Bagaimana Hubungan Filipina dengan AS dan China di Bawah Pemerintahan Bongbong?

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 11 Mei 2022 | 14:48 WIB
Bagaimana Hubungan Filipina dengan AS dan China di Bawah Pemerintahan Bongbong?
Calon Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dalam salah satu acara kampanye di Provinsi Ilocos Norte, 25 Maret 2022 lalu. [Ted Aljibe/AFP/Getty]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Terlalu banyak propaganda dan kabar bohong bahwa Marcos mencuri uang dari rakyat, namun ini tidak masuk akal."

Dalam kampanyenya, Bongbong menjual soal stabilitas dan pembangunan infrastruktur, dan menggunakan media sosial untuk menyebarkan pendapat mereka dan berusaha menghindar dari pertanyaan kritis dari para wartawan.

Namun masih banyak juga yang tidak mendukung kemenangan Bongbong Maros dan Sara Duterte.

Hari Selasa, di pagi setelah hasil pemungutan suara awal dikeluarkan, ribuan pengunjuk rasa, sebagian besar anak-anak muda mengadakan demonstrasi di luar gedung KPU di Manila.

Mereka mempertanyakan laporan adanya 2.000 mesin penghitung suara yang dikabarkan bermasalah dan menyampaikan keberatan atas penghitungan yang memperkirakan Bongbong akan menang.

"Sentimen mayoritas, bila memang mereka mendukung Marcos Jr, adalah bentuk dari sistem yang sudah menciptakan kegagalan buat kami," kata pengunjuk rasa Reana Dolor.

"Kami memperkirakan enam tahun ke depan akan dipenuhi dengan korupsi, inflasi, dan kemunduran ekonomi karena begitu tidak kompetennya Marcos sebagai seorang pemimpin," kata pengunjuk rasa lainnya Haedric Daguman.

Di antara mereka yang juga kecewa dengan hasil pemungutan suara sejauh ini adalah beberapa pemimpin agama Katolik yang merupakan agama mayoritas di sana.

Pastor Ronald Balase, yang berusia 31 tahun dan bertugas di Gereja Baclaran di Manila tengah mengatakan kampanye pemilu marak dengan penyebaran kabar bohong.

Baca Juga: Dinasti Pemimpin di Filipina: Mengapa Keluarga Marcos Begitu Kontroversial?

"Sangat menyedihkan bahwa kita dengan mudah melupakan sejarah," katanya kepada ABC.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI