 7, maksimal jam 8."
"Tapi jujur saya merasa enggak etis kalau langsung meninggalkan karena Kangaroo Island ini yang mengubah hidup saya dan membantu mendukung visa saya," tuturnya.
Menurut Reno, keterbatasan di Pulau Kanguru mengajarkannya untuk lebih menghargai kehidupan dan mendorongnya semakin mandiri.
Di sisi lain, ia juga merasa telah keluar dari zona nyaman untuk tinggal di sebuah pulau yang hampir tidak ada sesama warga Indonesia-nya.
Sektor pariwisata Pulau Kanguru yang terus berkembang juga menjadi nilai jual tambahan bagi Reno yang melihat banyak peluang.
"Setelah COVID banyak perhotelan yang terdampak, jadi Pemerintah Australia Selatan berusaha membangun lagi popularitas. Ini menurut saya adalah kesempatan paling bagus di Kangaroo Island," katanya.
"Saya belum pernah kerja di daerah yang regional sekali, tapi perhotelan dan pariwisata di sini bagus banget."
Bertahan di Uluru sampai dapat PR
Namun, tidak semua orang berakhir menetap di wilayah regional yang mereka pilih untuk mendapatkan PR.
Contohnya Merry, warga Indonesia asal Pontianak yang pindah ke Uluru, kawasan Australia Utara bersama suaminya, Yoseph karena mendapat pekerjaan di sana.
Pada tahun 2017, mereka mengajukan aplikasi PR dengan visa Skema Migrasi Sponsor Regional (RSMS) subclass 187, yang sudah ditutup pada 16 November 2019 dengan munculnya visa Sponsor Pekerja Terampil Regional (RSMS) subclass 494.
Pasangan yang pindah dari Sydney ini giat bekerja di sebuah Ayers Rock Resort, fasilitas penginapan di sana, sampai akhirnya mendapatkan PR di awal tahun 2019.
"Kami dua tahun bekerja di sana, pindah-pindah, semua kerjaan di resort kayaknya saya sudah pernah kerjakan, kecuali bartender," ujar Merry.
Pekerjaan lain yang Merry lakukan antara lain mengurus 'laundry' atau cucian para tamu dan bekerja di pom bensin, sementara Yoseph bekerja sebagai koki dan penerima tamu.
Dari waktu ke waktu, ia mengatakan menjadi terbiasa dengan kondisi di Uluru, hingga tidak lagi takut bila melihat binatang seperti ular berbisa dan kadal.
Namun, Merry merasa kurang cocok dengan kondisi tinggal di kawasan tersebut, sehingga memutuskan untuk keluar dari Uluru dan menetap sekian bulan di Adelaide dan Gold Coast, sebelum akhirnya kembali ke Sydney.
Walau demikian, perjuangan bertahan dalam pekerjaan dan lingkungan Uluru terbayar lunas ketika ia mendapatkan PR.
"Untuk yang mau apply PR, bersabar, jangan menyerah karena ini benar-benar worth it [patut dicoba]," ujarnya.
"Apalagi waktu lockdown segala macam yang PR juga dapat bantuan dari pemerintah. Jangan menyerah saja sih, kalau kami bisa mengapa enggak?"
Patut dicoba bila pekerjaan sesuai
Bagi Raymond Soekianto yang menempuh pendidikan di Melbourne, pilihan untuk mendapatkan PR hanyalah dengan pindah ke South Coast, New South Wales.
South Coast yang terbentang 483 km dari Sydney dikenal dengan pantai, taman nasional, laguna, dan hutan hujannya.
Ketika pindah pada tahun 2017 dan menetap sampai 2020, Raymond mengatakan jarang bepergian dan hanya fokus bekerja di pabrik manufaktur setempat selama 10-12 jam sehari.
"Untuk tinggal lumayan enak, tapi kehidupan sosialnya kurang karena wilayah regional," kata Raymond tentang South Coast.
Dengan jurusan dan pengalaman kerjanya di bidang 'aerospace engineering' atau teknik penerbangan, Raymond yang berasal dari Padang mengajukan visa Pekerja Terampil Regional subclass 489.
Syaratnya, ia harus bekerja di bidang yang bersangkutan selama satu tahun dan tinggal di South Coast selama dua tahun, sebelum mengajukan PR.
Sembilan bulan setelah mengajukan, Raymond akhirnya mendapatkan PR dan pindah kembali ke Melbourne pada Januari 2021.
Menurut Raymond yang kini berusia 29 tahun, jalur regional ini patut dicoba, terutama bagi yang pekerjaannya sesuai.
"Sebenarnya tergantung pekerjaan sih, kalau saya waktu itu enggak tahu hoki atau bagaimana, tapi saya dapat pekerjaan yang lumayan," kata Raymond.
"Menurut saya worth it, tapi kalau pekerjaannya enggak sesuai bidang ya might be a different story."
Karenanya, ia mengusulkan agar mereka yang berminat pindah ke wilayah regional untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang apakah pekerjaan mereka sesuai dengan permintaan di wilayah yang bersangkutan.
Keterampilan dan kemampuan komunikasi 'paling penting'
Tahun ini, program migrasi di Australia yang dirancang untuk mendorong perekonomian pasca pandemi telah menyediakan 109.900 kuota visa keterampilan atau 'skilled visa'.
New South Wales adalah wilayah dengan kuota visa terbanyak dalam skema regional, dengan 4.000 posisi untuk subclass 190 dan 3.640 posisi untuk subclass 491.
Agen migrasi di Sydney, Irene Gunawan, mengatakan penerimaan aplikasi PR dengan skema regional bergantung pada kuota jenis pekerjaan di wilayah regional tertentu.
Aplikasi mereka mungkin dapat ditolak bila kuota pekerjaannya sudah penuh.
"Tapi itu biasanya karena terlalu banyak orang mengajukan untuk pekerjaan yang sama di tempat yang sama," kata Irene dari Inspire Education and Migration Services.
"Di samping itu, kalau mendaftar dan memenuhi syarat, bisa tetap dapat undangan dan sponsor dari wilayah regional dan pusat."
Irene mengatakan dari tahun ke tahun, persyaratan untuk mengajukan aplikasi PR "semakin diperketat", namun masih ramai peminat.
Persyaratan yang berubah antara lain adalah permintaan nilai tes bahasa Inggris atau IELTS yang tinggi serta diperpanjangnya durasi tinggal dan bekerja di wilayah regional.
"Kalau punya skills [keterampilan] dan kemampuan komunikasi yang bagus untuk bisa dapat pemberi kerja Australia, itu bakal menolong sekali karena itu yang paling penting," kata Irene.
"Jadi koki, misalnya dia high-skilled tidak perlu repot-repot pindah ke regional. Apalagi IELTS-nya bagus, mereka bisa disponsori negara bagian."
Namun, peminat tetap harus memonitor kebutuhan setiap negara bagian yang sewaktu-waktu bisa berubah.
"Kalau pekerjaan sampai dihilangkan [dari daftar] berarti ada perubahan atau pergeseran kebutuhan pemerintah," ujarnya.
"Ini bisa terjadi kalau kuota sudah penuh. Saya rasa itu sudah normal."
Simak artikel lainnya di ABC Indonesia.