Suara.com - Forum Internasional G20 diharapkan bisa menghadirkan momen di mana dikotomi negara maju dan negara berkembang hilang.
Diungkapkan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kenji Kanasugi, selain memperhatikan jenjang di antara negara maju dan negara berkembang, G20 harus fokus terhadap isu-isu yang dihadapi semua negara.
Permasalahan yang sama-sama dihadapi negara maju dan negara berkembang sudah termasuk ke dalam tiga tema yang diusung Indonesia di G20: arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.
Isu-isu lain yang bisa didiskusikan oleh negara maju dan negara berkembang di Presidensi G20 Indonesia adalah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), Perjanjian Paris, dan perubahan iklim, tuturnya.
Baca Juga: Balikpapan Tuan Rumah Pre Summit G20, Rahmad Mas'ud: G20, Kita Berterima Kasih
"Negara maju dan berkembang adalah pemangku kepentingan, jadi, mereka adalah mitra yang setara, dan mereka harus melaksanakan tanggung jawab mereka masing-masing di dalam suatu kerangka kerja," katanya dikutip dari ANTARA.
"Saya pikir G20 itu sangat mendekati kerangka kerja tersebut sehingga negara berkembang dan negara maju melaksanakan tanggung jawab mereka dan berusaha untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik," lanjutnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, dia berpendapat bahwa tema G20 Indonesia, Recover Together, Recover Stronger, merupakan tema relevan yang dapat menyatukan dunia kita yang terpisah.
"Jadi, saya berpikir bahwa Recover Together, Recover Stronger adalah tema yang sangat relevan karena dunia telah kurang lebih terpolarisasi karena pandemi dan krisis Ukraina," jelasnya.
"Karena itu, saya pikir ini adalah tema yang akurat untuk kembali menyatukan dunia," ujarnya.
Baca Juga: Kota Minyak Tuan Rumah Pre Summit G20, Bakal Dihadiri 80 Pemuda dari Sejumlah Negara
Selain itu, Jepang menyampaikan dukungan sepenuhnya kepada Indonesia dan berharap akan kesuksesan Presidensi G20 Indonesia, ucap duta besar tersebut.
Dia berkata bahwa Indonesia mengadakan G20 pada kondisi yang cukup sulit karena krisis Ukraina dan tuan rumah juga harus menangani partisipasi Rusia.
"Hubungan kita dengan Rusia tidak bisa berjalan seolah-olah tidak ada yang terjadi di Ukraina dan saya pikir proses G20 tidak bisa berjalan business as usual," tuturnya.