Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal 2022: Waktunya Berbenah Diri Setelah Ramadhan

Jum'at, 13 Mei 2022 | 08:26 WIB
Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal 2022: Waktunya Berbenah Diri Setelah Ramadhan
Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal 2022 (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan, umat muslim kini tengah berada di bulan Syawal yang penuh keistimewaan. Bulan Syawal menjadi bulan kemenangan, bulan penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Anda bisa mengangkat tema ini sebagai contoh khutbah jumat bulan syawal.

Bulan Syawal pula menjadi bulan untuk berbenah diri dan menerapkan segala amalan yang rutin dilakukan di bulan Ramadhan. Untuk merayakan bulan kemenangan ini, Suara.com telah merangkum contoh teks khutbah Jumat bulan Syawal yang ditulis Alif Budi Luhur yang berjudul “Khutbah Jumat: Momen Berbenah Diri Pasca-Ramadan” yang diunggah melalui laman NU Online.

Berikut ini contoh teks khutbah Jumat di bulan Syawal 2022 singkat dan bermanfaat yang bisa menjadi referensi untuk kamu.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Baca Juga: Bacaan Niat Puasa Qadha Ramadhan di Bulan Syawal, Bolehkah Digabung dengan Puasa Syawal?

Bulan Ramadan telah lewat dan kita telah memasuki bulan Syawal yang mungkin bagi kebanyakan orang “kurang istimewa”. Bulan Ramadan hadir dengan melipatgandakan pahala, menekan hawa nafsu, dan momen menumpuk amal saleh sebanyak-banyaknya.

Ramadan menjadi saat-saat penggemblengan hamba menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah atau mencetak insan yang bertakwa. 

Di dalam Ramadan, umat Islam dianugerahi sebuah malam spesial bernama Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan. Artinya melakukan satu amal kebaikan di malam itu setara dengan 1000 amal kebaikan pada malam-malam di luarnya.  Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai tasbih, doanya dikabulkan, dan balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.

“Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan 10 kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Baca Juga: Puasa Syawal Sampai Kapan? Simak Waktu Pelaksanaan dan Batas Akhir Puasa

Mengapa Allah memberikan anugerah yang luar biasa semacam itu? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang.

Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah untuk hamba-Nya. Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari lain dalam satu minggu, Allah pun mengistimewakan Ramadan di tengah bulan-bulan lain dalam satu tahun.

Kedua, Ramadan sebagai sindiran kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi. Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk kepentingan dirinya sendiri—atau paling jauh untuk keluarga sendiri. 

Sementara kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah nyaris terlupakan. Kita sering mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming-iming hadiah untuk mencegahnya dari tindakan-tindakan tertentu. Jangan-jangan Ramadan adalah hadiah karena Allah tahu kita terlalu “bandel”, tak banyak waktu untuk mengingat-Nya. Itulah mengapa pada malam Lailatul Qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun dengan membaca:

"Ya Allah Engkaulah maha pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku.”

Memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini. 

Melalui Ramadan dan Lailatul Qadar, dosa-dosa yang pernah kita lakukan diharapkan terhapuskan. Memahami Ramadan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah SWT. Imam Al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar.

Semoga Ramadan yang telah kita lewati membawa manfaat bagi perbaikan diri kita sehingga melewati hari-hari dan bulan-bulan setelahnya dengan lebih baik sampai kita dipertemukan dengan Ramadan-Ramadan berikutnya.

Demikian contoh teks khutbah Jumat bulan Syawal yang berjudul “Khutbah Jumat: Momen Berbenah Diri Pasca-Ramadan” yang diunggah melalui laman NU Online. Semoga bermanfaat!

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI