Pak Prabu yang awalnya tersenyum penuh dengan candaan, tiba-tiba diam, raut wajahnya berubah dan tak tertebak.
"Semoga saja, kalain tahu yang di omongkan ya"
Kalimat pak Prabu seperti penekanan yang mengancam, setidaknya itu yang Widya rasakan, sontak, Bima langsung merespon dengan meminta maaf, namun Wahyu dan Anton memilih diam setelah mendengar respon pak Prabu.
"Mongo pak, bisa lanjut ke tempat selanjutnya"
Tempat berikutnya adalah Sinden (Kolam, tempat air keluar dari tanah) pak Prabu mengatakan bahwa Sinden ini bisa dijadikan Proker paling menjanjikan, tidak jauh dari sana ada sungai, inginnya pak Prabu, Sinden dan sungai bisa dihubungkan, jadi semacam jalan air.
Tanpa terasa, hari sudah siang.
Ayu dan Widya sudah memetakan semua yang pak Prabu tunjukkan, memberinya sampel warna merah sampai biru, dari yang paling diutamakan sampai yang paling akhir di kerjakan.
Namun, tetap saja. selama perjalanan, Widya banyak menemukan keganjilan.
Keganjilan yang paling mencolok adalah, tidak satu atau dua kali, namun berkali-kali, ia melihat banyak sesajen yang di letakkan di atas tempeh, lengkap dengan bunga dan makanan yang di letakkan disana, di tambah bau kemenyan, membuat Widya tidak tenang.
Baca Juga: Lokasi KKN di Desa Penari Dimana? Ini Tempat Paling Mistis di Pulau Jawa
Setiap kali mau bertanya, hati kecilnya selalu mengatakan bahwa itu bukan hal yang bagus.