Suara.com - Para pejabat Ukraina menyebut militer Rusia melancarkan serangan berkekuatan penuh ke pabrik baja Azovstal. Pabrik itu adalah pertahanan terakhir pasukan Ukraina di Kota Mariupol.
Tentara Ukraina yang berada di pabrik itu sudah menghadapi pertempuran berdarah yang sulit selama dua hari berturut-turut, kata komandan resimen Ukraina di Azov, Denis Prokopenko.
Pasukan Rusia dilaporkan telah memasuki wilayah pabrik setelah berhari-hari melakukan serangan. Sekitar 200 warga sipil diyakini masih berlindung di dalam pabrik tersebut, termasuk anak-anak.
BBC belum dapat memverifikasi tuduhan soal serangan Rusia terhadap pabrik baja tersebut.
Baca Juga: Anak-anak di Mariupol Minum Air Hujan dari Kubangan untuk Bertahan Hidup
Baca juga:
- Warga sipil Mariupol dievakuasi dari bunker pabrik baja Ukraina, 'Kami sudah tidak melihat matahari begitu lama'
- Uni Eropa rencanakan larang minyak Rusia dan terapkan sanksi baru atas isu kejahatan perang
- Sekelompok warga Ukraina berhasil kabur dari pabrik baja yang dikepung Rusia
Denis Prokopenko lewat pesan Telegramnya berkata, "Saya bangga dengan pasukan saya yang melakukan upaya luar biasa untuk menahan gempuran musuh. Situasinya sangat sulit."
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, kembali membuat seruan kepada PBB untuk menyelamatkan nyawa warganya yang masih bertahan di pabrik baja itu.
"Semua orang berarti bagi kami. Kami meminta bantuan Anda untuk menyelamatkan mereka," kata Zelensky kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, melalui telepon.
Dalam sambungan telepon itu, Zelensky juga berterima kasih kepada Guterres atas evakuasi yang dipimpin oleh PBB dan Palang Merah pekan ini. Upaya itu menyelamatkan lebih dari 100 orang dari pabrik baja. Namun Zelensky tetap meminta PBB untuk turut mengevakuasi semua orang yang terluka dari Azovstal.
Selain di Azovstal, sejumlah evakuasi warga sipil juga dilakukan di daerah lain di. Wakil Perdana Menteri Ukraina, Irina Vereshchuk, menyebut 344 pengungsi dari berbagai kota di kawasan barat daya, termasuk Mariupol, sudah tiba di Zaporizhzhia, Rabu kemarin.
Baca Juga: Dikawal PBB, Ukraina Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol
Adapun, kata dia, sebuah kota di sisi tenggara masih di bawah kendali pasukan Ukraina.
Irina juga berterima kasih kepada PBB dan Palang Merah atas bantuan mereka. "Mereka adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua dari Mariupol, Manhush, Berdiansk, Tokmak dan Vasylivka," ujarnya dalam unggahan di Telegram.
"Kami akan memberikan dukungan kepada mereka selama masa-masa sulit ini, termasuk dengan dukungan psikologis yang sangat dibutuhkan," ujarnya.
Osnat Lubrani, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Ukraina, mengonfirmasi evakuasi tersebut.
"Meski evakuasi warga sipil kedua dari daerah di Mariupol dan sekitarnya penting, ada lebih banyak hal yang harus dilakukan untuk memastikan semua warga sipil yang terjebak dalam pertempuran dapat pergi ke arah yang mereka inginkan," ujarnya.
https://twitter.com/OsnatLubrani/status/1521957810174668802
Janji gencatan senjata Rusia
Rusia menyatakan akan melakukan gencatan senjata mulai Kamis (05/05) ini, untuk memungkinkan lebih banyak evakuasi warga sipil dari pabrik Azovstal.
Militer Rusia menyebut rute keluar dari pabrik akan dibuka dari pukul 08.00 hingga 18.00 pada tanggal 5, 6, dan 7 Mei.
Selama periode itu, pasukan Rusia berjanji akan menghentikan kegiatan dan menarik unit ke jarak yang aman. Pernyataan ini mereka keluarkan dalam sebuah unggahan di internet.
Sementara itu, analisis baru menunjukkan sebanyak 600 orang tewas ketika Rusia meledakkan sebuah teater di Mariupol, Maret lalu. Serangan itu diyakini telah menyebabkan korban jiwa dalam skala paling parah dalam sebuah serangan sejak invasi dimulai.
Investigasi yang dilakukan kantor berita Associated Press menyebut korban tewas dalam serangan itu berjumlah dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.
Associated Press mewawancarai 23 korban yang selamat, regu penyelamat, dan mereka yang terbiasa bersembunyi di teater untuk menghindari bom.
Militer Rusia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mengepung dan membombardir Mariupol. Kota ini diyakini merupakan kunci operasi militer mereka di Ukraina.
Kontrol penuh atas kota itu akan memberi Rusia jembatan penghubung darat, melalui wilayah Donbas yang dikuasai kelompok pro-Rusia hingga ke Krimea yang mereka aneksasi pada tahun 2014.
Meskipun ada indikasi bahwa tidak ada kemajuan pesat dalam upaya militer Rusia untuk menyerang dan mempertahankan bagian selatan dan timur Ukraina, mereka membantah akan menggempur habis Ukraina dalam beberapa hari mendatang.
Rusia sampai sekarang membantah sedang melakukan operasi perang. Mereka menyebut invasi itu sebagai operasi militer khusus.
Namun para pejabat negara Barat berspekulasi bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, bisa menggunakan Parade Kemenangan tanggal 9 Mei untuk mengumumkan keberhasilan militernya. Rusia menyangkal dugaan itu.