Suara.com - Presiden keempat Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur memang menjadi sosok yang berkesan bagi banyak orang.
Banyak cerita berkesan yang terkait dengan dirinya, salah satunya seperti diungkapkan oleh sang mantan ajudan Priyo Sambadha.
Pada cuitan di Twitternya, Priyo Sambadha bukan cerita tentang Gus Dur di masa hidupnya. Ia bercerita soal batu nisan Gus Dur yang ia bawa ke dalam pesawat.
Suara.com sudah diizinkan oleh Priyo Sambadha untuk mengubah utasannya di Twitter tersebut menjadi artikel.
Menurut utasnya, makam Gus Dur di Tebu Ireng mulanya hanya ditandai dengan dua buah patok putih yang terbuat dari semen.
Pada tahun 2017, nisan diganti dengan batu pualam warna hijau lumut yang bertuliskan dalam 4 bahasa: 'Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan'.
Nisan lama yang diganti adalah nisan yang terbuat dari semen cor dengan tulang besi beton.
![Makam Gus Dur di Jombang [Foto: Beritajatim]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/28/87397-makam-gus-dur-di-jombang.jpg)
"Ukurannya sekitar tinggi 40 cm, lebar 15 cm dan tebal 10 cm. Enggak terlalu besar. Bentuknya juga sangat simpel. Ujungnya mengerucut gitu. Warna putih," tulis Priyo Sambadha.
Saat penggantian nisan, istri Gus Dur, Shinta Nuriyah memintanya untuk membawa nisan yang lama ke Jakarta.
Baca Juga: Wanita Ini Beruntung, Punya Mertua Rasa Ibu Kandung, Dimasakin hingga Dirawat
"Nah besoknya ketika saatnya kita pulang balik ke Jakarta, saya bingung. Gimana caranya membawa batu nisan ini ke Jakarta. Pusing saya. Karena kalau saya masukkan ke bagasi pesawat, saya gak tega. Juga gak berani, lebih tepatnya," imbuhnya.