Balenciaga: Siapa Pencipta Sepatu Model Rusak yang Dijual Rp27 Juta?

SiswantoBBC Suara.Com
Senin, 16 Mei 2022 | 15:12 WIB
Balenciaga: Siapa Pencipta Sepatu Model Rusak yang Dijual Rp27 Juta?
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rusak, kotor, tapi dijual seharga US$1.850 atau sekitar Rp27 juta.

Merek mewah Balenciaga meluncurkan model sepatu sneaker Paris High Top yang disebut rusak total.

Menurut situs perusahaan itu, sepatu itu dijual dalam edisi terbatas dan tersedia dengan warna hitam dan putih. Model sepatu rusak itu juga dilengkapi dengan tulisan merek besar perusahaan fesyen itu.

Namun kreasi terbaru ini dibanjiri kritik di media sosial dengan muncul berbagai meme. Banyak yang mengejek, antara lain dengan menulis, "yang benar saja Balenciaga", "sepatu ini eksperimen untuk melihat berapa banyak orang akan membeli sampah bermerek."

Baca Juga: Bingung Model Sepatu untuk Acaramu? Coba 5 Jenis Sepatu Wanita Ini!

https://twitter.com/imnickintl/status/1524044045059825667

https://twitter.com/MitsueTG/status/1524238984037212160

Di tengah kritikan ini, siapa perancang di balik sepatu model rusak dan kotor ini?

Perancang yang dulunya adalah pengungsi

Sepatu ini diciptakan Demna Gvasalia, direktur kreatif Belanciaga sejak 2015.

Gvasalia lahir di Georgia pada 1981 saat negara itu di bawah kekuasaan Uni Soviet. Namun pada 1993, saat ia berusia 12 tahun, ia menjadi pengungsi karena keluarganya angkat kaki dari negara itu karena perang saudara.

Baca Juga: Harganya Belasan Juta, Model Sepatu Amanda Manopo Nggak Jelas

Ia sempat kembali ke Georgia untuk kuliah ekonomi internasional Universitas Tbilisi di ibu kota negara itu.

Setelah lulus, ia melanjutkan studi di Royal Academy of Fine Arts di Antwerp, Belgia dan meraih gelar S2 di bidang fesyen pada 2006.

Baca juga:

Saat ini ia tinggal di satu kota kecil di dekat Zurich, Swiss bersama pasangannya, musisi Prancis Loïck Gomez. Gvasalia mahir dalam enam bahasa.

Pengalamannya sebagai pengungsi tertuang dalam sejumlah rancangannya. Dalam Paris Fashion Week bulan Maret lalu, Gvasalia memberikan penghargaannya kepada para pengungsi.

Ketika para model berjalan, ia membawakan puisi dalam bahasa Ukraina, yang membuatnya kembali mengenang pengalaman sulit ketika mengungsi.

"Saya menjadi pengungsi selamanya," katanya dalam satu pernyataan sebelum acara peragaan busana itu.

"Selamanya karena pengalaman itu selalu melekat pada kami. Ketakutan, rasa putus asa dan kenyataan tidak ada yang memperhatikan," tambahnya.

Dari pengungsi menjadi bintang fesyen

Ketika diangkat oleh perusahaan barang mewah itu, Kering, induk perusahaan Balenciaga dan merek lain seperti Saint Laurent dan Gucci, Gvasalia tak dikenal sama sekali.

Namanya naik ketika mendirikan Vetements, merek fesyen baju sehari-hari yang ia luncurkan dengan adiknya Guram pada 2014.

Karyanya berhasil mengangkat namanya di kalangan selebritas fesyen.

Karyanya juga membuat Balenciaga melesat perkembangannya di pasaran merek mewah.

Pada 2019, pendapatan perusahaan melebihi US$1 miliar dan ditempatkan sebagai tiga besar dalam indeks The Lyst, ranking merek dagang mewah.

Gvasalia memiliki pendukung setia kaum milenial yang mewakili sekitar 65% konsumen Balenciaga.

Berkomunikasi dengan generasi muda

Gvasalia terlihat dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya melalui media sosial.

"Generasi muda sangat tahu apa yang terjadi di sekeliling mereka. Dan saya rasa saatnya untuk bangkit," katanya kepada Financial Times.

Menurut Katy Lubin, wakil presiden Lyst, Gvasalia adalah "pakar handal fesyen" dan ia "menyaksikan sendiri produk-produk eksperimental Balenciaga yang viral".

Namun Gvasalia sendiri mengatakan ia tidak peduli seberapa banyak orang yang suka dengan produknya dan ia lebih fokus untuk mendengar "intusinya".

"Saya mencoba berkomunikasi melalui pakaian. Saya tidak aktif di Twitter atau apapun terkait itu. Saya membuat baju. Bagi saya, orang yang suka di Instagram tidak relevan dengan memproduksi produk dan kemudian melakukan riset untuk mengetahui apa yang orang suka."

Terkait produk terakhirnya ini - sepatu model rusak dan kotor - harus dilihat apakah intuisi Gvasalia tajam, dengan bukti produk ini laku keras atau malah tidak dilirik konsumen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI