Suara.com - Perusahaan gerai makanan cepat saji terkemuka di dunia McDonald's mengatakan sedang dalam proses menjual semua gerainya di Rusia, termasuk 850 toko yang mempekerjakan sekitar 62 ribu orang.
Perusahaan tersebut mengatakan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina di bulan Februari membuat mereka merasa memiliki bisnis di Rusia sudah tidak lagi konsisten dengan nilai-nilai yang dianut McDonald's.
Perusahaan yang berkantor pusat di Chicago tersebut mengumumkan pada awal Maret lalu bahwa mereka untuk sementara menutup semua gerai di Rusia namun akan terus membayar para pekerja.
Senin lalu (16/05), perusahaan itu mengatakan sedang mencari pembeli di Rusia yang mau mempekerjakan pegawai mereka dan tetap akan membayar gaji sampai penjualan diselesaikan.
Baca Juga: McDonald's Resmi Hengkang Dari Rusia Dan Ukraina, Bersiap Jual 850 Gerai Restorannya
McDonald's tidak menyebut siapa yang berminat membeli.
CEO McDonald's Chris Kempczinski mengatakan "dedikasi dan kesetiaan karyawan McDonald's dan ratusan pemasok mereka di Rusia" membuat keputusan untuk meninggalkan negeri itu tidak mudah.
"Namun kami memiliki komitmen terhadap komunitas global dan harus tetap mempertahankan nilai-nilai kami," kata Kempczinski dalam sebuah pernyataan.
"Komitmen terhadap nilai-nilai kami membuat kami tidak bisa mempertahankan simbol kami untuk tetap bercahaya di sana."
Di tengah usaha untuk menjual, McDonald's mengatakan berencana menurunkan semua simbol toko tersebut dengan nama McDonald's dari gerai yang ada.
Baca Juga: Protes Perang Di Ukraina, McDonald's Bakal Jual Ratusan Cabangnya di Rusia
Namun mereka tetap akan mempertahankan merek dagangnya di Rusia.
Gerai pertama McDonald's di Rusia dibuka di tengah kota Moskow lebih dari tiga puluh tahun lalu, tidak lama setelah runtuhnya Tembok Berlin di Jerman di tahun 1989.
Masuknya McDonald's ke Rusia merupakan pertanda kuat menurunnya ketegangan Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
McDonald's juga menutup seluruh restorannya di Ukraina, yang diserang oleh Rusia sejak bulan Februari, namun mengatakan akan terus membayar para pekerjanya di sana.
McDonald's mengatakan berhentinya operasi di Rusia tidak akan mengubah pendapat perusahaan secara keseluruhan, karena adanya penambahan 1.500 restoran baru di seluruh dunia, yang akan menyumbangkan sekitar 1,5 persen bagi pertumbuhan perusahaan.
AP
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News