PM India Modi dan Kanselir Jerman Scholz Serukan Perdamaian di Ukraina

Jum'at, 06 Mei 2022 | 11:05 WIB
PM India Modi dan Kanselir Jerman Scholz Serukan Perdamaian di Ukraina
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perdana Menteri India Narendra Modi dan Kanselir Jerman Olaf Scholz tidak menjawab pertanyaan wartawan setelah pertemuan mereka di Berlin. Tindakan itu dilaporkan karena desakan Modi.

Jerman akan menyiapkan €10 miliar (Rp152,6 triliun) untuk kerja sama bilateral dengan India di tahun-tahun mendatang, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Senin (02/05), setelah bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi di Berlin.

Scholz memuji India sebagai mitra sentral Jerman di Asia dan mengatakan bahwa "kerja sama yang erat dengan India dalam isu-isu global adalah sesuatu yang sangat ingin saya lanjutkan dan kembangkan."

Setelah pertemuan dengan Scholz, Modi akan mengunjungi Denmark untuk bertemu dengan para pemimpin negara-negara Nordik di KTT India-Nordik selama dua hari. Setelah itu, dia dijadwalkan bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Apa yang Modi dan Scholz katakan tentang Ukraina?

Kanselir Jerman juga mengomentari krisis Ukraina dan menyerukan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri konflik.

"Hentikan perang ini, hentikan pembunuhan tidak masuk akal ini, tarik pasukan Anda," kata Scholz dalam seruannya kepada Putin.

Kanselir Jerman mengatakan dia dan Modi sepakat "bahwa Anda tidak dapat mengubah perbatasan melalui kekuatan dan kekerasan."

Modi mengatakan dia senang bahwa perjalanan pertamanya ke luar negeri pada tahun 2022 adalah bertemu dengan Kanselir Scholz, yang disebutnya sebagai teman, dan menyebut pertemuan itu sebagai tanda betapa masing-masing negara memprioritaskan hubungannya dengan yang lain.

Baca Juga: Perang di Ukraina Mendorong Komunitas Sherlocks di Twitter Makin Berkembang

Pemimpin India itu juga mengungkapkan bahwa "peristiwa geopolitik baru-baru ini telah menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian dan stabilitas di dunia, dan betapa negara-negara saling berhubungan."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI