Bongbong Marcos, Putra Diktator yang Hendak Hidupkan Kembali Dinasti

SiswantoBBC Suara.Com
Minggu, 08 Mei 2022 | 17:58 WIB
Bongbong Marcos, Putra Diktator yang Hendak Hidupkan Kembali Dinasti
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Filipina akan menggelar pemilihan presiden, Senin (09/05) mendatang. Ajang ini diprediksi akan penuh kontroversi.

Beberapa kandidat presiden Filipina adalah putri presiden petahana, putra mantan diktator, dan eks juara dunia tinju.

Siapa kandidat utama?

Ferdinand Marcos Jr

Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong merupakan putra mantan presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Menurut survei, Bongbong memiliki peluang besar memenangkan pemilihan.

Baca Juga: Jika Marcos Menangi Pilpres, Filipina Berpotensi Hidupkan Kembali PLTN

Ayah Bongbong, Marcos adalah diktator. Ibunya menjadi sorotan internasional karena koleksi sepatunya yang luar biasa banyak,

Marcos mendeklarasikan darurat militer pada tahun 1972 saat masih berstatus orang nomor satu negara tersebut.

Ketika itu Marcos mengambil alih pengadilan, bisnis, dan media massa di Filipina. Dalam status darurat itu, tentara dan polisi menangkap dan menyiksa ribuan orang yang dianggap pembangkang.

Marcos bersama istrinya, Imelda serta kroni-kroninya mencuri dana publik sekitar US$10 miliar atau sekitar Rp144 triliun dengan kurs hari ini.

Marcos lantas digulingkan dari kekuasaan pada tahun 1986. Dia meninggal tak lama setelah itu.

Baca Juga: Keluarga Marcos Bisa Berkuasa Lagi di Filipina Bila Bongbong Jadi Presiden

Baca juga:

Adapun, Bongbong pernah dijatuhi hukuman pada tahun 1995 karena menggelapkan pajak saat menjabat sebagai pejabat publik.

Akibat hukuman pidana itu, para lawan politik Bongbong mendesak agar dia diskualifikasi sebagai calon presiden.

Sejumlah kritikus juga menyebut Bongbong menggunakan kekayaannya untuk menutupi sejarah kediktatoran ayahnya di platform media sosial.

Bongbong juga menolak untuk mengambil bagian dalam beberapa debat televisi maupun sesi wawancara media independen. Dia beralasan bahwa forum itu bias dan pasti memojokkannya.

Sara Duterte

Sara adalah putri dari Presiden Filipina saat ini, Rodrigo Duterte. Dia mencalonkan diri sebagai wakil presiden, berpasangan dengan Bongbong.

Bongbong dan Sara menyebut diri mereka sebagai "Uni-Team" dan berjanji membuat Filipina "bangkit kembali".

Sara selama kampanye berwacana menerapkan wajib militer untuk warga berumur 18 tahun.

Lebih dari itu, Bongbong secara terbuka berencana menerapkan hukuman mati untuk terpidana "yang tidak dapat direhabilitasi".

Leni Robredo

Lawan utama Bongbong dan Sara adalah Leni Robredo. Dia merupakan wakil presiden Filipina saat ini.

Robredo adalah mantan pengacara dan advokat hak asasi manusia. Para pendukungnya, yang mencakup banyak selebritas dan tokoh terkemuka Filipina, memakai warna merah muda selama kampanyenya.

Pendukung Robredo berharap "revolusi merah muda" dapat mengembalikan nilai-nilai keluarga dan menegakkan supremasi hukum Filipina.

Di sisi lain, para kritikus Robredo menyebutnya mewakili kalangan super kaya Filipina.

Robredo adalah anggota partai Liberal, yang secara tradisional telah terhubung dengan keluarga terkaya dan paling berkuasa di negara ini.

Manny Pacquaio

Yang turut mencalonkan diri sebagai presiden adalah mantan petinju dengan popularitas global, Manny Pacquaio. Saat ini dia berstatus sebagai senator di parlemen.

Pacquaio dianggap menarik perhatian pemilih dari kalangan miskin karena kisah personalnya yang bangkit dari keluarga kelas bawah dan menjadi sosok yang kaya raya.

Dia tumbuh di tengah kelaparan di Kota General Santos dan sering tidur di jalanan saat masih muda.

Pacquaio kemudian memenangkan 12 gelar tinju utama dunia dan menjadi salah satu atlet terkaya di dunia.

Kantong pendukung Bongbong dan pengaruh media sosial

Keberhasilan Bongbong Marcos untuk kembali tampil di dunia politik dapat ditelusuri dari daerah kantong pendukung keluarga Marcos di Provinsi Ilocos Norte.

Banyak warga di sana tetap setia kepada keluarga Marcos karena daerah mereka mendapat kucuran dana khusus, sekalipun daerah-daerah lain diterapkan undang-undang darurat yang brutal mulai 1972.

"Bayangkan bagai topan dahsyat menerjang negeri ini, tapi Ilocos Norte tak terdampak sama sekali," jelas seorang wartawan.

Warga di povinsi itu tidak mau percaya bahwa keluarga Marcos bersalah melakukan korupsi dan melanggar hak-hak warga, sentimen yang dibentuk oleh manipulasi media sosial yang cerdik.

"Di media sosial, mereka mengalihkan topik itu, tak masalah jika orang tersebut korup, mereka mengatakan ia telah mewujudkan banyak pencapaian seperti infrastrutur yang ada. Tidak ada gunanya mendebat mereka," kata pengacara muda Zsa Zsa Raval, yang menggambarkan diri sebagai "segelintir orang" yang tidak akan memilih Bongbong Marcos.

Brittany Kaiser, mantan karyawan perusahaan konsultan Inggris yang bermasalah Cambridge Analytica, mengatakan kepada situs berita Rappler bahwa Bongbong mendekati perusahaan itu untuk "mengubah citra" keluarga di media sosial. Tim kampanye Bongbong menepis tuduhan itu.

Manajer kampanye Bongbong, Vic Rodriguez, berjanji untuk: "melanjutkan cara berkomunikasi langsung kami dengan rakyat".

Organisasi media independen dianggap "bias" terhadap keluarha Marcos, dan tidak diberi kesempatan wawancara.

BBC tidak mendapat jawaban atas permohonan wawancara.

Selain lewat media sosial, cara lain "berkomunikasi langsung" dengan pendukung adalah lewat kampanye-kampanye mewah yang digelar Bongbong - walaupun ia selalu dikelilingi oleh para pendukung berkaus merah sehingga wartawan kesulitan mengajukan pertanyaan kepadanya.

Peserta kampanye diberi berbagai hadiah seperti gelang, kaus dan kopi sachet bergambar wajah Marcos yang tersenyum, dengan kata-kata: "Teman Anda ketika bangun."

Semangat massa dipompa dengan hiburan lagu-lagu pop, komedi dan tari-tarian, sebelum tampil para politikus pro-Marcos yang menyampaikan monolog pendek dan pintar. Kebijakan-kebijakan yang diusung Marcos jarang dibahas secara mendalam.

Profil Filipina

Filipina adalah negara di Asia Tenggara yang terdiri dari lebih dari 7.000 pulau di Samudera Pasifik. Populasi Filipina mencapai 110 juta orang.

Filipina dijajah Spanyol pada tahun 1565 dan oleh Amerika tahun 1898. Jepang menginvasi Filipina pada tahun 1942. Negara ini merdeka secara penuh pada 1946.

Filipina memiliki pasar ekonomi yang sedang berkembang. Namun kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin terlihat mencolok.

Pendapatan rata-rata warga Filipina adalah US$3.300 (Rp47 juta) per tahun. Diperkirakan sekitar 26 juta orang Filipina hidup dalam kemiskinan, menurut otoritas statistik setempat.

Di ibu kota Filipina yang padat penduduk, Manila, sekelompok warga harus mengemis untuk bertahan hidup. Namun di sisi lain kota itu, orang-orang super kaya tinggal di permukiman mewah yang dijaga ketat.

Filipina terdiri dari tiga kelompok pulau utama, yaitu Luzon di utara, Visayas di tengah, dan Mindanao di selatan.

Katolik adalah agama yang dominan di negara ini, tapi terdapat populasi Muslim yang besar di Mindanao.

Apa topik utama dalam pemilu?

Pemilihan presiden kali ini akan berlangsung bersamaan dengan pemilihan anggota Kongres dan pejabat pemerintah daerah.

Persoalan utama yang mencuat dalam pemilu ini adalah bagaimana membangkitkan perekonomian Filipina dari resesi tajam yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Korupsi adalah isu lain yang turut disorot.

Masalah lainnya adalah kehadiran militer China di laut yang berada di antara China dan Filipina. Di Laut China Selatan itu, pemerintah China telah membangun pangkalan strategis dan menggunakan kapal untuk mengancam pengiriman Filipina.

Bagaimana pencapaian presiden saat ini?

Rodrigo Duterte mengundurkan diri setelah menjalankan enam tahun masa jabatannya. Ketika dia mulai menjabat pada tahun 2016, Duterte meluncurkan program "perang melawan narkotik".

Program itu sampai saat ini telah menyebabkan ribuan pengedar dan pengguna narkotik terbunuh.

Sosok yang paling menggugat program antinarkoba itu, Senator Leila De Lima, ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Dia menjalani persidangan yang dianggap rekaan, yang masih berlangsung setelah empat tahun.

Presiden Duterte menghadapi penyelidikan Pengadilan Kriminal Internasional atas program yang dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan ini.

Walau demikian, Duterte tetap mendapat dukungan dari banyak orang di Filipina yang melihatnya berhasil menangani kejahatan jalanan dan melawan oligarki kaya di negara itu.

Duterte dekat dengan keluarga Marcos. Dia menguburkan mantan diktator Ferdinand Marcos di Taman Makam Pahlawan negara itu.

Liputan tambahan oleh wartawan BBC, Virma Simonette

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI