Tak Sekadar Lapar dan Haus, Ini Tanda Keberhasilan Puasa

Dany Garjito Suara.Com
Minggu, 08 Mei 2022 | 10:32 WIB
Tak Sekadar Lapar dan Haus, Ini Tanda Keberhasilan Puasa
Ilustrasi berpuasa (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berikut ini tanda-tanda keberhasilan puasa. Orang yang berpuasa tak sekadar mendapat lapar dan haus, namun juga muncul perisai sebagai penangkal perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Puasa menjadi ibadah yang wajib dijalankan selama bulan Ramadan. Umat Muslim menahan lapar dan haus selama belasan jam untuk menjalankan perintah Allah SWT. Dari ibadah ini, umat Muslim dijanjikan pahala yang berlipat dari setiap aktivitas yang dilakukan selama berpuasa.

Namun, berpuasa tak sekadar menahan lapar dan haus saja. Umat Muslim juga harus menahan diri untuk tak melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT, serta melakukan kebaikan-kebaikan yang lebih dari hari-hari biasanya.

Keberhasilan dalam menjalankan ibadah puasa sejatinya bisa diukur oleh dirinya masing-masing. Ustadz Adi Hidayat dalam channel youtubenya menjelaskan tentang tanda-tanda seseorang berhasil menjalankan ibadah puasa.

Baca Juga: Puasa Syawal Sampai Tanggal Berapa? Simak Jadwal Mulai dan Berakhirnya Puasa di Bulan Syawal

Ustadz Adi Hidayat berpedoman pada hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, seperti berikut ini: 

"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.’Puasa adalah perisai. Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah berkata kotor/keji (cabul) dan berteriak-teriak. 

Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Demi Allâh yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allâh daripada aroma minyak kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya."

Ustadz Adi Hidayat kemudian menjelaskan maksud dari hadits tersebut, terutama pada kalimat "Puasa adalah Perisai". Bahwa ketika seseorang menjalankan ibadah puasa sesuai aturan, maka seseorang tersebut akan mendapatkan perisai dari Allah SWT.

"Puasa yang kita tunaikan itu, ketika dikerjakan dengan benar sesuai aturannya, akan menghasilkan perisai yang tak tampak, perisai imajiner yang langsung menyatu dengan jiwa kita," kata Ustadz Adi Hidayat.

Baca Juga: Niat Puasa Syawal Sesuai Sunnah dan Waktu Terbaik Mengerjakannya

"Karena setiap kali menunaikan ibadah dalam bulan Ramadan, itu membentuk karakter-karakter kebaikan dan puncaknya adalah taqwa, sedangkan taqwa itu kan ada dua, menunaikan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan Allah SWT," lanjutnya.

Ketika perisai dalam diri sudah muncul, maka umat Muslim akan senang dalam menjalankan ibadah dan berbuat baik. Seperti intensitas membaca Al Quran bertambah, rajin bersedekah dan senang berbuat baik.

Sebaliknya, umat Muslim juga akan terjaga dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT, seperti memelihara lisan atau melakukan perbuatan bodoh yang berpotensi membuat orang berbuat dosa.

"Contohnya saja ketika orang sudah berusia 50 tahun tinggal di komplek, kemudian keliling komplek waktu Ramadan menggunakan sepeda cucunya yang berusia 5 tahun. Itu bukan tindakan berdosa, tapi bisa membuat orang terpancing dosa. Nanti akan muncul komentar, apalagi dalam era media sosial, begitu di comment, kemudian di share," tutur Ustadz Adi Hidayat.

Ketika ibadah puasa dilakukan sesuai aturan, maka di akhirat nanti Allah SWT akan memberikan keistimewaan yang luar biasa. Dari mulut orang yang berpuasa dengan benar akan keluar bau yang harum. Namun, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan agar umat Muslim tak salah mengartikan hal ini.

"Bau yang dimaksudkan di sini itu bukan bau yang tidak jelas ya. Harum indah semerbak memakai minyak wangi ini bentuk majas kiasan saat di dunia. Kita menjaga lisan dari keburukan, sehingga keluar kata-kata mulia. Itu harum, itu semerbak, sehingga menyebar keharumannya," jelasnya.

"Nah di akhirat majas itu menjadi hakiki, dijadikan oleh Allah nilai kebaikan itu oleh sebagian hamba yang memang diistimewakan dengan keadaan harum ini" lanjutnya.

Kontributor : Lukman Hakim

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI