Suara.com - Demi meredam kerusuhan yang terjadi, Pemerintah Sri Lanka memberi wewenang kepada militer dan polisi untuk menembak di tempat para perusuh. Hal ini dilakukan dengan alasan agar kerusuhan yang terjadi di daerah tersebut bisa diredam.
Selain itu, Pemerintah Sri Lanka juga memberikan darurat militer dan polisi untuk menangkap orang tanpa surat perintah. Seperti diketahui, kerusuhan yang terjadi pada Senin (9/5/2022) telah menewaskan tujuh orang.
Menyadur dari Al Jazeera, dikatakan bahwa negara Samudra Hindia itu berjuang melawan krisis ekonomi terburuk dalam sejarah. Ribuan pengunjuk rasa menentang jam malam di seluruh pulau hingga pukul 7 pagi pada Hari Selasa (10/5/2022) untuk melanjutkan protes.
Protes yang berlangsung beberapa hari tersebut dan mengakibatkan kerusuhan, dalam beberapa laporan mengatakan bahwa pengunjuk rasa yang marah menyerang politisi yang masuk dalam jajaran pemerintah. Pengunjuk rasa membakar rumah, toko, dan bisnis yang mereka miliki.
Baca Juga: Siapa Dinasti Rajapaksa yang Dituduh Tak Becus Pimpin Sri Lanka?
Situasi tersebut berhasil dikendalikan pada Hari Selasa. Namun, menurut juru bicara polisi Nihal Thalduwa, sekitar 200 telah terluka pada Hari Senin. Dilaporkan bahwa, “ada kehadiran militer yang berat. Dalam perjalanan, kami dihentikan di beberapa pos pemeriksaan yang dijaga oleh angkatan udara, beberapa oleh tentara dan angkatan laut.”
Menurut keputusan yang dibuat oleh pemerintah, militer boleh menahan orang hingga 24 jam sebelum menyerahkannya kepada polisi, sementara properti pribadi apa pun dapat digeledah oleh pasukan, kata pemerintah dalam pemberitahuan surat kabar.
“Setiap orang yang ditangkap oleh petugas kepolisian harus dibawa ke kantor polisi terdekat,” kata Nihal Thalduwa yang menetapkan tenggat waktu 24 jam bagi angkatan bersenjata untuk melakukan hal yang sama.
Untuk diketahui, jumlah orang yang turun jalan dalam perayaan setelah pengunduran diri Rajapaksa berjumlah ribuan orang. Namun, akibat banyaknya orang yang melakukan aksi turun jalan suasana dengan cepat menjadi tegang.
Para personel militer melakukan patroli di daerah tersebut, setelah delapan kendaraam yanng dibakar sebagian terendam di danau. Berkas-berkas yang dibuang dan peralatan yang hancur berserakan di perkantoran pejabat Pemerintah yang digeledah.
Baca Juga: Bentrokan di Ibu Kota Sri Lanka, 5 Orang Dilaporkan Tewas
Krisis ekonomi Sri Lanka yang belum pernah terjadi sebelumnya mengikuti pandemi Covid-19, yang memukul pendapatan utama pariwisata dan membuat pemerintah bergulat dengan kenaikan harga minyak dan dampak pemotongan pajak populis.
Ia telah meminta bantuan dari pemberi pinjaman multilateral seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, serta raksasa Asia India dan China.
Mantan Menteri Keuangan Ali Sabry, yang mengundurkan diri pada hari Senin bersama dengan anggota kabinet Rajapaksa lainnya, mengatakan cadangan devisa yang dapat digunakan hanya mencapai $50 juta.
Kontributor : Agung Kurniawan