Perusahaan miliknya tersebut terdaftar dalam bursa efek sebagai perusahaan terbuka, dan seiring bertambahnya waktu namanya menjadi semakin besar.
Pada masa krisis ekonomi Indonesia, tepatnya pasca jatuhnya Orde Baru, Hary melalui perusahaannya itu banyak melakukan merger dan akuisisi.
Pada tahun 2000, Bhakti Investama mengambil alih sebagian saham Bimantara Citra yang diubah menjadi Global Mediacom saat keseluruhan saham sudah dikuasai.
Sejak itu, Hary mulai terjun dalam bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Ia kemudian menjadi Presiden Direktur Global Mediacom sejak tahun 2002, dimana sebelumnya sempay menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris.
Tak sampai disitu, ia juga menduduki jabatan Presiden Direktur Media Nusantara Citra (MNC) dan RCTI sejak tahun 2003, serta sebagai Komisaris Mobile-8, Indovision dan perusahaan lainnya dibawah perusahaan Global Mediacom dan Bhakti Investama.
Tak hanya tiga stasiun televisi swasta, yakni RCTI, TPI, dan Global TV, grup medianya juga meliputi stasiun radio Trijaya FM dan beberapa media cetak seperti surat kabar Harian Seputar Indonesia, tabloid remaja Genie, dan majalah ekonomi dan bisnis Trust.
Untuk saat ini, Hary Tanoesoedibjo juga menjadi salah satu jajaran direksi beberapa perusahaan, seperti MNC Group dan HT Investment Development Ltd.
Karier Politik Hary Tanoesoedibjo
Karier politik Hary Tanoesoedibjo dimulai sejak awal bulan Oktober 2011, dimana ia secara resmi bergabung dengan Partai NasDem.
Baca Juga: Deretan Sumber Kekayaan Hary Tanoesoedibjo, Temukan 'Harta Karun' Terbaru
Lalu, pada bulan November 2011, Hary muncul pada acara Rapat Pimpinan Nasional Partai NasDem yang pertama. Disana, ia menjanat sebagai Ketua Dewan Pakar dan juga Wakil Ketua Majelis Nasional.