Suara.com - Kasus migran hilang yang dilaporkan di Meksiko melonjak hampir empat kali lipat pada 2021 dibandingkan pada 2020, ketika negara itu berjuang membendung aliran orang nirdokumen dari Amerika Tengah ke Amerika Serikat, menurut laporan, Rabu.
Jumlah orang asing yang hilang tumbuh 292 persen menjadi 349 dari 89 kasus, kata laporan yang disajikan oleh Program Pencarian Migran Hilang (SJM) Yesuit, sebuah organisasi hak asasi manusia.
Ratusan ribu migran melintasi Meksiko setiap tahun berharap untuk mencapai Amerika Serikat, sering menjadi korban penculikan, pembunuhan dan kejahatan lainnya.
"Ada tempat di mana kartel narkoba menunggu migran untuk menarik mereka ke dalam barisan mereka," kata Luis Macias, direktur SJM di Meksiko.
Baca Juga: Niat Hati Ingin Bekerja di Malaysia, 4 Warga Lombok Timur Malah Dipenjara 2 Bulan
Sebagian besar yang hilang berasal dari negara-negara termasuk Honduras, El Salvador, Guatemala, Kuba, Ekuador dan Venezuela.
Menurut laporan, 44 persen migran yang hilang berusia antara 18 dan 29 tahun, 42 persen berusia antara 30 dan 59 tahun, dan 14 persen berusia di bawah 17 tahun.
Institut Migrasi Nasional Meksiko tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Dari orang-orang yang hilang tapi kemudian ditemukan, SJM mengatakan 75 persen ditemukan di pusat detensi imigrasi atau di rumah sementara.
Laporan tersebut menekankan bahwa masih ada kekurangan pelaporan hilangnya migran yang signifikan di Meksiko, diperburuk oleh kurangnya informasi publik yang disediakan oleh lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk menemukan orang hilang.
Baca Juga: Tak Bisa Mudik ke Kampung Halaman, Ratusan PMI di Singapura Gelar Halal Bihalal
“Kebijakan yang bertujuan untuk mengganggu arus migrasi telah meningkatkan kasus penahanan dan (para migran) tidak dapat berkomunikasi, dan akibatnya jumlah orang yang hilang yang dilaporkan oleh kerabat meningkat,” kata Adrian Estrada, koordinator bantuan migran SJM di Mexico City.
Sumber: Reuters/Antara