Kematian Jurnalis al-Jazeera Shireen Abu Akleh Sudutkan Israel

Senin, 16 Mei 2022 | 13:25 WIB
Kematian Jurnalis al-Jazeera Shireen Abu Akleh Sudutkan Israel
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otoritas Palestina dan stasiun televisi al-Jazeera mengklaim Israel “secara sengaja” membunuh Shireen Abu Akleh. Pemerintah di Yerusalem awalnya menuduh militan Palestina, tapi lalu menawarkan investigasi bersama.

Ribuan warga memenuhi pusat kota Ramallah untuk mengantar iringan jenazah Shireen Abu Aklah, Kamis (12/5) kemarin.

Hampir semua mengenal wajahnya. Sejak lebih dari 25 tahun, wartawan senior al-Jazeera itu sudah tampil di televisi melaporkan dari berbagai medan perang di Timur Tengah.

Laporan terakhir Shireen dibuat di Kamp Jenin, Rabu (11/5) lalu, ketika meliput pertukaran senjata antara militan Palestina dan tentara Israel.

Baca Juga: Peti Jenazah Wartawan Senior Al-Jazeera Shireen Abu Akleh Nyaris Jatuh Saat Israel Serang Pelayat Palestina

Sejumlah wartawan yang berada di lokasi kejadian, termasuk seseorang reporter yang tertembak di bagian kaki, mengatakan peluru datang bertubi-tubi dari arah pasukan Israel.

Tembakan tidak berhenti, meski Shireen, yang mengenakan rompi pers dan helm pelindung, sudah terbaring dengan luka di bagian leher.

Saling tuduh Israel dan Palestina Pemerintah di Yerusalem awalnya mengklaim peluru nyasar milik militan Palestina "kemungkinan besar” bertanggungjawab atas kematian sang jurnalis, kata Perdana Menteri Naftali Bennett, merujuk pada sebuah video yang menampilkan militan Palestina menembak secara membabi buta di sebuah sudut Kamp Jenin.

Namun, keterangan saksi mata dan analisa spasial sebaliknya mengindikasikan kebenaran klaim Palestina. Hanya beberapa jam setelah pernyataan Bennett, Menteri Pertahanan Benny Gantz mengakui tembakan bisa berasal "dari pihak kami.”

Sejak itu, Israel menawarkan investigasi gabungan kepada pihak Palestina, yang sudah ditolak Presiden Mahmoud Abbas.

Baca Juga: Duka Warganet RI Atas Kematian Shireen Abu Akleh, Bahas Kerentanan Jurnalis

"Kami beranggapan otoritas pendudukan Israel bertanggungjawab sepenuhnya atas pembunuhan Shireen Abu Akleh,” kata dia dalam sebuah pidato di televisi.

"Mereka tidak bisa menyembunyikan kebenaran dengan kejahatan ini,” tukasnya lagi.

Namun menurut hasil investigasi awal yang dirlis Jumat (13/5), militer Israel mengaku belum menemukan bukti yang konklusif soal sumber tembakan.

Ketegangan memuncak di Yerusalem

Jenazah Shireen dibawa dari Ramallah ke Yerusalem Timur, untuk dikebumikan di sebuah gereja di kota tua pada Jumat (13/5). Kepolisian Israel memprediksi prosesi pemakaman akan dihadiri oleh ribuan orang.

Suasana kian mencekam seiring penutupan jalan dan penambahan jumlah pasukan yang berjaga-jaga di sekitar kota tua Yerusalem.

Aparat keamanan Israel menyiagakan tenaga tambahan "untuk memastikan pemakaman berjalan aman dan tanpa munculnya tindak kekerasan yang bisa membahayakan pengunjung dan warga lain,” kata seorang juru bicara kepolisian.

Pada Jumat, al-Jazeera melaporkan proses pemakaman di Yerusalem diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan Israel.

Pada prosesi di Ramallah, Kamis kemarin, jenazah Shireen dibawa melintasi sebuah jalan yang kelak akan mengemban namanya.

Sebagai penghormatan, otoritas Palestina sudah memerintahkan pemakaman kenegaraan baginya. "Suaranya menggema di setiap rumah, dan kematiannya membuka luka di hati kami,” kata seorang warga Ramallah, Hadil Hamdan.

Pertempuran berlanjut di Jenin Reaksi dramatis seputar kematian Shireen ditanggapi Amerika Serikat, Uni Eropa dan PBB dengan menuntut investigasi menyeluruh, terhadap apa yang digambarkan oleh al-Jazeera sebagai "pembunuhan berdarah dingin.”

Namun otoritas Palestina menolak ajakan investigasi bersama Israel lantaran keraguan terhadap imparsialitas penyelidikan internal.

"Mereka lah yang melakukan kejahatan ini,” kata Abbas dalam pidatonya. "Dan karena kita tidak mempercayai mereka, kita akan langsung pergi ke Mahkamah Keadilan Internasional ICC,” imbuhnya.

PM Naftali Bennett sebaliknya menyalahkan Abbas karena menafikan hak Israel "untuk mengakses temuan-temuan dasar yang dibutuhkan untuk menyimpulkan kebenaran,” katanya, sembari mendesak Otoritas Palestina untuk tidak "mengambl langkah apapun yang bisa mengganggu investigasi atau mengkontaminasi proses penyelidikan.”

Sementara itu, militer Israel dikabarkan melanjutkan operasi penggerebekan di Kamp Jenin, pada Jumat (13/5).

Peluru kembali berterbangan, ketika stasiun televisi Palestina menampilkan gambar asap hitam membumbung dari salah satu rumah. Insiden di kamp pengungsi Palestina itu diakui oleh Brigade Jenin, sayap militan kelompok Islamic Jihad Palestina, yang mengklaim terlibat dalam pertempuran dengan militer Israel di Jenin. rzn/yf (ap, aljazeera, rtr)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI