Belajar Dari Tahun Lalu, Pemerintah Akan Monitor Kenaikan Kasus Covid-19 Lebaran pada 25 Hari ke Depan

Senin, 09 Mei 2022 | 18:23 WIB
Belajar Dari Tahun Lalu, Pemerintah Akan Monitor Kenaikan Kasus Covid-19 Lebaran pada 25 Hari ke Depan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin telah menyampaikan usul kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan monitoring kenaikan kasus Covid-19 usai libur Lebaran 2022 pada 25 hari ke depan. Hal tersebut diusulkan karena belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya.

Budi menjelaskan, pada Perayaan Lebaran dan liburan Natal serta Tahun Baru memberikan dampak naiknya kasus Covid-19 pada 27 hingga 34 hari selanjutnya. Karena saat ini terhitung baru sepekan, Budi mengusulkan kepada Kepala Negara untuk memonitoring pada beberapa pekan nanti.

"Kami mengusulkan kepada bapak presiden kita tunggu dulu sekitar 20-25 hari ke depan untuk melihat apakah ada pola kenaikan yang sama seperti liburan Lebaran dan Natal, Tahun Baru sebelumnya itu yang kami sampaikan ke beliau," jelas Budi saat konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin (9/5/2022).

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat yang sudah berpartisipasi untuk turunnya kasus konfirmasi Covid-19. Namun, ia menyebut saat ini pihaknya masih berada di fase monitoring dengan waspada dan hati-hati.

Baca Juga: Menkes: 15 Suspek Hepatitis Akut Dilaporkan di Indonesia

Monitoring kerap dilakukan Kemenkes untuk mewaspadai adanya varian baru Covid-19 di dunia. Pasalnya, sejumlah varian baru Covid-19 memberikan dampak naiknya jumlah kasus konfirmasi di beberapa negara.

"Di negara lain seperti Inggris, India, varian BA2 ini sudah dominan tapi kasusnya tidak naik secara pesat sama seperti di Indonesia," ucapnya.

"Kami mengamati ada satu negara di Afrika Selatan yang ada kenaikan sedikit dan itu disebabkan adanya varian baru BA4 dan BA5 tapi karena memang kenaikannya masih sedikit jumlahnya juga belum banyak. Kita juga terus melakukan monitoring hersama dengan WHO mengenai varian baru ini."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI