Bagaimana Hubungan Filipina dengan AS dan China di Bawah Pemerintahan Bongbong?

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 11 Mei 2022 | 14:48 WIB
Bagaimana Hubungan Filipina dengan AS dan China di Bawah Pemerintahan Bongbong?
Calon Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dalam salah satu acara kampanye di Provinsi Ilocos Norte, 25 Maret 2022 lalu. [Ted Aljibe/AFP/Getty]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr hampir dipastikan akan menjadi presiden Filipina berikutnya, 36 tahun setelah ayahnya digulingkan dari kekuasaan dan kemudian mengasingkan diri ke Amerika.

Bongbong Marcos yang menggandeng Sara Duterte sebagai wakil presiden sejauh ini sudah unggul telak dalam pemungutan suara yang resminya akan diumumkan di akhir Mei.

Kombinasi Bongbong dan Sara yang merupakan putri presiden Filipina saat  Rodrigo Duterte memang sudah difavoritkan untuk menang dan ini berkat kepopuleran keluarga Marcos di kawasan utara negeri itu dan kekuatan keluarga Duterte di bagian Selatan.

Saingan mereka dalam pemilu kali ini adalah Wakil Presiden saat ini Leni Robredo yang dalam pemungutan suara saat ini berada di tempat kedua, dan mantan petinju Manny Pacquiao berada di tempat ketiga.

Baca Juga: Dinasti Pemimpin di Filipina: Mengapa Keluarga Marcos Begitu Kontroversial?

Selama kampanye, yang lebih banyak dijual adalah nama keluarga dan bukan kebijakan, dan para pengamat mengatakan melihat sejarah keluarga Marcos selama ini dengan Amerika Serikat mungkin akan membuat Bongbong lebih berpaling ke China.

Bagaimana Bongbong melepaskan noda korupsi dari namanya

"Bongbong" adalah anak kedua dan anak laki satu-satunya dari keluarga Ferdinand Sr dan Imelda Marcos dan berusia delapan tahun ketika ayahnya pertama kali mencalonkan diri jadi presiden di tahun 1965.

Setelah menjalani pendidikan di sekolah elit di Inggris, Bongbong menduduki jabatan politik pertama kali di usia 23 tahun dengan menjadi wakil gubernur di provinsi Ilocos Norte, beberapa tahun setelah ayahnya berkuasa.

Dalam waktu bersamaan, dia juga belajar di Sekolah Bisnis terkenal di Amerika Serikat Wharton di Pennsylvania  namun tidak berhasil menyelesaikan pendidikannya di sana.

Masing-masing anak keluarga Marcos diberi rumah mewah di Manila dan juga vila untuk liburan musim panas.

Baca Juga: Pilpres Filipina: Apa Makna Kebangkitan Dinasti Marcos?

Ketika korupsi keluarga Marcos terbongkar dan keluarganya harus menjalani pengasingan ketika ayahnya digulingkan di tahun 1986, mereka berhasil menjarah kekayaan negara senilai miliaran dolar.

Ketika kembali ke Filipina setelah ayahnya meninggal dalam pengasingan di Hawaii, Bongbong segera kembali terjun ke dunia politik.

Dan sekarang setelah bertahun-tahun kemudian, tampaknya banyak warga Filipina sudah melupakan apa yang pernah dilakukan keluarga Marcos sebelumnya terkait korupsi.

"Banyak pendukung Bongbong Marcos tahu dan mengakui bahwa Bongbong Marcos dan keluarganya telah menjarah aset pemerintah Filipina namun mereka tetap mendukungnya," kata pengamat politik Robin Garcia.

Dr Garcia mengatakan Bongbong tidak saja mendapat banyak dukungan dari warga miskin di negeri itu, namun juga dari kalangan kelas menengah dan yang lebih makmur.

"Jadi itu berarti kriteria yang  mereka gunakan untuk memilih, perampokan atau korupsi bukanlah faktor besar," katanya.

Salah seorang pendukung yang hadir di kampanye sebelum pemungutan suara di Manila mengatakan kepada ABC bahwa dia tidak mengkhawatirkan masalah korupsi karena Filipina sudah mengubah konstitusi sejak era kekuasaan Ferdinand Marcos Senior.

"Sekarang sudah ada perangkat hukum untuk mencegahnya," katanya.

Namun, banyak juga yang lain yang secara tegas menolak kenyataan bahwa keluarga Marcos melakukan korupsi besar-besaran di masa lalu.

"Selama masa Marcos, semua damai, semua berjalan baik, semua bersatu," kata Micko Eldave yang baru berusia 19 tahun, yang menjadi pemilih untuk pertama kalinya dan juga menjadi relawan guna mendukung kampanye Marcos.

Dia mengatakan mendapatkan keterangan masa lalu dari warga Filipina yang lebih tua yang pernah hidup di bawah kekuasaan Marcos Senior.

"Terlalu banyak propaganda dan kabar bohong bahwa Marcos mencuri uang dari rakyat, namun ini tidak masuk akal."

Dalam kampanyenya, Bongbong menjual soal stabilitas dan pembangunan infrastruktur, dan menggunakan media sosial untuk menyebarkan pendapat mereka dan berusaha menghindar dari pertanyaan kritis dari para wartawan.

Namun masih banyak juga yang tidak mendukung kemenangan Bongbong Maros dan Sara Duterte.

Hari Selasa, di pagi setelah hasil pemungutan suara awal dikeluarkan, ribuan pengunjuk rasa, sebagian besar anak-anak muda mengadakan demonstrasi di luar gedung KPU di Manila.

Mereka mempertanyakan laporan adanya 2.000 mesin penghitung suara yang dikabarkan bermasalah dan menyampaikan keberatan atas penghitungan yang memperkirakan Bongbong akan menang.

"Sentimen mayoritas, bila memang mereka mendukung Marcos Jr, adalah bentuk dari sistem yang sudah menciptakan kegagalan buat kami," kata pengunjuk rasa Reana Dolor.

"Kami memperkirakan enam tahun ke depan akan dipenuhi dengan korupsi, inflasi, dan kemunduran ekonomi karena begitu tidak kompetennya Marcos sebagai seorang pemimpin," kata pengunjuk rasa lainnya Haedric Daguman.

Di antara mereka yang juga kecewa dengan hasil pemungutan suara sejauh ini adalah beberapa pemimpin agama Katolik yang merupakan agama mayoritas di sana.

Pastor Ronald Balase, yang berusia 31 tahun dan bertugas di Gereja Baclaran di Manila tengah mengatakan kampanye pemilu marak dengan penyebaran kabar bohong.

"Sangat menyedihkan bahwa kita dengan mudah melupakan sejarah," katanya kepada ABC.

"Sangat memprihatinkan mendengar orang-orang seusia saya tidak mengindahkan fakta yang ada.

"Mereka malah percaya dengan pemutarbalikkan sejarah dan kebohongan baru yang mereka lihat di YouTube, Facebook atau khususnya di TikTok."

Bagaimana kemungkinan kebijakan luar negeri Bongbong Marcos?

Beberapa pakar mengatakan alasan utama mengapa warga Filipina memilih Bongbong Marcos adalah karena mereka tidak mencari perubahan.

"Kami hanya memiliki informasi yang minim mengenai program dan rencana Marcos, tidak banyak informasi yang diungkapkan ke publik," kata Cleve Arguelles, akademisi dari De La Salle University.

"Namun dia berkampanye untuk melanjutkan kebijakan dan warisan dari presiden sekarang Duterte, jadi itu termasuk program pembangunan infrastruktur  'Build, Build, Build' dan juga mendekatkan Filipina lebih dekat lagi ke China. "

"

Semasa Duterte berkuasa, Filipina sudah semakin condong ke China, dengan kerja sama investasi yang lebih dekat.

Rodrigo Duterte juga berulang kali menyampaikan kecaman ke arah Amerika Serikat dan mengancam untuk menghentikan kerja sama militer yang sudah lama ada antar kedua negara.

Namun kebijakan luar negeri Duterte tidak banyak berpengaruh terhadap kepopulerannya di dalam negeri, di mana warga lebih mendukung kebijakan kerasnya terhadap para pedagang narkoba.

Dr Garcia mengatakan sejarah juga akan berperan dalam pendekatan Bongbong Marcos dengan Amerika Serikat.

"Kita bisa mengatakan bahwa Bongbong Marcos akan memikirkan kembali hubungan Amerika Serikat dengan Filipina," katanya.

"Di masanya Amerika Serikat pernah mendukung rejim diktator Presiden Marcos, namun akhirnya AS melihat adanya penantangan besar, dan kemudian rejim tumbang, kemudian AS mendukung Corazon Aquino, musuh berat keluarga Marcos."

"Saya kira Bongbong akan ingat dengan semua itu ketika dia mulai memikirkan kebijakan luar negeri Filipina.'

Media lokal juga melaporkan mengenai masih adanya perintah penangkapan terhadap Bongbong, dari kasus pengadilan di mana dia berusaha mengambil kembali kekayaan yang sebelumnya dicuri namun sekarang dikuasai negara.

Usaha mendapatkan kembali harta tersebut tidak pernah dikukuhkan sendiri oleh Marcos Junior namun besar kemungkinan dia tidak akan berusaha memperbaiki hubungan dengan AS dalam masa enam tahun kepresidenannya.

"Amerika Serikat harus melakukan usaha bila mereka hendak melindungi hubungan yang sudah rapuh dengan Filipina saat ini," kata Dr Garcia.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI