Putin: Menyingkirkan Minyak Rusia sama dengan Bunuh Diri Ekonomi

Rabu, 18 Mei 2022 | 12:41 WIB
Putin: Menyingkirkan Minyak Rusia sama dengan Bunuh Diri Ekonomi
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pada hari Senin (16/05), menteri luar negeri dari 27 anggota serikat berkumpul untuk membahas larangan impor minyak Rusia untuk dimasukkan sebagai bagian dari sanksi keenam terhadap Moskow.

Anggota UE harus mencapai konsensus untuk menerapkan sanksi, tetapi sekelompok negara – yang dipimpin oleh Hungaria – menentang tindakan tersebut.

Uni Eropa telah menawarkan Hungaria, Republik Ceko, dan Slovakia lebih banyak waktu untuk perlahan lepas dari ketergantungan mereka pada minyak Rusia.

Namun, Budapest belum setuju, dengan pemerintahnya mengatakan €800 juta (Rp12,17 triliun) dana Uni Eropa diperlukan untuk melengkapi kembali fasilitas kilang dan meningkatkan kapasitas pipa ke Kroasia.

Hungaria juga berusaha agar tidak disertakan dari embargo yang diusulkan, setidaknya selama empat tahun.

Di mana posisi Jerman?

Berlin awalnya menentang embargo minyak dengan alasan ketergantungannya yang besar pada energi Rusia. Namun, belum lama ini Jerman mengubah pendiriannya, dengan mengatakan akan setuju jika sekutu Barat melakukannya dan mencoba membantu untuk mengaktifkannya.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, Selasa (17/05), memperingatkan terkait perpecahan di antara negara-negara Uni Eropa.

"Kesatuan kami sebagai UE telah menjadi kekuatan kami sejauh ini," katanya, dengan banyak pengamat terkejut dengan kemudahan yang diberikan oleh 27 anggota UE untuk mendukung beberapa sanksi ekonomi paling keras yang pernah diberikan dalam ekonomi modern.

Baca Juga: Sumber Daya Terbatas, Jepang Sulit untuk Ikut Hentikan Impor Minyak Rusia

Namun, Baerbock juga menyatakan pemahamannya untuk beberapa negara anggota UE yang memiliki masalah dalam melepaskan diri dari ketergantungan terhadap energi Rusia, dengan mengatakan bahwa semua sudut pandang yang berbeda harus direkonsiliasi. "Tidak ada jalan keluar di mana 'satu solusi cocok untuk semua'," katanya. yas/ha (AFP, Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI