Suara.com - Puluhan warga sipil dievakuasi dari Mariupol, Ukraina, setelah kota itu dikepung pasukan Rusia selama berminggu-minggu. Mereka sekarang diungsikan ke wilayah yang sama-sama dikuasai Ukraina dan Rusia.
Beberapa warga Mariupol meninggalkan pabrik baja Azovstal. Ini merupakan pertahanan terakhir pasukan Ukraina di kota yang memiliki nilai strategis signifikan.
Rusia menyatakan bahwa puluhan warga sipil telah tiba di sebuah desa yang mereka kuasai.
Baca juga:
Baca Juga: Sekelompok Warga Berhasil Kabur dari Pabrik Baja yang Dikepung Rusia
- Pertempuran sengit di Mariupol, mengapa kota ini sangat penting bagi Rusia?
- Dikepung Rusia, pejuang dan warga sipil Mariupol 'terluka dan mati di dalam bunker'
- 'Cucu perempuan saya, kepalanya benar-benar hancur' - Anak-anak Ukraina turut jadi korban serangan Rusia di Mariupol
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut sekelompok besar warga sipil juga sedang dalam perjalanan menuju Zaporizhzhia, kawasan yang dikuasai Ukraina.
"Kelompok pertama yang terdiri dari sekitar 100 orang sudah menuju ke daerah yang dikendalikan," cuit Zelensky melalui akun Twitter miliknya.
"Besok Senin kami akan bertemu mereka di Zaporizhzhia. Terima kasih kepada tim! Sekarang mereka, bersama dengan PBB, sedang mengevakuasi warga sipil lainnya dari pabrik," kata Zelensky.
PBB mengkonfirmasi bahwa "operasi lintas yang aman" mulai mengevakuasi warga Ukraina pada Sabtu (30/04). Mereka bekerja sama dengan Palang Merah.
Konvoi evakuasi, menurut PBB, tiba pada Sabtu pagi. Namun lembaga itu tidak merinci lokasi tujuan evakuasi dan jumlah orang yang mereka ungsikan. Informasi rinci dapat mengganggu kelancaran operasi, begitu pernyataan PBB.
Baca Juga: Pertemuan Vladimir Putin dengan Sekjen PBB Setujui Palang Merah Evakuasi Warga Sipil di Mariupol
Baca juga:
- 'Kami butuh senjata' - Tentara Ukraina menahan gempuran Rusia di Donbas
- Sekelompok warga Ukraina berhasil kabur dari pabrik baja yang dikepung Rusia
- Presiden Jokowi pastikan undang Ukraina ke KTT G20, Putin 'katakan akan hadir'
Rekaman jurnalis kantor berita Reuters dari kompleks pabrik baja di Mariupol memperlihatkan warga sipil, terutama perempuan dan anak, yang dibantu berjalan di atas tumpukan puing-puing, lalu masuk ke bus tanpa jendela.
Seorang perempuan yang memiliki bayi berusia enam bulan berkata telah terperangkap di pabrik baja itu selama dua bulan. Perempuan lain yang berusia lebih tua mengatakan, mereka kehabisan makanan.
Pejabat Ukraina menyebut, Rusia kembali menyerang pabrik baja itu setelah gencatan senjata singkat terjadi Minggu kemarin.
'Anda tidak dapat membayangkan apa yang telah kami lalui'
Saat puluhan warga sipil telah diselamatkan, beberapa ratus orang lainnya, termasuk anak-anak, masih berada di dalam bunker, kata Denys Shleha dari Garda Nasional Ukraina, seperti dikutip Reuters.
Shleha berkata, setidaknya dua upaya evakuasi diperlukan untuk mengeluarkan semua orang dari tempat persembunyian itu.
Salah satu pengungsi yang dievakuasi ke wilayah yang dikuasai Rusia mengatakan kepada kantor berita Reuters, "Anda tidak bisa membayangkan apa yang telah kami lalui: teror."
"Saya khawatir bunker itu tidak akan bertahan menghadapi pertempuran. Saya sangat takut," kata Natalia Usmanova, 37 tahun.
"Ketika bunker mulai bergetar, saya histeris, suami saya mengatakan itu. Saya sangat khawatir bunker akan runtuh.
"Kami sudah tidak melihat matahari begitu lama," tuturnya.
Dalam perkembangan lainnya:
- Pihak berwenang Rusia mengatakan ada kebakaran di fasilitas Kementerian Pertahanan di Belgorod, dekat perbatasan Ukraina. Mereka tidak memberikan informasi tentang penyebab kebakaran itu.
- Denmark dan Swedia memanggil duta besar Rusia setelah sebuah pesawat Rusia melanggar wilayah udara mereka. Menteri Luar Negeri Denmark menyebut insiden itu "sama sekali tidak dapat diterima".
- Kepala administrasi militer di Kharkiv mengkonfirmasi bahwa empat permukiman direbut kembali dari Rusia, yaitu Kutuzovka, Verkhyna Rohanka, Slobidske, dan Prelensne.
- Rusia menyatakan bahwa rubel Rusia akan menjadi satu-satunya mata uang di kota besar Ukraina yang mulai mereka kuasainya Minggu kemarin. Keputusan itu ditentang keras.
- Selama kunjungan ke Kyiv, Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, menegaskan kembali komitmen negaranya untuk mendukung Ukraina
Kelompok pengungsi pertama yang dibawa ke desa yang dikuasai Rusia
Sejumlah warga sipil memang berhasil meninggalkan pabrik baja Azovstal di Mariupol, Sabtu lalu, tapi nasib mereka pada hari-hari ke depan tidak jelas.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut sekitar 80 warga sipil telah meninggalkan pabrik baja yang terkepung itu. Mereka dibawa ke Bezimenne, sebuah desa di Ukraina yang dikuasai Rusia.
Rusia membuat klaim bahwa mereka memberikan perawatan medis dan persediaan kepada puluhan warga sipil tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang diberitakan media massa Rusia, kementerian itu juga menyebut bahwa warga sipil yang ingin pergi ke daerah-daerah yang dikuasai Ukraina "telah diserahkan kepada perwakilan PBB dan Komite Internasional Palang Merah".
Baca juga:
- 'Ini bukan lagi perang, Rusia sedang melawan kemanusiaan' - Penderitaan warga Ukraina di Kota Mariupol yang terjebak serangan
- Putin ancam balas negara manapun yang ikut campur perang di Ukraina
Kantor berita Reuters melaporkan, seorang fotografer yang meliput di desa tersebut telah melihat lebih dari 50 orang tiba dalam konvoi dan bahwa staf PBB berada di daerah itu.
Mariupol dihujani bom dan artileri Rusia selama beberapa pekan terakhir.
Pabrik baja Azovstal adalah kawasan industri yang luas dengan jaringan terowongan bawah tanah yang menyulitkan operasi pasukan Rusia. Ini adalah persembunyian sekelompok warga sipil dan sejumlah pasukan Ukraina.
April lalu, setelah menyatakan bahwa kota di Ukraina selatan itu telah direbut, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya menutup pabrik baja "agar seekor lalat tidak bisa melewatinya."
Kehancuran Mariupol adalah yang paling parah dalam perang di Ukraina. Sebagian besar kota itu berubah menjadi puing-puing dan muncul juga krisis kemanusiaan yang meluas.
Penduduk Mariupol yang melarikan diri bersaksi tentang kekurangan makanan dan air serta banyak mayat ditinggalkan di jalanan.
"Warga yang meninggalkan kota mengatakan bahwa neraka itu ada dan itu ada di Mariupol," kata Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, Sabtu lalu kepada BBC.
Saat sebagian besar wilayah Mauripol berada di bawah kendali Rusia, fokus banyak kelompok mengarah ke pabrik baja Azovstal yang dilanda kontak tembak.
Tak lama setelah berita tentang proyek evakuasi yang lebih luas hari Minggu muncul, pejabat Mariupol menyebut upaya pengungsian dari daerah lain ditunda hingga Senin pagi waktu setempat.