Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada bulan November mendatang. Menyusul invasi Rusia di Ukraina, Presiden Joko Widodo mengaku akan mengundang Presiden Vladimir Putin dan Presiden Volodomyr Zelenskyy.
Namun prospek kehadiran Putin di Indonesia ditanggapi dengan ancaman boikot oleh negara-negara barat.
Skenario itu dikhawatirkan bakal menghantui masa kepresidenan Indonesia di G20 dan mencederai reputasi pemerintah Jakarta di mata dunia barat.
Jerman yang banyak dihujani kritik lantaran kedekatannya dengan Rusia, malah bersikap santai terkait undangan bagi Putin.
"Mengucilkan Rusia dari G20 memerlukan dukungan semua 19 negara anggota,” kata Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, awal pekan ini. Adapun Kanselir Olaf Scholz tidak menutup kemungkinan duduk bersama Putin selama KTT G20.
"Kami akan memutuskan perkara ini pada waktunya nanti,” kata dia kepada media-media Jerman. Pakar Asia, Gerstl, meyakini Jerman harus memediasi negara anggota G7 dan Indonesia jelang konferensi, Juni mendatang.
Presiden Joko Widodo yang berkepentingan menyukseskan masa kepresienan Indonesia di G20 akan menyambut figur penengah seperti Scholz.
Tapi hal ini memerlukan dialog yang lebih mendalam antara Berlin dan Jakarta.
Kerjasama Indonesia-Jerman dalam menghadapi Cina?
Baca Juga: Disediakan 45 Kapal Untuk Delegasi G20 Menikmati "Secret Picnic" di Belitung
Gerstl meyakini relasi yang lebih baik antara Indonesia dan Jerman akan menguntungkan hubungan Uni Eropa dan ASEAN. Jakarta termasuk episentrum politik di Asia Tenggara dan acap mendikte agenda regional.